Asal-Usul Vaksin dari China, Eropa hingga Yunani punya Cerita Sendiri

Minggu, 18 Juli 2021 - 08:02 WIB
Ilustrasi Vaksin Virus. FOTO/ Ist
JAKARTA - Saat wabah penyakit menyebar, Vaksin adalah penawar wabah yang dapat diandalkan. Vaksin merupakan salah satu pencegahan paling penting terhadap penyakit-penyakit yang mudah sekali menular.

Sudah banyak sekali berbagai macam vaksin diproduksi untuk mencegah penyakit. Namun tahukah Anda bagaimana asal mula vaksin itu ditemukan?

Istilah vaksin baru dikenal pada tahun 1796 ketika vaksin cacar pertama berhasil diketemukan. Sebelum itu, usaha untuk mencegah terjadinya infeksi oleh sebuah penyakit telah dilakukan sejak jaman Yunani kuno, 429 SM. Pada saat itu, seorang ahli sejarah Yunani menemukan bahwa orang-orang yang berhasil sembuh dari cacar tidak pernah terinfeksi cacar untuk yang keduakalinya.



Pada tahun 900, orang-orang China menemukan bentuk kuno dari vaksinasi, yaitu variolasi. Variolasi adalah proses memindahkan virus cacar dari lesi penderita cacar ke orang-orang yang sehat, dengan tujuan untuk mencegah infeksi cacar. Variolasi mulai menyebar ke tanah Eropa pada abad ke-18 ketika terjadi wabah cacar. Dengan variolasi, tingkat kematian akibat cacar dapat dikurangi pada saat itu.

Edward Jenner adalah seorang dokter dan ilmuwan Inggris yang melopori konsep vaksin pertama di dunia. Hal itu pertama kali dilakukannya ketika wabah cacar melanda Eropa. Jenner disebut sebagai “Bapak Imunologi” dan karyanya dikatakan ‘menyelamatkan lebih banyak nyawa daripada pekerjaan manusia lain’.

Edward Jenner lahir di Berkeley, Gloucestershire pada 17 Mei 1749. Jenner lahir pada saat pola praktik medis dan pendidikan Inggris mengalami perubahan bertahap. Ia adalah seorang pemuda desa dan putra dari seorang pendeta. Ketika ayahnya meninggal dunia, usia Edward baru lima tahun. Sejak itu, ia dibesarkan oleh seorang kakak laki-laki yang juga seorang pendeta di sebuah desa yang tenang.

Saat usianya 14 tahun, ia magang dengan seorang ahli bedah lokal dan kemudian dilatih di London. Di tahun 1772, Edward kembali ke Berkeley dan menghabiskan sebagian besar sisa kariernya sebagai dokter di kota asalnya. Ia mampu, terampil, dan populer. Selain mempraktikkan kedokteran, ia bergabung dengan dua kelompok medis untuk mempromosikan pengetahuan medis dan sesekali menulis makalah medis. Jenner juga suka memainkan biola di klub musik, menulis syair ringan, dan sebagai seorang naturalis, ia melakukan banyak pengamatan, terutama tentang kebiasaan bersarang burung kukuk dan migrasi burung.

Pada abad 18, hampir setengah juta orang di Eropa dan negara lainnya meninggal dunia akibat cacar (smallpox). Awalnya Jenner mengamati tetangganya Sarah yang memiliki tanda cacar sapi di tangan dan lengannya. Ia bertanya kepada gadis tersebut tentang cacar sapi yang diidapnya. Gadis tersebut menyebutkan tidak akan tertular cacar karena ia pernah mengidap cacar sapi. Dengan penjelasan tersebut Jenner pun yakin cacar sapi dapat melindungi manusia dari cacar alami yang mematikan.

Lalu, tahun 1796 Jenner dan James Phipps melakukan eksperimen dengan menguji teorinya. Ia menguji seseorang yang menderita penyakit ringan cacar sapi tetapi tak pernah tertular cacar, salah satu pembunuh terbesar pada masa itu, terutama di antara anak-anak. Jenner menyuntikan cairan dan lepuhan cacar sapi seorang anak laki-laki pemerah susu di Inggris. Lepuhan muncul di tempat olesan tersebut, dan berhasil menyembuhkan anak tersebut. Inilah yang kemudian menjadi vaksin pertama di dunia. Lalu, Jenner mencoba berulang kali untuk anak-anak yang terkena cacar, nyatanya mereka tak kembali sakit.

Jenner membuat temuan barunya dengan variolasi menggunakan bahan dari cacar sapi. Bahan itulah yang sangat efektif untuk mematikan penularan terhadap cacar manusia. Variolasi berbeda dengan cacar alami yang masih lebih baik dilakukan dibanding tak sama sekali pada saat itu. Penerima variolasi masih mungkin menyebarkan cacarnya kepada orang lain. Selain itu, variolasi menyebabkan penularan penyakit lain, seperti sifilis.

Kemudian, di tahun 1797, Jenner menyerahkan hasil eksperimennya ke Royal Society. Sayangnya, hasil eksperimennya ditolak. Karena idenya terlalu revolusioner dan membutuhkan lebih banyak bukti. Setelah ia bereksperimen pada beberapa anak-anak lainnya, termasuk putranya sendiri yang berusia 11 bulan. Pada tahun 1798, akhirnya ia mempublikasikan hasil temuannya sendiri dengan buklet kecil dan Jenner menciptakan kata vaksin dari bahasa Latin sapi (vacca) serta cacar sapi (vacinia). Sejak saat itulah, istilah vaksin dikenal sebagai suspensi berisi mikoorganisme yang telah dilemahkan. Fungsinya untuk kekebalan pada tubuh manusia dan mencegah terinfeksinya dari penyakit berbahaya.

Setelah itu, Jenner pergi ke London untuk mencari sukarelawan vaksinasi, tetapi hingga tiga bulan ia belum menemukannya juga. Seorang ahli bedah Henry Cline, yang akhirnya mau jadi sukarelawan dan ia diberikan inokulan oleh Jenner.
(wbs)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More