Ilmuwan Temukan Bukti Gurun Sahara Berubah Menjadi Tanah Hijau Subur Setiap 21.000 Tahun

Selasa, 26 Desember 2023 - 15:26 WIB
loading...
Ilmuwan Temukan Bukti...
Para ilmuwan percaya bahwa wilayah tersebut mengalami fenomena yang disebut penghijauan Gurun Sahara, yang mengubah lingkungan kering menjadi lahan hijau subur setiap 21.000 tahun. Foto/Nature World News
A A A
WASHINGTON - Sahara dikenal sebagai gurun terluas di dunia, dengan lautan pasir dan debu yang seolah tak berujung di bawah teriknya panas matahari. Wilayah gersang di Afrika Utara ini terbentang sepanjang 4.800 kilometer dari timur ke barat anak benua.

Meskipun dunia modern memandang Gurun Sahara sebagai tempat yang gerbang, bukti menunjukkan wilayah tersebut dulunya hijau bukan seperti gurun yang kita lihat sekarang. Sahara pernah memiliki sungai dan danau, serta hewan-hewan di perairan pada periode waktu tertentu.

Para ilmuwan percaya bahwa wilayah tersebut mengalami fenomena yang disebut penghijauan Gurun Sahara, yang mengubah lingkungan kering menjadi lahan hijau subur setiap 21.000 tahun. Dibutuhkan waktu yang lama karena ukuran Gurun Sahara yang sangat besar, mencakup beberapa negara, antara lain Aljazair, Mesir, Mali, Sudan, dan Tunisia.



Para ilmuwan memelopori penelitian tentang penghijauan Gurun Sahara, menunjukkan bahwa periode lembap di Afrika Utara yang telah terjadi selama 800.000 tahun terakhir. Fakta ini menurut ilmuwan Universitas Briston menjelaskan mengapa wilayah kering Gurun Sahara secara berkala berwarna hijau.

“Fase basah periodik ini dilaporkan disebabkan oleh perubahan orbit Bumi mengelilingi Matahari, namun hal ini terhenti selama zaman es ribuan tahun yang lalu,” keterangan ilmuwan Universitas Briston dikutip SINDOnews dari laman natureworldnews, Selasa (26/12/2023).

Ada juga bukti lain tentang Sahara Hijau kuno berdasarkan laporan penemuan pahatan dan lukisan batu kuno di Gurun Sahara. Di dalamnya menunjukkan lanskap tersebut pernah dihuni oleh hewan-hewan yang hidup di air seperti kuda nil, buaya, dan kura-kura.

Studi tahun 2023 berjudul 'Periode lembab Afrika Utara selama 800.000 tahun terakhir' yang menyoroti masa lalu kuno Gurun Sahara diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada bulan September. Para peneliti menggambarkan Periode Lembab Afrika Utara (NAHPs) dikaitkan dengan astronomi melalui presesi yang mengontrol intensitas sistem monsun Afrika.



Para ilmuwan menyatakan bahwa sebagian besar model iklim tidak mampu menyesuaikan besarnya peristiwa-peristiwa ini, sehingga mekanisme penggeraknya masih sangat terbatas. Untuk memahami penghijauan Gurun Sahara (NAHPs), tim peneliti menggunakan versi pengembangan "HadCM3B" yang dikombinasikan dengan model iklim yang menyimulasikan 20 NAHP selama 800.000 tahun terakhir.

Tim yang terlibat dalam penelitian dari Finlandia dan Inggris menyimpulkan bahwa wilayah Sahara secara berkala ditumbuhi tanaman sebelum berubah menjadi lanskap gurun luas yang telah dikenali oleh masyarakat modern.

Pada tahun 2016, Institut Teknologi Massachusetts (MIT) melaporkan bahwa para ilmuwan menemukan bahwa berkurangnya jumlah debu di Afrika secara signifikan menyebabkan monsun Sahara semakin intensif 11.000 tahun yang lalu. Artinya wilayah tersebut mengalami kondisi basah pada zaman Holosen awal.

Meskipun penghijauan Gurun Sahara tidak terlihat saat ini, bukti bahwa wilayah tersebut juga menerima curah hujan yang signifikan menunjukkan bahwa NAHP sangat mungkin terjadi dan tidak hanya terjadi di dunia fiksi.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)