Peristiwa Langka Tawuran Gorila dan Simpanse, Ternyata Ini Pemicunya

Selasa, 17 Mei 2022 - 23:37 WIB
Gorila dan Simpanse telah hidup berdampingan dalam damai selama bertahun-tahun. Meskipun terkadang mereka membunuh anak-anak atau satu sama lain dalam pertarungan. Foto/nypost
BRISTOL - Gorila dan Simpanse telah hidup berdampingan dalam damai selama bertahun-tahun. Meskipun terkadang mereka membunuh anak-anak atau satu sama lain dalam pertarungan satu lawan satu, itu bukanlah perilaku umum mereka.

Para peneliti telah merekam dua pertemuan terpisah di Taman Nasional Loango di Gabon pada tahun 2019, ketika jumlah simpanse melebihi jumlah gorila dan memicu serangan sebanyak dua kali. Para peneliti dari Universitas Osnabrück dan Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Jerman terkejut mengamati pertarungan yang berlangsung hampir satu jam itu.

“Pengamatan kami memberikan bukti pertama bahwa keberadaan simpanse dapat memiliki dampak mematikan pada gorila. Kami sekarang ingin menyelidiki faktor-faktor yang memicu interaksi agresif yang mengejutkan ini,” kata peneliti dan ahli primata Tobias Deschner kepada ScienceAlert dikutip SINDOnews, Selasa (17/5/2022).



Diketahui spesies kera besar ini telah hidup dalam harmoni begitu lama dan berbagi sumber daya di habitat mereka. Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa serangan mematikan simpanse dan gorila di alam liar dapat didorong oleh sumber daya yang terbatas dan persaingan.



Mungkin sudah menjadi naluri monyet untuk memperebutkan makanan dan wilayah. “Kami baru pada tahap awal untuk memahami efek persaingan pada interaksi antara dua spesies di Loango,” kata Simone Pika, ahli biologi kognitif di Universitas Osnabrück dikutip SINDOnews dari laman natureworldnews.

Kasus gorila gunung liar multi-jantan dan multi-betina ini juga telah diamati pada tahun 2014, ketika seekor gorila bernama Inshuti melarikan diri setelah diserang oleh gerombolan 25 gorila lain di dekat Pusat Penelitian Karisoke Rwanda. Stacy Rosenbaum dari University of Chicago yang menyaksikan serangan itu. “Salah satu hal paling mengejutkan yang pernah saya lihat,” ujarnya.





Pengamatan interaksi di antara primata agresif ini menunjukkan bahwa struktur sosial adalah penyebab utama terjadinya perkelahian. Apalagi, populasi gorila meningkat dalam kelompok multi-jantan, bahkan dengan tidak adanya tekanan sumber daya.

Meskipun diindikasikan sebagai faktor utama, pengamatan terbatas pada area tertentu untuk memastikan mereka masih diberi ruang dan rasa hormat di habitat aslinya. Mungkin juga pembunuhan antara kedua spesies ini sebenarnya lebih umum akibat kurangnya makanan seperti buah yang kurang tersedia.

“Studi kami menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dijelajahi dan ditemukan tentang kerabat terdekat kita yang masih hidup ini. Taman Nasional Loango dengan habitat mosaiknya yang unik adalah tempat yang menarik untuk melakukan pengamatan,” tutur Pika.
(wib)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More