Kurang Oksigen, Alasan Serangga Jarang Ditemukan di Laut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah ilmuwan dari Tokyo Metropolitan University menemukan alasan mengapa serangga sangat jarang ditemukan di lingkungan laut. Namun, sangat banyak ditemukan di daratan.
Dilansir dari Scitech Daily, serangga mengembangkan mekanisme kimia yang unik untuk mengeraskan cangkangnya yang menggunakan oksigen molekuler dan enzim yang disebut multicopper oxidase-2 (MCO2).
"Sekarang, mereka berpendapat bahwa ini memberi mereka kerugian di laut. Sementara itu, memberikan keuntungan yang membantu mereka di darat, menempatkan MCO2 di jantung evolusi eko-evolusi serangga," tulis laman itu, dikutip Minggu (7/5/2023).
Serangga adalah beberapa organisme paling sukses di planet ini. Mereka dikatakan merupakan biomassa paling banyak dari semua hewan terestrial dan memiliki dampak signifikan pada ekosistem global.
Namun, kelimpahan mereka cocok dengan kelangkaan mereka di laut. Sangat sedikit serangga yang memiliki rumah di laut. Hal ini sangat ironis, apalagi leluhur biologis mereka datang dari sana.
"Ini adalah misteri sains yang telah coba dijawab oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun," sambungnya.
Namun, sejumlah peneliti dari Tokyo Metropolitan University yang dipimpin oleh Asisten Profesor Tsunaki Asano telah berhasil menemukan jawabannya dengan mengusut genetika evolusi serangga.
Filogenetik molekuler terbaru telah mengajarkan, bahwa baik krustasea dan serangga adalah bagian dari keluarga yang sama, yakni pankrustacea, dan bahwa serangga adalah cabang yang meninggalkan laut dan disesuaikan dengan tanah. Mereka berbagi fitur penting, sebuah exoskeleton yang terdiri dari lapisan lilin dan kutikula keras.
Dilansir dari Scitech Daily, serangga mengembangkan mekanisme kimia yang unik untuk mengeraskan cangkangnya yang menggunakan oksigen molekuler dan enzim yang disebut multicopper oxidase-2 (MCO2).
"Sekarang, mereka berpendapat bahwa ini memberi mereka kerugian di laut. Sementara itu, memberikan keuntungan yang membantu mereka di darat, menempatkan MCO2 di jantung evolusi eko-evolusi serangga," tulis laman itu, dikutip Minggu (7/5/2023).
Serangga adalah beberapa organisme paling sukses di planet ini. Mereka dikatakan merupakan biomassa paling banyak dari semua hewan terestrial dan memiliki dampak signifikan pada ekosistem global.
Namun, kelimpahan mereka cocok dengan kelangkaan mereka di laut. Sangat sedikit serangga yang memiliki rumah di laut. Hal ini sangat ironis, apalagi leluhur biologis mereka datang dari sana.
"Ini adalah misteri sains yang telah coba dijawab oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun," sambungnya.
Namun, sejumlah peneliti dari Tokyo Metropolitan University yang dipimpin oleh Asisten Profesor Tsunaki Asano telah berhasil menemukan jawabannya dengan mengusut genetika evolusi serangga.
Filogenetik molekuler terbaru telah mengajarkan, bahwa baik krustasea dan serangga adalah bagian dari keluarga yang sama, yakni pankrustacea, dan bahwa serangga adalah cabang yang meninggalkan laut dan disesuaikan dengan tanah. Mereka berbagi fitur penting, sebuah exoskeleton yang terdiri dari lapisan lilin dan kutikula keras.