Serial TV Ini Ungkap Operasi Badai Al-Aqsa sebelum Kejadian, Kebetulan atau Ramalan?

Kamis, 04 Januari 2024 - 22:18 WIB
loading...
A A A
Kepala departemen produksi seni Hamas, Mohammed Soraya, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serial ini adalah pertarungan pikiran. "Kami berharap, dengan kemampuan kami yang sederhana, dapat menghadapi tipu daya Israel, memahami pengaruh besar drama pada kesadaran publik." Dia mengatakan anggaran untuk seluruh serial itu hanya USD90.000, dengan 30 episode difilmkan selama enam bulan.

"Tidak ada lokasi syuting di Gaza, jadi kami syuting di tempat-tempat nyata di dalam kota, di antara ladang – dan bahkan ada adegan di dekat perbatasan," kata Soraya.

"Itu membuat sangat sulit bagi kami untuk menghasilkan gambar yang bagus. Kami syuting di jalan, di tepi laut di Kota Gaza; beberapa kru bahkan bekerja secara sukarela, tanpa bayaran."

Salah satu anggota kru mengatakan tidak ada peralatan produksi di Gaza, sehingga mereka bekerja dengan apa yang ada. “Kami tidak memiliki peralatan syuting yang baik dan kami menggunakan cahaya siang untuk syuting. Pada malam hari, cahayanya tidak cukup."

Aktor lokal Palestina, beberapa di antaranya amatir, menjadi bintang dalam pertunjukan ini. "Kemampuan finansial dan teknis kami untuk membuat drama di Gaza sangat terbatas, dan itu tercermin dalam gaji aktor dan produser, serta waktu produksi yang singkat," catat Soraya.

Dia mengatakan Hamas tidak mencari keuntungan dari serial ini dan tujuannya memang bukan untuk menghasilkan uang, melainkan untuk menyampaikan pesan kepada rakyat Palestina untuk terus berjuang.

Tentu saja, tidak ada aktor Israel yang muncul dalam pertunjukan ini. "Itu adalah tantangan terbesar: memerankan karakter Israel dan membuatnya bisa dipercaya oleh penonton," kata Soraya. Dia mengatakan para aktor bekerja keras untuk memerankan anggota Shin Bet.

Aktor Zohair Al-Belbisi, memerankan petugas Shin Bet yang bertanggung jawab mengumpulkan intelijen tentang anggota Hamas di Jalur Gaza. Untuk secara realistis memerankan agen Shin Bet, Al-Belbisi bertemu dengan sekelompok tahanan Palestina yang telah dibebaskan dari penjara Israel untuk mengetahui lebih banyak.

Antara Fiksi dan Realitas


Industri film dan TV di Jalur Gaza berkembang pesat pada tahun 1950-an, tetapi dalam 20 tahun terakhir menurun secara signifikan. Namun, sekitar dua bulan setelah mengambil kontrol atas Jalur Gaza pada 2007, Hamas mendirikan perusahaan produksi sendiri. Pertunjukan pertamanya adalah serial drama tentang Emad Akel, yang dibunuh oleh Israel pada 1993. Dia adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas dan bertanggung jawab atas beberapa serangan di Israel.

Serial yang diproduksi oleh Hamas pada 2020 berjudul Heaven's Gate ini sangat populer. Serial ini berkisah tentang perlawanan Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem dan telah ditonton lebih dari 30 juta kali.

Sulit untuk menyimpulkan apakah Fist of the Free benar-benar meramalkan rencana serangan Hamas terhadap Israel. Namun, kagumnya Sinwar terhadap serial tersebut serta koneksi yang dibuatnya antara pertunjukan itu dan apa yang disiapkan oleh sayap militer Hamas, tampaknya meninggalkan sedikit ruang untuk keraguan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2258 seconds (0.1#10.140)