Peneliti: Kasus Pertama Infeksi Ulang Virus Corona Terkonfirmasi
loading...
A
A
A
"Ini membesarkan hati," tulis Iwasaki. "Meskipun ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana infeksi primer dapat mencegah penyakit dari infeksi berikutnya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami kisaran hasil dari infeksi ulang."
Kasus infeksi ulang ini memiliki "beberapa implikasi penting" tulis para penulis dalam penelitian tersebut. "Tidak mungkin kekebalan kelompok dapat menghilangkan SARS-CoV-2, meskipun ada kemungkinan bahwa infeksi berikutnya mungkin lebih ringan daripada infeksi pertama pada pasien ini," kata para peneliti.
"COVID-19 kemungkinan akan terus beredar di populasi manusia, mirip dengan virus Corona yang menyebabkan flu biasa," tulis mereka lagi.
Implikasi lainnya, vaksin mungkin tidak dapat memberikan perlindungan seumur hidup terhadap COVID-19. "Studi vaksin juga harus mencakup mereka yang telah pulih dari COVID-19," kata peneliti.
“Apa yang menurut saya sangat penting adalah kita menempatkan ini ke dalam konteks,” kata Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis untuk Penanggulangan Virus Corona dari WHO dan Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis, dalam jumpa pers di Jenewa.
Ada lebih dari 24 juta kasus COVID-19 yang dilaporkan di seluruh dunia. "Jadi kita perlu melihat hal seperti ini pada tingkat populasi," ujarnya. (Baca juga: Indonesia Dapat Komitmen 340 Juta Vaksin Corona dari China dan UEA )
Van Kerkhove mengatakan, dia masih meninjau kasus tersebut. "Apa yang kami pelajari tentang infeksi adalah bahwa orang benar-benar mengembangkan tanggapan kekebalan, dan yang belum sepenuhnya jelas adalah seberapa kuat tanggapan kekebalan itu dan untuk berapa lama tanggapan kekebalan itu bertahan," tuturnya.
Kasus infeksi ulang ini memiliki "beberapa implikasi penting" tulis para penulis dalam penelitian tersebut. "Tidak mungkin kekebalan kelompok dapat menghilangkan SARS-CoV-2, meskipun ada kemungkinan bahwa infeksi berikutnya mungkin lebih ringan daripada infeksi pertama pada pasien ini," kata para peneliti.
"COVID-19 kemungkinan akan terus beredar di populasi manusia, mirip dengan virus Corona yang menyebabkan flu biasa," tulis mereka lagi.
Implikasi lainnya, vaksin mungkin tidak dapat memberikan perlindungan seumur hidup terhadap COVID-19. "Studi vaksin juga harus mencakup mereka yang telah pulih dari COVID-19," kata peneliti.
“Apa yang menurut saya sangat penting adalah kita menempatkan ini ke dalam konteks,” kata Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis untuk Penanggulangan Virus Corona dari WHO dan Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis, dalam jumpa pers di Jenewa.
Ada lebih dari 24 juta kasus COVID-19 yang dilaporkan di seluruh dunia. "Jadi kita perlu melihat hal seperti ini pada tingkat populasi," ujarnya. (Baca juga: Indonesia Dapat Komitmen 340 Juta Vaksin Corona dari China dan UEA )
Van Kerkhove mengatakan, dia masih meninjau kasus tersebut. "Apa yang kami pelajari tentang infeksi adalah bahwa orang benar-benar mengembangkan tanggapan kekebalan, dan yang belum sepenuhnya jelas adalah seberapa kuat tanggapan kekebalan itu dan untuk berapa lama tanggapan kekebalan itu bertahan," tuturnya.
(iqb)