Stasiun ISS Menangkap Fenomena Kilat Biru dari Bumi ke Luar Angkasa
Sabtu, 23 Januari 2021 - 13:43 WIB
JAKARTA - Para ilmuwan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melihat petir berwarna biru terang melesat ke atas dari awan petir. Kilatan biru itu sulit dilihat dari permukaan tanah, karena pelepasan muatan listrik dari puncak awan petir.
Sebaliknya, pemandangan menakjubkan itu dapat terlihat jelas dari angkasa. Semburan sinar biru itu terlihat di ISS dari sel badai dekat Nauru, sebuah pulau kecil di tengah Samudra Pasifik pada 26 Februari 2019. Namun para ilmuwan menggambarkan peristiwa tersebut dalam laporan baru, yang diterbitkan 20 Januari di jurnal Nature. (Baca: Ilmuwan Mencari Cara Mengubah Energi Lubang Hitam Menjadi Energi Listrik)
Para ilmuwan pertama kali melihat lima kilatan cahaya biru yang intens, masing-masing berlangsung sekitar 10 hingga 20 milidetik. Semburan sinar biru tersebut kemudian menyebar dari awan dalam bentuk kerucut sempit yang membentang ke stratosfer, lapisan atmosfer yang membentang dari sekitar 6 hingga 31 mil (10 hingga 50 kilometer) di atas permukaan bumi.
Kilatan biru tampaknya muncul ketika wilayah atas awan bermuatan positif berinteraksi dengan batas bermuatan negatif antara awan dan udara di atas. Namun, sifat semburan biru dan ketinggian tempat mereka meluas di atas awan tidak dicirikan dengan baik. (Baca juga: Menghindari Kanibalisme, Belalang Jantan Gunakan trik Baru Saat Kawin)
Ilmuwan mencatat, empat dari kilatan sebelum pancaran biru datang dengan gelombang kecil sinar ultraviolet (UV). Mereka mengidentifikasi emisi ini sebagai yang disebut "elf", fenomena lain yang terlihat di atmosfer bagian atas.
Elf terjadi ketika gelombang radio mendorong elektron melalui ionosfer, menyebabkan mereka berakselerasi dan bertabrakan dengan partikel bermuatan lain, melepaskan energi sebagai cahaya.
Tim tersebut mengamati kilatan cahaya, elf, dan kilatan biru menggunakan Monitor Interaksi Antariksa Antariksa Eropa (ASIM), koleksi kamera optik, fotometer, detektor sinar-X, dan detektor sinar gamma yang dipasang pada modul di stasiun luar angkasa.
"Makalah ini adalah tulisan yang mengesankan dari banyak fenomena baru yang diamati ASIM di atas badai," kata Astrid Orr, koordinator ilmu fisika untuk penerbangan luar angkasa manusia dan robotik dengan Badan Antariksa Eropa (ESA). (Baca juga: Arkeolog Temukan Manuskrip 'Kitab Orang Mati' di Pemakaman Mesir Kuno)
Para ahli juga menduga bahwa fenomena atmosfer atas, seperti kilatan biru, dapat memengaruhi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, karena lapisan ozon berada di dalam stratosfer tempat terjadinya peristiwa itu.
Sebaliknya, pemandangan menakjubkan itu dapat terlihat jelas dari angkasa. Semburan sinar biru itu terlihat di ISS dari sel badai dekat Nauru, sebuah pulau kecil di tengah Samudra Pasifik pada 26 Februari 2019. Namun para ilmuwan menggambarkan peristiwa tersebut dalam laporan baru, yang diterbitkan 20 Januari di jurnal Nature. (Baca: Ilmuwan Mencari Cara Mengubah Energi Lubang Hitam Menjadi Energi Listrik)
Para ilmuwan pertama kali melihat lima kilatan cahaya biru yang intens, masing-masing berlangsung sekitar 10 hingga 20 milidetik. Semburan sinar biru tersebut kemudian menyebar dari awan dalam bentuk kerucut sempit yang membentang ke stratosfer, lapisan atmosfer yang membentang dari sekitar 6 hingga 31 mil (10 hingga 50 kilometer) di atas permukaan bumi.
Kilatan biru tampaknya muncul ketika wilayah atas awan bermuatan positif berinteraksi dengan batas bermuatan negatif antara awan dan udara di atas. Namun, sifat semburan biru dan ketinggian tempat mereka meluas di atas awan tidak dicirikan dengan baik. (Baca juga: Menghindari Kanibalisme, Belalang Jantan Gunakan trik Baru Saat Kawin)
Ilmuwan mencatat, empat dari kilatan sebelum pancaran biru datang dengan gelombang kecil sinar ultraviolet (UV). Mereka mengidentifikasi emisi ini sebagai yang disebut "elf", fenomena lain yang terlihat di atmosfer bagian atas.
Elf terjadi ketika gelombang radio mendorong elektron melalui ionosfer, menyebabkan mereka berakselerasi dan bertabrakan dengan partikel bermuatan lain, melepaskan energi sebagai cahaya.
Tim tersebut mengamati kilatan cahaya, elf, dan kilatan biru menggunakan Monitor Interaksi Antariksa Antariksa Eropa (ASIM), koleksi kamera optik, fotometer, detektor sinar-X, dan detektor sinar gamma yang dipasang pada modul di stasiun luar angkasa.
"Makalah ini adalah tulisan yang mengesankan dari banyak fenomena baru yang diamati ASIM di atas badai," kata Astrid Orr, koordinator ilmu fisika untuk penerbangan luar angkasa manusia dan robotik dengan Badan Antariksa Eropa (ESA). (Baca juga: Arkeolog Temukan Manuskrip 'Kitab Orang Mati' di Pemakaman Mesir Kuno)
Para ahli juga menduga bahwa fenomena atmosfer atas, seperti kilatan biru, dapat memengaruhi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, karena lapisan ozon berada di dalam stratosfer tempat terjadinya peristiwa itu.
(ysw)
tulis komentar anda