Anjing Mampu Mendeteksi Penderita Covid-19 Lebih Cepat dari Rapid Tes
Sabtu, 13 Februari 2021 - 08:34 WIB
JAKARTA - Hasil sejumlah penelitian yang dilakukan ilmuwan, diketahui kalau penciuman anjing ternyata mampu mendeteksi penderita Covid-19 lebih baik dari alat tes saat ini. Dengan tehnik penciuman anjing, 95 persen orang yang terinfeksi Covid-19 mampu terdeteksi dengan cepat.
Menurut sebuah makalah terbaru, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anjing mungkin lebih baik dalam pengujian Covid-19 daripada tes PCR saat ini. Anjing pelacak dapat segera dikirim ke rumah sakit untuk pengujian cepat dalam mempercepat laju pelacakan global Covid-19 selama pandemi. (Baca: NASA Merekam Pemandangan Menakjubkan Sungai Emas di Amazon)
Ulasan tersebut dipublikasikan dalam Journal of American Osteopathic Association. Penulis makalah tersebut, Profesor Tommy Dickey mengatakan, anjing mampu merasakan dan mencium berbagai molekul pada konsentrasi yang sangat kecil. " Anjing melihat dunia dengan hidungnya, bukan matanya," katanya.
Dalam menelusuri penderita Covid-19, tes PCR, rapid antigen, atau yang terbaru melalui usapan anal membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasilnya. Sehingga saat ini dunia perlu cara efesien dan cepat untuk mengetahui penderita Covid-19. (Baca juga: Nelayan di Teluk Maine Temukan Lobster Langka Berwarna Kuning)
Berdasarkan penelitian, anjing memiliki indra penciuman yang luar biasa tajam sehingga dapat mendeteksi senyawa organik yang mudah menguap. Anjing diketahui mampu mendeteksi kanker dan penyakit lain dengan akurat, kemungkinan karena senyawa yang dilepaskan dalam cairan tubuh atau darah pasien yang terkena.
Dalam studi pertama, ilmuwan menggunakan delapan anjing pelacak yang sebelumnya terlatih untuk mendeteksi penderita kanker dan bahan peledak. Dari 198 sampel yang diberikan, ternyata anjing-anjing tersebut memiliki tingkat keberhasilan antara 83-100%. Beberapa sampel yang sebelumnya dianggap negatif oleh dokter, ternyata perlu perawatan rumah sakit. (Baca juga: Jangan Takut Kalau Diminta Dokter Foto Rontgen, Aman!)
Untuk penggunaan anjing sebagai hewan pendeteksi Covid-19 diperlukan pengujian lebih lanjut karena hasil terhadap setiap anjing berbeda. Jika penelitian ini berhasil, bukan tak mungkin anjing bisa dikerahkan untuk pengujian skala besar di kawasan sibuk.
Menurut sebuah makalah terbaru, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anjing mungkin lebih baik dalam pengujian Covid-19 daripada tes PCR saat ini. Anjing pelacak dapat segera dikirim ke rumah sakit untuk pengujian cepat dalam mempercepat laju pelacakan global Covid-19 selama pandemi. (Baca: NASA Merekam Pemandangan Menakjubkan Sungai Emas di Amazon)
Ulasan tersebut dipublikasikan dalam Journal of American Osteopathic Association. Penulis makalah tersebut, Profesor Tommy Dickey mengatakan, anjing mampu merasakan dan mencium berbagai molekul pada konsentrasi yang sangat kecil. " Anjing melihat dunia dengan hidungnya, bukan matanya," katanya.
Dalam menelusuri penderita Covid-19, tes PCR, rapid antigen, atau yang terbaru melalui usapan anal membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasilnya. Sehingga saat ini dunia perlu cara efesien dan cepat untuk mengetahui penderita Covid-19. (Baca juga: Nelayan di Teluk Maine Temukan Lobster Langka Berwarna Kuning)
Berdasarkan penelitian, anjing memiliki indra penciuman yang luar biasa tajam sehingga dapat mendeteksi senyawa organik yang mudah menguap. Anjing diketahui mampu mendeteksi kanker dan penyakit lain dengan akurat, kemungkinan karena senyawa yang dilepaskan dalam cairan tubuh atau darah pasien yang terkena.
Dalam studi pertama, ilmuwan menggunakan delapan anjing pelacak yang sebelumnya terlatih untuk mendeteksi penderita kanker dan bahan peledak. Dari 198 sampel yang diberikan, ternyata anjing-anjing tersebut memiliki tingkat keberhasilan antara 83-100%. Beberapa sampel yang sebelumnya dianggap negatif oleh dokter, ternyata perlu perawatan rumah sakit. (Baca juga: Jangan Takut Kalau Diminta Dokter Foto Rontgen, Aman!)
Untuk penggunaan anjing sebagai hewan pendeteksi Covid-19 diperlukan pengujian lebih lanjut karena hasil terhadap setiap anjing berbeda. Jika penelitian ini berhasil, bukan tak mungkin anjing bisa dikerahkan untuk pengujian skala besar di kawasan sibuk.
(ysw)
tulis komentar anda