Dampak Letusan Matahari, 2 Badai Geomagnetik Akan Hantam Bumi
Selasa, 15 Maret 2022 - 10:42 WIB
NEW YORK - Dampak letusan Matahari yang terjadi beberapa hari lalu, Bumi akan dihantam serangkaian badai geomagnetik ringan pada Senin dan Selasa (14 dan 15 Maret 2022). Badai geomagnetik atau populer disebut badai Matahari kemungkinan mengacaukan transmisi radio dan mempengaruhi stabilitas jaringan listrik di garis lintang tinggi.
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengkategorikan badai yang datang sebagai kategori G2 pada hari Senin dan G1 pada hari Selasa, sesuai lima tingkat skala badai matahari lima (G5 menjadi yang paling ekstrem). NOAA menyebutkan, badai geomagnetik tidak akan menyebabkan kerusakan apa pun di Bumi.
“Namun, aurora borealis dapat terlihat di garis lintang yang lebih rendah dari biasanya. Mungkin sejauh selatan New York dan Idaho di AS,” keterangan NOAA dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (15/3/2022).
NOAA menjelaskan, Bumi mengalami lebih dari 2.000 badai Matahari kategori G1 dan G2 setiap dekade. Saat ini Bumi berada di tengah-tengah badai matahari ringan; badai G2 terbaru menyerempet Bumi pada hari Minggu (13 Maret), berlalu pada pagi-pagi sekali tanpa banyak masalah.
.Seperti semua badai geomagnetik, peristiwa yang diprediksi pada hari Senin dan Selasa berasal dari ledakan partikel bermuatan yang meninggalkan atmosfer terluar matahari atau korona. Ledakan ini, dikenal sebagai coronal mass ejections (CMEs) terjadi ketika garis-garis medan magnet di atmosfer Matahari kusut dan patah, mengeluarkan semburan plasma dan medan magnet ke luar angkasa.
Gumpalan besar partikel ini berlayar melintasi tata surya dengan angin matahari, kadang-kadang melewati Bumi, dan dalam prosesnya menekan perisai magnet planet kita. Kompresi itu memicu badai geomagnetik.
Menurut NOAA sebagian besar badai bersifat ringan, hanya merusak teknologi di ruang angkasa atau pada garis lintang yang sangat tinggi. Tetapi CME yang lebih besar dapat memicu badai yang jauh lebih ekstrem - seperti Peristiwa Carrington 1859 yang terkenal, yang menyebabkan arus listrik yang begitu kuat sehingga peralatan telegraf meledak menjadi api.
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengkategorikan badai yang datang sebagai kategori G2 pada hari Senin dan G1 pada hari Selasa, sesuai lima tingkat skala badai matahari lima (G5 menjadi yang paling ekstrem). NOAA menyebutkan, badai geomagnetik tidak akan menyebabkan kerusakan apa pun di Bumi.
“Namun, aurora borealis dapat terlihat di garis lintang yang lebih rendah dari biasanya. Mungkin sejauh selatan New York dan Idaho di AS,” keterangan NOAA dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (15/3/2022).
Baca Juga
NOAA menjelaskan, Bumi mengalami lebih dari 2.000 badai Matahari kategori G1 dan G2 setiap dekade. Saat ini Bumi berada di tengah-tengah badai matahari ringan; badai G2 terbaru menyerempet Bumi pada hari Minggu (13 Maret), berlalu pada pagi-pagi sekali tanpa banyak masalah.
.Seperti semua badai geomagnetik, peristiwa yang diprediksi pada hari Senin dan Selasa berasal dari ledakan partikel bermuatan yang meninggalkan atmosfer terluar matahari atau korona. Ledakan ini, dikenal sebagai coronal mass ejections (CMEs) terjadi ketika garis-garis medan magnet di atmosfer Matahari kusut dan patah, mengeluarkan semburan plasma dan medan magnet ke luar angkasa.
Gumpalan besar partikel ini berlayar melintasi tata surya dengan angin matahari, kadang-kadang melewati Bumi, dan dalam prosesnya menekan perisai magnet planet kita. Kompresi itu memicu badai geomagnetik.
Menurut NOAA sebagian besar badai bersifat ringan, hanya merusak teknologi di ruang angkasa atau pada garis lintang yang sangat tinggi. Tetapi CME yang lebih besar dapat memicu badai yang jauh lebih ekstrem - seperti Peristiwa Carrington 1859 yang terkenal, yang menyebabkan arus listrik yang begitu kuat sehingga peralatan telegraf meledak menjadi api.
tulis komentar anda