Meluncur ke Matahari, Satelit Aditya-L1 India akan Sampai 4 Bulan Lagi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satelit tanpa awak milik India, Aditya-L1 sukses diluncurkan ke luar angkasa menuju Matahari pada Sabtu (2/9/2023). Diperkirakan empat bulan lagi Aditya-L1 akan sampai di lokasi, yakni Titik L1.
"Ini perjalanan yang cukup lama hingga mencapai 135 hari. Semoga keberuntungan menyertai," kata Ketua ISRO Sreedhara Panicker Somanath dikutip dari situs Jagranjosh, Senin (4/9/2023).
Titik L1 bukan tempat yang sangat dekat dengan Matahari. Titik tersebut merupakan lokasi yang sangat ideal untuk melakukan penelitian terhadap Matahari.
L1 diketahui merupakan wilayah yang sangat stabil dan tidak terpengaruh oleh kondisi luar biasa yang terjadi di Matahari.
"L1 adalah titik stabil secara gravitasi yang terletak sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi ke Matahari. Artinya Aditya-L1 akan selalu berada pada posisi relatif yang sama terhadap Matahari dan Bumi. Posisi itu sangat ideal untuk melakukan pengamatan Matahari secara terus menerus," tulis situs Jagranjosh.
Hal itu diyakini akan memberikan keuntungan yang lebih besar untuk mengamati aktivitas Matahari dan pengaruhnya terhadap cuaca antariksa secara real time.
Satelit Aditya-L1 India membawa tujuh perangkat untuk mengamati fotosfer, kromosfer, dan lapisan terluar matahari (korona) dengan menggunakan detektor elektromagnetik, partikel, dan medan magnet.
Nigar Shaji, Project Director ISREO mengatakan kedatangan Aditya-L1 ke Matahari justru akan memberikan banyak manfaat buat semua pihak. Tidak hanya buat India tapi negara-negara di seluruh dunia.
Penelitian itu akan membantu para ilmuwan memahami aktivitas Matahari, seperti angin Matahari dan jilatan api Matahari. Dari situ juga akan diketahui pengaruh fenomena kondisi Matahari terhadap bumi dan cuaca dekat ruang angkasa secara real time.
Mylswamy Annadurai, mantan peneliti ISRO mengatakan Matahari terus-menerus mempengaruhi cuaca bumi melalui radiasi, panas dan aliran partikel serta medan magnet. Pada saat yang sama, katanya, hal itu juga berdampak pada cuaca luar angkasa.
"Cuaca luar angkasa berperan dalam seberapa efektif fungsi satelit. Angin matahari atau badai dapat mempengaruhi perangkat elektronik di satelit, bahkan merusak jaringan listrik. Namun ada kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang cuaca luar angkasa," kata Mylswamy Annadurai.
"Ini perjalanan yang cukup lama hingga mencapai 135 hari. Semoga keberuntungan menyertai," kata Ketua ISRO Sreedhara Panicker Somanath dikutip dari situs Jagranjosh, Senin (4/9/2023).
Titik L1 bukan tempat yang sangat dekat dengan Matahari. Titik tersebut merupakan lokasi yang sangat ideal untuk melakukan penelitian terhadap Matahari.
L1 diketahui merupakan wilayah yang sangat stabil dan tidak terpengaruh oleh kondisi luar biasa yang terjadi di Matahari.
"L1 adalah titik stabil secara gravitasi yang terletak sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi ke Matahari. Artinya Aditya-L1 akan selalu berada pada posisi relatif yang sama terhadap Matahari dan Bumi. Posisi itu sangat ideal untuk melakukan pengamatan Matahari secara terus menerus," tulis situs Jagranjosh.
Hal itu diyakini akan memberikan keuntungan yang lebih besar untuk mengamati aktivitas Matahari dan pengaruhnya terhadap cuaca antariksa secara real time.
Satelit Aditya-L1 India membawa tujuh perangkat untuk mengamati fotosfer, kromosfer, dan lapisan terluar matahari (korona) dengan menggunakan detektor elektromagnetik, partikel, dan medan magnet.
Nigar Shaji, Project Director ISREO mengatakan kedatangan Aditya-L1 ke Matahari justru akan memberikan banyak manfaat buat semua pihak. Tidak hanya buat India tapi negara-negara di seluruh dunia.
Penelitian itu akan membantu para ilmuwan memahami aktivitas Matahari, seperti angin Matahari dan jilatan api Matahari. Dari situ juga akan diketahui pengaruh fenomena kondisi Matahari terhadap bumi dan cuaca dekat ruang angkasa secara real time.
Mylswamy Annadurai, mantan peneliti ISRO mengatakan Matahari terus-menerus mempengaruhi cuaca bumi melalui radiasi, panas dan aliran partikel serta medan magnet. Pada saat yang sama, katanya, hal itu juga berdampak pada cuaca luar angkasa.
"Cuaca luar angkasa berperan dalam seberapa efektif fungsi satelit. Angin matahari atau badai dapat mempengaruhi perangkat elektronik di satelit, bahkan merusak jaringan listrik. Namun ada kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang cuaca luar angkasa," kata Mylswamy Annadurai.
(msf)