Manusia Tengah Berada di Zaman Keemasan Misi Ruang Angkasa
Rabu, 09 Desember 2020 - 02:40 WIB
JAKARTA - Masyarakat dunia tengah berada di zaman keemasan misi ruang angkasa . Tahun ini, ada banyak misi yang dikirim ke tata surya , baik yang berawak maupun robotik. Mulai dari misi ke Planet Mars hingga ke Bulan .
Yang tercatat paling fenomenal adalah misi mengambil sampel batuan ruang angkasa. Bukan hanya Bulan, tapi juga asteroid yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Hal yang sulit dilakukan di era Apollo kebanggaan NASA. (Baca juga: Habiskan Rp12 Triliun, OSIRIS-REx NASA Sukses Ambil Batuan Asteroid Bennu )
Sebelumnya di masa Perang Dingin, AS dan Rusia (Uni Soviet), berhasil membawa material bulan dengan melepas misi astronot ke sateli Bumi tersebut. Tapi di masa keemasan misi ruang angkasa, para peneliti tak perlu lagi mengirimkan pesawat berawak untuk mengambil sampel batuan di Bulan untuk dibawa ke Bumi.
Gambar ini diambil oleh kamera SamCam OSIRIS-REx pada 22 Oktober 2020, menunjukkan bahwa kepala sampler probe penuh dengan bebatuan dan debu yang dikumpulkan dari asteroid Bennu. Foto/NASA
Melalui pesawat ruang angkasa Chang'e 5, China untuk saat ini sudah berhasil mengangkut tidak kurang dari 2 kilogram batuan Bulan. Baik dari permukaan atau batuan di dalam Bulan. Semuanya diambil secara robotik.
Bukan hanya Chang'e 5, Jepang bahkan sudah berhasil membawa pulang material Asteroid Ryugu jauhnya jutaan tahun cahaya dari Bumi. Ya, misi robotik itu berhasil dijalankan pesawat ruang angkasa Habuyasa2. Pesawat pekan kemarin baru saja mendarat di Australia selatan. (Baca juga: Sampel Asteroid Ryugu Mendarat di Bumi, Ahli Astrobiologi NASA Siap Meneliti )
Sampel yang dibawa pesawat ruang angkasa ini sangat penting bagi para peneliti. "Bekerja dengan sampel tersebut memungkinkan para peneliti mempelajari tentang komposisi dan usia benda langit dengan sangat presisi," kata ilmuwan planet, Kathleen Vander Kaaden, dari Lunar and Planetary Institute di Houston, AS, kepada Space.com.
Sampel dapat memberi tahu para astronom jika asteroid mengandung bahan organik yang mungkin telah menyebabkan kehidupan di Bumi. "Bisa juga mengungkap pengertian yang lebih lengkap dari spektrum material yang ditemukan di tata surya," ungkap Ann Nguyen, ilmuwan planet di JSC's Astromaterials Research and Exploration Science (ARES).
Yang tercatat paling fenomenal adalah misi mengambil sampel batuan ruang angkasa. Bukan hanya Bulan, tapi juga asteroid yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Hal yang sulit dilakukan di era Apollo kebanggaan NASA. (Baca juga: Habiskan Rp12 Triliun, OSIRIS-REx NASA Sukses Ambil Batuan Asteroid Bennu )
Sebelumnya di masa Perang Dingin, AS dan Rusia (Uni Soviet), berhasil membawa material bulan dengan melepas misi astronot ke sateli Bumi tersebut. Tapi di masa keemasan misi ruang angkasa, para peneliti tak perlu lagi mengirimkan pesawat berawak untuk mengambil sampel batuan di Bulan untuk dibawa ke Bumi.
Gambar ini diambil oleh kamera SamCam OSIRIS-REx pada 22 Oktober 2020, menunjukkan bahwa kepala sampler probe penuh dengan bebatuan dan debu yang dikumpulkan dari asteroid Bennu. Foto/NASA
Melalui pesawat ruang angkasa Chang'e 5, China untuk saat ini sudah berhasil mengangkut tidak kurang dari 2 kilogram batuan Bulan. Baik dari permukaan atau batuan di dalam Bulan. Semuanya diambil secara robotik.
Bukan hanya Chang'e 5, Jepang bahkan sudah berhasil membawa pulang material Asteroid Ryugu jauhnya jutaan tahun cahaya dari Bumi. Ya, misi robotik itu berhasil dijalankan pesawat ruang angkasa Habuyasa2. Pesawat pekan kemarin baru saja mendarat di Australia selatan. (Baca juga: Sampel Asteroid Ryugu Mendarat di Bumi, Ahli Astrobiologi NASA Siap Meneliti )
Sampel yang dibawa pesawat ruang angkasa ini sangat penting bagi para peneliti. "Bekerja dengan sampel tersebut memungkinkan para peneliti mempelajari tentang komposisi dan usia benda langit dengan sangat presisi," kata ilmuwan planet, Kathleen Vander Kaaden, dari Lunar and Planetary Institute di Houston, AS, kepada Space.com.
Sampel dapat memberi tahu para astronom jika asteroid mengandung bahan organik yang mungkin telah menyebabkan kehidupan di Bumi. "Bisa juga mengungkap pengertian yang lebih lengkap dari spektrum material yang ditemukan di tata surya," ungkap Ann Nguyen, ilmuwan planet di JSC's Astromaterials Research and Exploration Science (ARES).
tulis komentar anda