Menelusuri Jejak Islam yang Tersembunyi dari Bangunan Bersejarah Kota Madrid

Sabtu, 11 Desember 2021 - 19:59 WIB
Pengaruh para pendiri Muslim terlihat dari bangunan-bangunan mudejar tertua di kota itu dan sisa-sisa tembok abad kesembilan yang dilestarikan. Salah satunya di sebuah taman yang tenang yang dinamai menurut nama penguasa pertama kota itu, Parque Mohamed I. (Baca juga; Prasasti Waqfiyya Ungkap Dokumentasi Wakaf Dua Desa di Palestina pada Abad Ke-9 )

Istilah mudejar mengacu kepada gaya arsitektur dan dekorasi Iberia pada abad pertengahan, khususnya Aragon dan Kastilia, yang sangat dipengaruhi oleh cita rasa dan keahlian ala Moor. Ada elemen dekoratif gaya arsitektur Eropa, yang dicirikan oleh batu bata yang halus dan ubin berlapis kaca.



“Masa lalu jauh lebih beragam, tidak hanya soal konflik dan pertumpahan darah. Itu juga merupakan periode kerja sama, perdagangan, dan banyak hal menarik yang tidak terlalu terlihat dalam citra kolektif yang dimiliki orang Spanyol tentang Al-Andalus," kata Oulad Mohammed, 36, seorang aktivis komunitas Madrid dikutip SINDOnews dari laman Middleeasteye (MEE), Sabtu (11/12/2021).

Namun saat ini hanya sedikit petunjuk yang terlihat dari masa kejayaan Muslim di ibu kota Spanyol tersebut. Istana Kerajaan, misalnya, berdiri di situs Alcazar (benteng) abad kesembilan bangsa Moor, yang dihancurkan oleh api pada tahun 1734.

Upaya untuk memulihkan dan menjaga warisan Islam di Madrid telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar di bawah arahan Yayasan Kebudayaan Islam Spanyol (FUNCI). Pada tahun 2017, yayasan ini bermitra dengan Complutense University of Madrid untuk mendirikan Center for the Study of Islamic Madrid (CEMI).



Pusat studi ini mempromosikan penelitian ilmiah dari perspektif sejarah dan arkeologi Madrid Islam abad pertengahan dan bekerja untuk melindungi warisan Islam. Mereka meyakini bahwa pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu Islam Madrid dapat berkontribusi pada inklusivitas dan koeksistensi damai di masa sekarang.

“Semakin sedikit pengetahuan yang dimiliki orang, semakin mudah untuk memanipulasinya, dan semakin mudah untuk melihat budaya dan agama lain sebagai elemen asing, bukan sebagai bagian penting dari sejarah kita,” kata Encarna Gutierrez, Sekretaris Jenderal Yayasan FUNCI. (Baca juga; Pesona Alquran Abad Ke-15, Ditulis Tangan dengan Paduan Kaligrafi Muhaqqaq dan Kufi )

Dalam konteks kekinian, semangat ini menciptakan ruang untuk berbicara tentang era Islam Madrid dan warisannya pada tempat yang tepat dalam sejarah sebagai langkah maju yang positif. “Ini akan melegakan bagi umat Islam di sini karena pada titik tertentu, kami mungkin tidak terlihat sebagai orang asing,” kata Aurora Ali, 39, juru bicara Asosiasi Muslim untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Madrid.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More