Ilmuwan Berhasil Menerjemahkan Bahasa yang Hilang Ribuan Tahun Milik Leluhur Orang Palestina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan akhirnya berhasil menerjemahkan bahasa hilang yang tidak digunakan selama ribuan tahun.
Bahasa itu ada di sepasang tablet tanah liat kuno yang telah dipelajari secara ekstensif. Tablet tanah liat itu usianya diperkirakan sekitar 4.000 tahun, ditemukan sekitar 30 tahun yang lalu di Irak.
Kedua tablet tersebut disimpan dalam koleksi terpisah. Namun, sejak 2016 sepasang peneliti telah mempelajarinya bersama untuk membuka rahasia lama mereka yang hilang.
Ilmuwan memperkirakan bahwa tablet dibuat oleh orang Amori, yang tinggal di Timur Tengah dan awalnya berasal dari wilayah Kanaan/Palestina (di mana Israel, Yordania, dan Suriah sekarang) tetapi bermigrasi ke Mesopotamia, wilayah yang nantinya menjadi Irak.
Penemuan tablet dan upaya dalam menguraikan bahasa kuno yang hilang ini telah dibandingkan dengan Batu Rosetta, artefak Mesir yang memungkinkan ilmuwan menguraikan hieroglif dan mempelajari bahasa yang sangat berbeda.
Apa yang membuat tablet ini begitu penting untuk menerjemahkan bahasa yang hilang adalah bahwa teks yang tertulis di atasnya dibagi menjadi dua kolom, dengan kolom kiri berisi tulisan dalam bahasa Amori yang hilang.
Tertulis di samping bahasa yang hilang ini adalah kolom sebelah kanan, yang memiliki dialek lama bahasa Akkadia yang masih dapat dibaca oleh para ilmuwan.
Karena tablet memiliki dua bahasa berdampingan, maka ilmuwan dapat memahami salah satu bahasa. Dan itu dijadikan kunci untuk menguraikan dan memahami bahasa lain seperti yang dilakukan Batu Rosetta untuk hieroglif Mesir Kuno.
Peneliti Manfred Krebernik dan Andrew R. George mengatakan kepada Live Science bahwa pengetahuan yang ada tentang bahasa Amori sangat sedikit dan “sangat menyedihkan”. “Bahkan, beberapa ahli sampai meragukan apakah bahasa Amori benar-benar ada,” ujar Manfred Krebernik.
Manfred Krebernik menyebut bahwa mereka mempelajari tablet-tablet ini untuk menunjukkan bahwa Amori benar-benar ada. Juga, membuktikan bahwa bahasa yang diartikulasikan secara koheren dapat diprediksi, serta menjadi bahasa tersendiri.
Bahasa itu ada di sepasang tablet tanah liat kuno yang telah dipelajari secara ekstensif. Tablet tanah liat itu usianya diperkirakan sekitar 4.000 tahun, ditemukan sekitar 30 tahun yang lalu di Irak.
Kedua tablet tersebut disimpan dalam koleksi terpisah. Namun, sejak 2016 sepasang peneliti telah mempelajarinya bersama untuk membuka rahasia lama mereka yang hilang.
Ilmuwan memperkirakan bahwa tablet dibuat oleh orang Amori, yang tinggal di Timur Tengah dan awalnya berasal dari wilayah Kanaan/Palestina (di mana Israel, Yordania, dan Suriah sekarang) tetapi bermigrasi ke Mesopotamia, wilayah yang nantinya menjadi Irak.
Penemuan tablet dan upaya dalam menguraikan bahasa kuno yang hilang ini telah dibandingkan dengan Batu Rosetta, artefak Mesir yang memungkinkan ilmuwan menguraikan hieroglif dan mempelajari bahasa yang sangat berbeda.
Apa yang membuat tablet ini begitu penting untuk menerjemahkan bahasa yang hilang adalah bahwa teks yang tertulis di atasnya dibagi menjadi dua kolom, dengan kolom kiri berisi tulisan dalam bahasa Amori yang hilang.
Tertulis di samping bahasa yang hilang ini adalah kolom sebelah kanan, yang memiliki dialek lama bahasa Akkadia yang masih dapat dibaca oleh para ilmuwan.
Karena tablet memiliki dua bahasa berdampingan, maka ilmuwan dapat memahami salah satu bahasa. Dan itu dijadikan kunci untuk menguraikan dan memahami bahasa lain seperti yang dilakukan Batu Rosetta untuk hieroglif Mesir Kuno.
Peneliti Manfred Krebernik dan Andrew R. George mengatakan kepada Live Science bahwa pengetahuan yang ada tentang bahasa Amori sangat sedikit dan “sangat menyedihkan”. “Bahkan, beberapa ahli sampai meragukan apakah bahasa Amori benar-benar ada,” ujar Manfred Krebernik.
Manfred Krebernik menyebut bahwa mereka mempelajari tablet-tablet ini untuk menunjukkan bahwa Amori benar-benar ada. Juga, membuktikan bahwa bahasa yang diartikulasikan secara koheren dapat diprediksi, serta menjadi bahasa tersendiri.