AI Bantu Ilmuwan Memahami Aktivitas Otak Saat Berpikir
Senin, 30 November 2020 - 03:05 WIB
Jakarta - Sebuah tim penelitian yang dipimpin oleh Sekolah Tinggi Kedokteran Baylor dan Universitas Rice, Amerika Serikat, telah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) yang membantu memahami komputasi otak dalam proses berpikir. Temuan ini tergolong baru karena sampai saat ini belum ada metode untuk mengukur pikiran.
Para peneliti mengembangkan model baru yang dapat memperkirakan pikiran dengan mengevaluasi perilaku dan menguji model mereka pada otak buatan yang terlatih. Dari model tersebut, mereka menemukan aktivitas saraf yang terkait dengan perkiraan pikiran tersebut.
Baca juga : Megalodon Ternyata Punya Sisi Lembut yang Tak Kita Duga
"Selama berabad-abad, ahli saraf telah mempelajari bagaimana otak bekerja dengan menghubungkan aktivitas otak terkait masukan dan keluaran. Misalnya, ketika mempelajari ilmu saraf gerakan, ilmuwan mengukur gerakan otot serta aktivitas saraf dan kemudian menghubungkan kedua pengukuran tersebut," kata Xaq Pitkow, asisten profesor ilmu saraf di Baylor Colloge, dikutip dari Technology.
Meski begitu, Pitkow dan timnya masih harus mempelajari kognisi di otak. Mereka belum memiliki apa pun untuk membandingkan aktivitas saraf yang bisa diukur.
Untuk memahami bagaimana otak memunculkan pikiran, para peneliti harus dapat mengukur sebuah pikiran. Mereka mengembangkan metode yang disebut "Inverse Rational Control," yaitu melihat suatu perilaku dan menyimpulkan keyakinan atau pemikiran yang menjelaskan perilaku tersebut.
Secara tradisional, para peneliti di bidang ini bekerja dengan gagasan bahwa hewan menyelesaikan tugas secara optimal dengan berperilaku melalui cara yang memaksimalkan keuntungan mereka. Namun, ketika para ilmuwan mempelajari perilaku hewan, mereka menemukan bahwa perilaku tersebut tidak selalu terjadi.
"Kadang-kadang hewan memiliki keyakinan atau asumsi yang 'salah' tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka, tetapi mereka tetap mencoba untuk menemukan hasil terbaik dengan mempertimbangkan apa yang mereka yakini terjadi di sekitar mereka. Ini bisa menjelaskan mengapa hewan tampaknya berperilaku kurang optimal," kata Pitkow
Sebagai contoh, hewan yang sedang berburu akan mendengar banyak suara yang dikaitkan dengan mangsanya. Jika salah satu mangsa potensial mengeluarkan semua suara, perilaku optimal bagi pemburu adalah secara konsisten menargetkan gerakannya ke satu suara.
Para peneliti mengembangkan model baru yang dapat memperkirakan pikiran dengan mengevaluasi perilaku dan menguji model mereka pada otak buatan yang terlatih. Dari model tersebut, mereka menemukan aktivitas saraf yang terkait dengan perkiraan pikiran tersebut.
Baca juga : Megalodon Ternyata Punya Sisi Lembut yang Tak Kita Duga
"Selama berabad-abad, ahli saraf telah mempelajari bagaimana otak bekerja dengan menghubungkan aktivitas otak terkait masukan dan keluaran. Misalnya, ketika mempelajari ilmu saraf gerakan, ilmuwan mengukur gerakan otot serta aktivitas saraf dan kemudian menghubungkan kedua pengukuran tersebut," kata Xaq Pitkow, asisten profesor ilmu saraf di Baylor Colloge, dikutip dari Technology.
Meski begitu, Pitkow dan timnya masih harus mempelajari kognisi di otak. Mereka belum memiliki apa pun untuk membandingkan aktivitas saraf yang bisa diukur.
Untuk memahami bagaimana otak memunculkan pikiran, para peneliti harus dapat mengukur sebuah pikiran. Mereka mengembangkan metode yang disebut "Inverse Rational Control," yaitu melihat suatu perilaku dan menyimpulkan keyakinan atau pemikiran yang menjelaskan perilaku tersebut.
Secara tradisional, para peneliti di bidang ini bekerja dengan gagasan bahwa hewan menyelesaikan tugas secara optimal dengan berperilaku melalui cara yang memaksimalkan keuntungan mereka. Namun, ketika para ilmuwan mempelajari perilaku hewan, mereka menemukan bahwa perilaku tersebut tidak selalu terjadi.
"Kadang-kadang hewan memiliki keyakinan atau asumsi yang 'salah' tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka, tetapi mereka tetap mencoba untuk menemukan hasil terbaik dengan mempertimbangkan apa yang mereka yakini terjadi di sekitar mereka. Ini bisa menjelaskan mengapa hewan tampaknya berperilaku kurang optimal," kata Pitkow
Sebagai contoh, hewan yang sedang berburu akan mendengar banyak suara yang dikaitkan dengan mangsanya. Jika salah satu mangsa potensial mengeluarkan semua suara, perilaku optimal bagi pemburu adalah secara konsisten menargetkan gerakannya ke satu suara.
tulis komentar anda