Lungfish, Ikan Tertua di Dunia yang Hidup di Akuarium

JAKARTA - Jarang sekali spesies ikan akuarium bisa bertahan hingga usia puluhan tahun. Salah satu yang mampu bertahan hidup dan disebut ikan tertua di dunia, yaitu seekor lungfish bernama Methuselah.

Para peneliti memperkirakan ikan air tawar berjenis kelamin betina itu berusia lebih dari 100 tahun. Methuselah berasal dari Australia dan pertama kali tiba di akuarium Steinhart, San Francisco, Amerika Serikat pada 1938. Kedatangannya bersamaan dengan lebih dari 200 ikan lainnya dari Fiji dan Australia.

Dalam sebuah studi yang dikutip Livescience, Rabu (27/9/2023) para peneliti membandingkan DNA Methuselah dengan genetik ikan lungfish atau salamander fish dari Australia lainnya untuk mengetahui seberapa banyak kerusakan DNA. Hasilnya menunjukkan bahwa Methuselah kemungkinan berusia 92 tahun hingga 101 tahun.



Para peneliti juga membandingkan genetika 30 lungfish Australia dari penangkaran dan alam liar, termasuk dua lungfish lainnya di akuarium Steinhart. Tim menganalisis jumlah metilasi pada materi genetik ikan.

Para peneliti tidak yakin masa bertahan hidup Methuselah. “Tetapi seiring dengan semakin banyaknya individu yang diambil sampelnya, DNA tersebut akan menjadi membantu mengungkap misteri ini,” ucap seorang peneliti di Australia River Institute David Robert.
Di alam liar, lungfish Australia ini hanya ditemukan di sebagian sungai di Queensland. Sungai ini bisa sangat tidak stabil selama musim kemarau.

Sungai ini bahkan bisa menggenang sehingga mengurangi tingkat ketersediaan oksigen di dalam air. Ketika bernapas di bawah air menjadi terlalu sulit, ikan tersebut mampu berenang ke permukaan dan menghirup udara melalui satu paru-paru.



Menurut museum Australia, Lungfish ini sering disebut fosil hidup karena relatif tidak berubah selama jutaan tahun. Masa depan spesies ini menjadi tidak pasti. Lungfish Australia terancam oleh proyek pembangunan manusia, seperti bendungan, yang telah mengubah habitatnya. Ikan ini saat ini terdaftar sebagai spesies terancam punah dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (UCN).

MG/Athaya Ramadhan