Pakai Teknologi Canggih, Vaksin Moderna Dirancang Hanya 2 Hari
Sabtu, 28 November 2020 - 07:39 WIB
Bancel meremehkan pencapaian tersebut dalam sebuah wawancara dengan New York Times. "Ini bukan virus yang rumit," katanya saat itu.
Pada 24 Februari, Moderna telah mengirimkan batch vaksin pertamanya ke para ilmuwan NIH di Bethesda, Maryland. Peneliti memberikan dosis pertama pada 16 Maret di Seattle, Washington. Itu meluncurkan uji klinis pertama dari vaksin virus Corona apa pun.
Kecepatan Moderna mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah perusahaan mengorbankan ketelitian. Tapi bukan itu masalahnya, menurut Albert Rizzo, Kepala Petugas Medis American Lung Association.
"Kami tidak melewatkan langkah -kami sebenarnya memiliki teknologi yang lebih baik," kata Rizzo kepada Business Insider. "Kenapa butuh dua pekan untuk menyeberangi Atlantik di tahun 1800-an? Nah, kita harus naik perahu. Padahal sekarang, kamu bisa menyeberangi lautan dalam beberapa jam."
Pro dan Kontra dari Vaksin mRNA
Selama beberapa dekade, vaksin mengandung versi virus yang mati atau dilemahkan. Kemudian kemajuan awal dalam genetika memungkinkan vaksin menggunakan protein yang dibuat oleh virus. Metode itu pertama kali digunakan pada 1980-an untuk mengembangkan vaksin hepatitis B.
Perusahaan seperti Novavax mengandalkan model berbasis protein untuk membuat kandidat vaksin virus Corona mereka. Tetapi bisnis Moderna telah berputar di sekitar mRNA sejak dimulai pada 2010.
Vaksin RNA menawarkan keuntungan besar yakni kecepatan. Karena diproduksi dalam tabung reaksi daripada dibudidayakan menggunakan sel, mereka lebih cepat diproduksi.
Tetapi vaksin memiliki kekurangan. Pertama, mereka mengharuskan orang mendapatkan dua suntikan. Pfizer mengirimkan dua bidikan dengan selang waktu tiga pekan, sementara peserta uji coba Moderna menerima dua bidikan dengan selang waktu empat pekan.
Vaksin juga sulit dikirim dan disimpan. Vaksin Pfizer harus dikirim pada suhu -94 derajat Fahrenheit, yang membutuhkan es kering dan freezer khusus. Sedangkan Moderna membutuhkan suhu -4 derajat Fahrenheit, yang sedikit lebih dingin dari rata-rata freezer.
Pada 24 Februari, Moderna telah mengirimkan batch vaksin pertamanya ke para ilmuwan NIH di Bethesda, Maryland. Peneliti memberikan dosis pertama pada 16 Maret di Seattle, Washington. Itu meluncurkan uji klinis pertama dari vaksin virus Corona apa pun.
Kecepatan Moderna mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah perusahaan mengorbankan ketelitian. Tapi bukan itu masalahnya, menurut Albert Rizzo, Kepala Petugas Medis American Lung Association.
"Kami tidak melewatkan langkah -kami sebenarnya memiliki teknologi yang lebih baik," kata Rizzo kepada Business Insider. "Kenapa butuh dua pekan untuk menyeberangi Atlantik di tahun 1800-an? Nah, kita harus naik perahu. Padahal sekarang, kamu bisa menyeberangi lautan dalam beberapa jam."
Pro dan Kontra dari Vaksin mRNA
Selama beberapa dekade, vaksin mengandung versi virus yang mati atau dilemahkan. Kemudian kemajuan awal dalam genetika memungkinkan vaksin menggunakan protein yang dibuat oleh virus. Metode itu pertama kali digunakan pada 1980-an untuk mengembangkan vaksin hepatitis B.
Perusahaan seperti Novavax mengandalkan model berbasis protein untuk membuat kandidat vaksin virus Corona mereka. Tetapi bisnis Moderna telah berputar di sekitar mRNA sejak dimulai pada 2010.
Vaksin RNA menawarkan keuntungan besar yakni kecepatan. Karena diproduksi dalam tabung reaksi daripada dibudidayakan menggunakan sel, mereka lebih cepat diproduksi.
Tetapi vaksin memiliki kekurangan. Pertama, mereka mengharuskan orang mendapatkan dua suntikan. Pfizer mengirimkan dua bidikan dengan selang waktu tiga pekan, sementara peserta uji coba Moderna menerima dua bidikan dengan selang waktu empat pekan.
Vaksin juga sulit dikirim dan disimpan. Vaksin Pfizer harus dikirim pada suhu -94 derajat Fahrenheit, yang membutuhkan es kering dan freezer khusus. Sedangkan Moderna membutuhkan suhu -4 derajat Fahrenheit, yang sedikit lebih dingin dari rata-rata freezer.
tulis komentar anda