Teknologi Penginderaan Jauh Membantu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah memiliki beberapa produk untuk mengelola data penginderaan jauh. Di antaranyaSistem Penyediaan Data Penginderaan Jauh yang Cepat, Mudah, Aman, dan Populer (SPACeMAP), LAPAN: Fire Hotspot, Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), Sistem Pemantauan Bumi Nasional Berbasis Android (SIPANDORA), dan Platform Penginderaan Jauh untuk Semua (PLATYPUS).
Hal yang terpenting dari teknologi penginderaan jauh adalah bagaimana data yang dikumpulkan bisa diarahkan kepada pemanfaatan yang relevan. Artinya, sesuai dengan kebutuhan pemerintah dan masyarakat dengan tiga fokus tujuan pelayanan pemanfaatan penginderaan jauh.
"Tujuan pertama ketahanan sumber daya alam yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan," ungkapMenteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, saat kunjungan ke Pustekdata dan Pusfatja LAPAN, belum lama ini.
Bambang melihat bahwa pemanfaatan data meski kelihatannya sederhana, misalnya memetakan zona penangkapan ikan yang kegunaannya sangat luar biasa, khususnya bagi nelayan di Indonesia terutama mereka yang bukan termasuk perusahaan.
Ia juga mengatakan, risiko yang nelayan hadapi cukup tinggi mengingat akhir-akhir ini sering terjadi gelombang pasang akibat perubahan iklim, terutama di pantai utara Jawa.
"Di sinilah pentingnya peran LAPAN dalam memberikan analisa-analisa data yang akurat dalam zona potensi penangkapan ikan dan teknologi satelit penginderaan jauh," imbuhnya.
Dalam sektor pertanian dan kehutanan, data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk menghitung luasan lahan pertanian dalam memantau produktivitas pertanian dan memetakan daerah tutupan hutan di Indonesia, terutama menganalisis berapa persen hutan yang hilang.
Kemudian tujuan kedua dari teknologi penginderaan jauh adalah ketahanan bencana yang bisa lebih difokuskan pada bencana hidrometeorologi, seperti banjir, hujan, dan tanah longsor.
"Kita sudah akrab dengan istilah daerah rawan gempa, rawan tsunami, dan banjir, tapi tidak banyak yang punya informasi daerah rawan longsor," ujar Bambang.
Selain itu, dengan memanfaatkan data citra satelit penginderaan jauh, Bambang berharap teknologi ini bisa digunakan untuk mengecek tata ruang kota sehingga data yang diperoleh lebih terintegrasi, terutama bagi pembangunan daerah-daerah baru.
Hal yang terpenting dari teknologi penginderaan jauh adalah bagaimana data yang dikumpulkan bisa diarahkan kepada pemanfaatan yang relevan. Artinya, sesuai dengan kebutuhan pemerintah dan masyarakat dengan tiga fokus tujuan pelayanan pemanfaatan penginderaan jauh.
"Tujuan pertama ketahanan sumber daya alam yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan," ungkapMenteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, saat kunjungan ke Pustekdata dan Pusfatja LAPAN, belum lama ini.
Bambang melihat bahwa pemanfaatan data meski kelihatannya sederhana, misalnya memetakan zona penangkapan ikan yang kegunaannya sangat luar biasa, khususnya bagi nelayan di Indonesia terutama mereka yang bukan termasuk perusahaan.
Ia juga mengatakan, risiko yang nelayan hadapi cukup tinggi mengingat akhir-akhir ini sering terjadi gelombang pasang akibat perubahan iklim, terutama di pantai utara Jawa.
"Di sinilah pentingnya peran LAPAN dalam memberikan analisa-analisa data yang akurat dalam zona potensi penangkapan ikan dan teknologi satelit penginderaan jauh," imbuhnya.
Dalam sektor pertanian dan kehutanan, data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk menghitung luasan lahan pertanian dalam memantau produktivitas pertanian dan memetakan daerah tutupan hutan di Indonesia, terutama menganalisis berapa persen hutan yang hilang.
Kemudian tujuan kedua dari teknologi penginderaan jauh adalah ketahanan bencana yang bisa lebih difokuskan pada bencana hidrometeorologi, seperti banjir, hujan, dan tanah longsor.
"Kita sudah akrab dengan istilah daerah rawan gempa, rawan tsunami, dan banjir, tapi tidak banyak yang punya informasi daerah rawan longsor," ujar Bambang.
Selain itu, dengan memanfaatkan data citra satelit penginderaan jauh, Bambang berharap teknologi ini bisa digunakan untuk mengecek tata ruang kota sehingga data yang diperoleh lebih terintegrasi, terutama bagi pembangunan daerah-daerah baru.
(wsb)