Varian Omicron: Mutasi dan Dampak yang Perlu Diketahui
Selasa, 30 November 2021 - 15:50 WIB
OMICRON mulai ramai dibicarakan sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyematkan nama untuk varian baru virus corona atau COVID-19 pada 26 November 2021. Bukan sekadar memberikan nama baru, WHO juga mengingatkan bahwa varian baru Omicron menjadi perhatian serius.
“Bukti awal menunjukkan, orang yang sebelumnya pulih dari COVID-19 memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi terhadap Omicron, dibandingkan dengan varian sebelumnya,” demikian keterangan WHO dikutip SINDOnews dari laman livescience, Selasa (30/11/2021).
Tetapi belum jelas seberapa parah atau bagaimana penularan Omicron, termasuk bagaimana dampak vaksin COVID-19 untuk mencegahnya. Para ahli mengatakan vaksin akan kurang efektif terhadap mutasi Omicron ini, tetapi tetap mampu memberikan perlindungan. (Baca juga; Pakar UGM Sebut Varian Omicron Belum Terbukti Lebih Menular dari Delta )
Varian (B.1.1.529) arau Omicron pertama kali dilaporkan ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Penemuan varian Omicron menyusul terjadi peningkatan tajam dalam kasus COVID-19 di Provinsi Gauteng. Infeksi pertama yang diketahui dan dikonfirmasi dengan Omicron berasal dari sampel yang diambil pada 9 November, dan sekarang jumlah kasus Omicron meningkat di seluruh Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan adalah negara pertama yang melaporkan Omicron ke WHO, tidak jelas dari negara mana varian ini muncul. The Washington Post melaporkan Omicron juga terdeteksi di Kanada, Austria, Belgia, Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Skotlandia, Botswana, Israel, Australia, dan Hong Kong. (Baca juga; Kecemasan pada Omicron Berkurang, Bursa Asia Pagi Ini Rebound )
Apalagi Tes PCR secara umum dapat mendeteksi varian Omicron dan dengan mudah dibedakan dari varian lain. Sebab ada mutasi pada salah satu dari tiga gen yang dijadikan bahan pengujian. "Dengan menggunakan pendekatan ini, varian ini telah terdeteksi lebih cepat dari lonjakan infeksi sebelumnya," keterangan WHO.
Mutasi
Omicron memiliki lebih dari 30 mutasi, 10 di antaranya berada di "domain pengikatan reseptor" atau bagian dari protein yang menempel pada sel manusia. "Kemungkinan potensi penyebaran Omicron di tingkat global tinggi," menurut laporan The Guardian.
Namun, belum diketahui apakah Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Bukti awal menunjukkan tingkat rawat inap pasien di Afrika Selatan meningkat, namun perlu diketahui hanya sekitar 24% populasi Afrika Selatan yang sudah divaksinasi lengkap COVID-19.
“Bukti awal menunjukkan, orang yang sebelumnya pulih dari COVID-19 memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi terhadap Omicron, dibandingkan dengan varian sebelumnya,” demikian keterangan WHO dikutip SINDOnews dari laman livescience, Selasa (30/11/2021).
Tetapi belum jelas seberapa parah atau bagaimana penularan Omicron, termasuk bagaimana dampak vaksin COVID-19 untuk mencegahnya. Para ahli mengatakan vaksin akan kurang efektif terhadap mutasi Omicron ini, tetapi tetap mampu memberikan perlindungan. (Baca juga; Pakar UGM Sebut Varian Omicron Belum Terbukti Lebih Menular dari Delta )
Varian (B.1.1.529) arau Omicron pertama kali dilaporkan ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Penemuan varian Omicron menyusul terjadi peningkatan tajam dalam kasus COVID-19 di Provinsi Gauteng. Infeksi pertama yang diketahui dan dikonfirmasi dengan Omicron berasal dari sampel yang diambil pada 9 November, dan sekarang jumlah kasus Omicron meningkat di seluruh Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan adalah negara pertama yang melaporkan Omicron ke WHO, tidak jelas dari negara mana varian ini muncul. The Washington Post melaporkan Omicron juga terdeteksi di Kanada, Austria, Belgia, Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Skotlandia, Botswana, Israel, Australia, dan Hong Kong. (Baca juga; Kecemasan pada Omicron Berkurang, Bursa Asia Pagi Ini Rebound )
Apalagi Tes PCR secara umum dapat mendeteksi varian Omicron dan dengan mudah dibedakan dari varian lain. Sebab ada mutasi pada salah satu dari tiga gen yang dijadikan bahan pengujian. "Dengan menggunakan pendekatan ini, varian ini telah terdeteksi lebih cepat dari lonjakan infeksi sebelumnya," keterangan WHO.
Mutasi
Omicron memiliki lebih dari 30 mutasi, 10 di antaranya berada di "domain pengikatan reseptor" atau bagian dari protein yang menempel pada sel manusia. "Kemungkinan potensi penyebaran Omicron di tingkat global tinggi," menurut laporan The Guardian.
Namun, belum diketahui apakah Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Bukti awal menunjukkan tingkat rawat inap pasien di Afrika Selatan meningkat, namun perlu diketahui hanya sekitar 24% populasi Afrika Selatan yang sudah divaksinasi lengkap COVID-19.
Lihat Juga :
tulis komentar anda