Perusahaan China Incar Warga Negara Lain untuk Uji Vaksin Corona

Minggu, 02 Agustus 2020 - 09:42 WIB
loading...
A A A
Untuk mencapai angka yang dibutuhkan, percobaan mungkin perlu menggabungkan hasil dari puluhan rumah sakit, masing-masing memasok data dari ratusan pasien. "Semua hal ini harus dilakukan, dan dilakukan dengan benar," kata Kim.

"Jumlah situs yang dapat melakukan ini dan menangani volume terbatas. Bahkan situs terbaik pun akan mengalami kesulitan," katanya lagi.

Banyak perusahaan China yang dirugikan karena mereka tidak membangun jaringan rumah sakit di seluruh dunia. AstraZeneca, yang mempublikasikan 3 hasil uji coba awal yang menjanjikan untuk vaksinnya -berdasarkan virus dingin simpanse- pada hari yang sama dengan CanSino, sedang melakukan studi fase III di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan.

Moderna telah meluncurkan uji coba vaksinnya, yang memunculkan respons kekebalan dengan RNA yang disintesis yang meniru RNA yang digunakan oleh virus corona untuk ditiru, pada 30.000 orang di seluruh Amerika Serikat, negara dengan banyak peneliti klinis berpengalaman untuk melakukan uji coba, dan wabah besar Corona.

Namun, Kieny menunjukkan bahwa Sinopharm telah bermitra dengan Pemerintah UEA dan Grup 42 Healthcare, sebuah perusahaan kecerdasan buatan lokal, untuk uji coba fase III. Lalu Sinovac telah bermitra dengan Institut Butantan di São Paulo, Brasil.

"Sejauh ini, perusahaan-perusahaan China tampaknya telah berhasil dalam menemukan mitra," katanya.

Data yang Cukup?
Tetapi beberapa peneliti mempertanyakan apakah uji coba di UEA dan Brasil akan mengumpulkan data yang cukup untuk meyakinkan badan pengatur bahwa vaksin itu berfungsi. Di UEA, di mana Sinopharm berencana untuk mendaftarkan 15.000 peserta untuk mempelajari dua vaksinnya, relatif sedikit orang yang terinfeksi COVID-19.

Dan meskipun Brasil memiliki wabah virus Corona yang besar, Institut Butantan berencana untuk menguji vaksin Sinovac di kalangan profesional layanan kesehatan. Karena diasumsikan mereka akan menghadapi paparan virus yang lebih besar daripada profesional non-kesehatan.

Karena itu, uji coba akan mendaftarkan hanya 9.000 orang untuk menguji apakah itu berfungsi, kata Ricardo Palacios, seorang peneliti klinis di lembaga yang memimpin uji coba. "Kami merancang uji coba untuk mendapatkan jawaban dengan cara yang lebih efisien," ujar Palacios.

Kim mencatat, di negara-negara di mana petugas layanan kesehatan memakai alat pelindung diri yang tepat, mereka mungkin tidak menghadapi paparan virus yang lebih besar, yang akan merusak pembenaran untuk uji coba yang lebih kecil.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)