Penjelasan BMKG Terkait Deretan Bencana di Indonesia di Awal 2021
Selasa, 19 Januari 2021 - 21:00 WIB
JAKARTA - Cuaca ekstrem menghantam Indonesia di awal tahun 2021 . Akibatnya, beberapa wilayah dilanda bencana, seperti banjir besar di Kalimantan Selatan, longsor di Sumedang, Jawa Barat, serta banjir dan longsor di Manado, Sulawesi Utara.
Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ), menjelaskan bahwa bencana akibat cuaca ekstrem sudah diprediksi oleh lembaganya sejak akhir September 2020.
BMKG juga telah menyebarluaskan prediksi tersebut ke berbagai pihak, bahwa ketika Indonesia memasuki musim penghujan, puncaknya akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.
Rita memaparkan, ada beberapa fenomena alam yang terjadi bersamaan dan memicu terjadinya cuaca ekstrem ini. Fenomena yang dimaksud adalah badai la nina, angin muson Asia, madden julian oscillation atau pergerakan udara basah dari Samudra Hindia di sebelah barat Indonesia.
Selain itu, juga bersamaan dengan femomena seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet, ditambah fenomena lokal di wilayah-wilayah yang topografinya pegunungan yang berinteraksi dengan atmosfer setempat.
"Semua fenomena dapat terjadi bersamaan, yang kami prediksi dari Januari sampai Maret 2021 terjadi peningkatan curah hujan hingga mencapai 300 mm sampai 500 mm dalam setiap bulannya," jelas Rita, dilansir dari akun Instagram resmi @infoBMKG, Selasa (19/1/2021).
BMKG juga mengingatkan adanya potensi multi risiko, yakni bencana yang terjadi secara bersamaan. Misalnya gempa bumi yang terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat, bersamaan dengan longsor dan cuaca ekstrem, serta ada potensi banjir.
"Sehingga kami ketika memitigasi gempa bumi, tetap harus memerhatikan mitigasi longsor, banjir, dan tsunami," imbuhnya.
Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ), menjelaskan bahwa bencana akibat cuaca ekstrem sudah diprediksi oleh lembaganya sejak akhir September 2020.
BMKG juga telah menyebarluaskan prediksi tersebut ke berbagai pihak, bahwa ketika Indonesia memasuki musim penghujan, puncaknya akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.
Rita memaparkan, ada beberapa fenomena alam yang terjadi bersamaan dan memicu terjadinya cuaca ekstrem ini. Fenomena yang dimaksud adalah badai la nina, angin muson Asia, madden julian oscillation atau pergerakan udara basah dari Samudra Hindia di sebelah barat Indonesia.
Selain itu, juga bersamaan dengan femomena seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet, ditambah fenomena lokal di wilayah-wilayah yang topografinya pegunungan yang berinteraksi dengan atmosfer setempat.
"Semua fenomena dapat terjadi bersamaan, yang kami prediksi dari Januari sampai Maret 2021 terjadi peningkatan curah hujan hingga mencapai 300 mm sampai 500 mm dalam setiap bulannya," jelas Rita, dilansir dari akun Instagram resmi @infoBMKG, Selasa (19/1/2021).
BMKG juga mengingatkan adanya potensi multi risiko, yakni bencana yang terjadi secara bersamaan. Misalnya gempa bumi yang terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat, bersamaan dengan longsor dan cuaca ekstrem, serta ada potensi banjir.
"Sehingga kami ketika memitigasi gempa bumi, tetap harus memerhatikan mitigasi longsor, banjir, dan tsunami," imbuhnya.
(wbs)
tulis komentar anda