Masalah Sampah Plastik di Bumi dan Cara Penanggulangannya saat Pandemik

Rabu, 01 Juli 2020 - 16:05 WIB
“Reduksi ini perlu benar-benar diimplementasikan, mengingat regulasi yang mengaturnya belum memaksa produsen kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods atau FMCG), untuk mengubah kemasannya dengan menghindari plastik sekali pakai,” ujar Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia.

Kemudian mendesain ulang (redesign) produk plastik seharusnya lebih berfokus untuk penggunaan kembali (reuse), ketimbang untuk daur ulang (recycle).

Terlebih, mengingat belum adanya sistem pemilahan ideal dalam sistem pengelolaan sampah nasional, serta tingkat daur ulang dalam negeri yang masih terhitung rendah, yaitu sekitar 10%.

Lalu masalah sampah plastik impor belum menjadi perhatian pemerintah. Indonesia telah menjadi pengimpor sampah plastik yang akhirnya menambah sekitar 220.000 ton ke volume sampah nasional.

“Pemerintah harus menutup keran impor sampah plastik seperti negara Asia Tenggara lainnya. Pasalnya, sampah plastik impor ini didominasi sampah rumah tangga yang tidak bisa didaur ulang,” tegas Atha.

Plastik saat Pandemik

Penggunaan ulang plastik di masa pandemik saat ini menjadi kekhawatiran besar. Sebab, jika hanya sekali pakai saja, sampah plastik bisa menggunung di banyak negara di dunia.

Menjawab hal itu, lebih dari 115 ahli kesehatan dari delapan belas negara menyatakan bahwa konsep penggunaan kembali plastik aman dilakukan selama pandemi Covid-19.

Pernyataan mereka menyanggah pandangan pihak industri plastik yang menekankan bahwa konsep tersebut berpeluang besar terhadap penyebaran virus.

Para ahli kesehatan yang bergabung dengan Greenpeace Amerika Serikat dan UPSTREAM, menekankan bahwa plastik sekali pakai tidak lebih aman dari wadah yang dapat digunakan kembali (reusable).
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More