Nyawa 200 Ribu Orang di AS Terancam Jika Pemanasan Global Naik 3 Derajat Celcius

Jum'at, 15 September 2023 - 07:00 WIB
loading...
Nyawa 200 Ribu Orang di AS Terancam Jika Pemanasan Global Naik 3 Derajat Celcius
Setiap tahun sekitar 200.000 orang Amerika Serikat (AS) bisa menjadi korban jika pemanasan global meningkatkan rata-rata hingga 3 derajat Celsius. Foto/Brown University
A A A
WASHINGTON - Setiap tahun sekitar 200.000 orang Amerika Serikat (AS) bisa menjadi korban jika pemanasan global meningkatkan rata-rata hingga 3 derajat Celsius. Jumlah ini sepertiga dari jumlah kematian akibat kanker.

Sebuah analisis dari studi terbaru menyebutkan di 106 kota di AS, dimana 65% penduduknya tinggal, rata-rata 36.444 orang meninggal setiap tahunnya antara tahun 1987 dan 2000 karena kenaikan suhu . Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada orang yang berusia 75 tahun ke atas.

Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal GeoHealth pada 15 Agustus 2023, sebagian besar kematian ini terjadi di negara-negara bagian utara, yang kota-kotanya tidak beradaptasi dengan baik terhadap suhu tinggi. Namun, kota-kota yang beradaptasi terhadap panas, misalnya dengan meningkatkan akses terhadap pendingin udara (AC), dapat mengurangi kematian sebesar 28%.



“Perubahan iklim akan menimbulkan sejumlah tantangan bagi umat manusia, salah satunya adalah kematian terkait kenaikan suhu. Kami memperkirakan akan terjadi peningkatan besar dalam jumlah kematian terkait suhu pada abad mendatang, terutama karena populasi yang menua,” kata Andrew Dessler, profesor ilmu atmosfer di Texas A&M University, kepada Live Science, Jumat (15/9/2023).

Jika kenaikan pemanasan mencapai 3 derajat Celcius dan proporsi penduduk lanjut usia di AS meningkat, jumlah kematian tahunan ini dapat meningkat lebih dari lima kali lipat. Jumlah ini setara dengan sepertiga jumlah orang yang meninggal akibat kanker setiap tahunnya di negara ini.
Nyawa 200 Ribu Orang di AS Terancam Jika Pemanasan Global Naik 3 Derajat Celcius


“Perubahan iklim akan berdampak berbeda pada manusia, tergantung di mana mereka tinggal dan seberapa besar pemanasan yang kita alami. Secara umum, AS bagian utara akan mengalami peningkatan angka kematian terkait suhu, sedangkan AS bagian selatan akan mengalami lebih sedikit kematian,” kata Dessler.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, kebijakan ini tidak mengatasi penyebab kematian lain yang terkena dampak perubahan iklim, seperti penyakit yang disebabkan oleh hama atau badai besar.



Para peneliti juga mengelompokkan “kematian terkait suhu” dengan memodelkan bagaimana jumlah rata-rata kematian harian berfluktuasi sehubungan dengan perubahan suhu rata-rata harian. Ini berarti mereka tidak dapat menentukan penyebab kematian yang tepat, seperti serangan panas.

Dengan berfokus pada kota-kota menengah hingga besar, hal ini juga tidak membahas dampak pemanasan global terhadap wilayah pedesaan. Namun, Vivek Shandas, seorang profesor adaptasi iklim di Portland State University mengatakan bahwa penelitian ini memperkuat kebutuhan untuk mengubah infrastruktur, lanskap, dan komunitas dengan cepat untuk menghadapi musim panas, terutama di wilayah Utara.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3320 seconds (0.1#10.140)