Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang

Sabtu, 03 Agustus 2024 - 22:38 WIB
loading...
Teknik Pertanian Embung,...
Teknik pertanian embung menjadi solusi bagi ketersediaan air selama musim kemarau. Foto/Dok RCTI
A A A
JEMBER - Fenomena El Nino yang ditandai dengan musim kemarau lebih panjang dampaknya sangat dirasakan oleh para petani. Terobosan teknologi produksi pertanian berupa embung dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dipasarkan secara luas.

Teknik embung menjadi pilihan praktik pertanian SMKN 5 Jember, Jawa Timur di atas lahan seluas dua hektare di lingkungan sekolah. Varietasnya berupa sayuran, buah serta tanaman produksi lainnya.

Dari sisi tenaga kerja, pihak sekolah mengandalkan para siswa. Alhasil, kebun yang dimiliki tak hanya membuahkan pemasukan rutin tapi juga sekaligus media pembelajaran bagi para siswa.

Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang


Teknik embung dipilih karena lebih efisien untuk pengaturan air bagi perawatan tanaman semusim seperti sayuran dan buah-buahan. Walhasil, puluhan tanaman semusim tumbuh lebat dan menghasilkan produksi melimpah di puncak musim kemarau.

Saat musim penghujan, embung-embung diisi air dari sumur dan tadah hujan. Embung-embung ini tak hanya bermanfaat untuk mengairi tanaman saat musim kemarau tapi juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila.



Berbekal embung seluas puluhan meter ini kebutuhan air aneka tanaman di lahan pertanian saat musim kemarau tiba tetap terpenuhi. Dari embung utama, air disalurkan menggunakan pompa ke sejumlah tangki di beberapa titik. Dari tangki-tangki inilah air kemudian didistribusikan ke petak-petak tanaman sesuai kebutuhan.

Lahan seluas dua hektare milik SMKN 5 Jember memang sengaja didesain berpetak-petak untuk mengakomodir beragam jenis tanaman. Tak hanya dua atau tiga jenis tanaman, tapi mencapai puluhan.

Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang


Tujuannya agar panen berlangsung sepanjang tahun dan menyesuaikan kebutuhan pasar, sehingga nilai jual komoditas tetap terjaga. Tanaman yang dibudidayakan di antaranya cabe, jagung manis, kacang panjang, bawang daun, terong, melon, semangka dan berbagai tanaman semusim lainnya untuk melayani permintaan di berbagai wilayah di Jember dan sekitarnya.

Erika, salah seorang siswa SMKN 5 Jember menuturkan panen di lahan ini bisa berlangsung tiap hari lantaran jenis tanamannya beragam dan dibagi sesuai petak masing-masing.

"Ada sayuran, buah-buahan dan tanaman hortikultura, jagung juga ada. Enggak sulit memanfaatkan lahan, sengaja dibagi petak-petak karena biar efisien. Jualnya ada yang kontrak ada dengan RS, ada dengan pedagang sekitar. Saat ini musim tanaman jagung, bawang daun, melon, blewah, cabe," ujarnya.

Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang


Ihwal keunggulan sistem embung diakui oleh Bima Pamungkas, siswa SMKN 5 Jember lainnya. Ketersediaan air dalam embung menjadikan lahan pertanian di tempat ini tetap subur meski di musim kemarau.



"Enggak sulit (mengelola lahan) karena banyak air, ketersediaan pupuk juga banyak, alat juga ada jadi tinggal memakai alat dan merawat (tanaman) saja. Sayuran dijual di sekolah di luar sekolah kalau ada yang pesan boleh," kata Bima.

Kolaborasi menjadi kata kunci dari usaha yang dilakukan oleh SMKN 5 Jember. Guru kejuruan agribisnis tanaman Abdul Muhib memastikan kerja sama dengan berbagai intansi bakal membuka peluang pemasaran hasil produksi pertanian siswanya.

Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang


"Kami kontrak kerja sama dengan perusahaan benih, kemudian dengan PT Mitra Tani untuk produksi edamame tapi ini tidak setiap saat, setahun cuma 2 sampai 3 kali, konsumsi sayuran rutin dengan RS Bina Sehat, itu rutin ini sudah dua bulan, tiap hari harus kirim sesuai pesanan," ujarnya.

Teknik Pertanian Embung, Siasat Jitu Hadapi Musim Kemarau Panjang


Teknik embung yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian milik SMKN 5 Jember selaras dengan komitmen Kementan memperkuat pembangunan infrastruktur pangan untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Penguatan tersebut dilakukan melalui pembangunan embung, irigasi, mekanisasi, dan penciptaan lahan pertanian baru melalui optimalisasi lahan rawa yang saat ini terus digencarkan.



"Pembuatan embung yang dilakukan di SMKN 5 adalah upaya nyata dalam usaha manajemen air sehingga air dapat lebih efisien dalam penggunaanya. Apalagi dikombinasikan dengan pemanfaatan embung dengan kolam ikan," ujar penyuluh Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember Imam Mashudi kepada SINDOnews.

Dengan cara ini ada dua manfaat yang didapat sekaligus. Di satu sisi pemanfaatan dengan pembuatan petak-petak serta ditanami dengan aneka tanaman yang membutuhkan air yang beragam, maka sisa air dari petak-petak tersebut bisa juga dialirkan kembali ke embung yang tersedia sehingga akan lebih menghemat dan efisiensi air dapat dilakukan.

"Apa yang dilakukan oleh SMKN 5 sangat bagus, disamping menghemat air juga mengajarkan kepada para siswa untuk lebih menghargai air "sebagai sumber kehidupan"," katanya.

Kendati demikian, Imam mengingatkan saat ini debit air di saluran irigasi maupun di dalam tanah semakin berkurang, akibat dari tangkapan air oleh tanah dan tanaman di hulu sungai atau di hutan semakin kecil seiring dengan semakin berkurangnya pohon-pohon besar di hulu atau hutan. Harapannya, agar teknik itu bisa diterapkan di lahan mereka.

Imam menambahkan, pada tataran yang lebih luas yaitu di kelompok tani, pembuatan embung juga sudah dilakukan. Pembuatan embung di kelompok tani bisa dilakukan terhadap air buangan dari petak-petak sawah dan sudah tidak dimanfaatkan lagi, sehingga air irigasi tidak langsung mengalir ke laut, tapi bisa ditampung dalam embung yang dibuat oleh kelompok tani.

Alhasil air dapat dimanfaatkan kembali oleh petani. Kelompok tani juga bisa memanfaatkan avoor atau air buangan dari saluran irigasi. Namun, pembuatan embung ini masih belum bisa dilakukan secara massif di Jember.

"Belum begitu banyak, kendalanya biasanya di lahan yang akan dibuat embung. Kalau lahan perorangan rawan terjadi masalah di kemudian hari. Paling bagus apabila ada lahan-lahan milik desa atau pemerintah yang tidak terpakai dan ada sumber air, sangat bermanfaat bagi petani," tuturnya.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1525 seconds (0.1#10.140)