Baru, Obat Finerenone Memperlambat Perkembangan Penyakit Ginjal
loading...
A
A
A
Para peneliti di Universitas Chicago telah mengembangkan Obat Finerenone untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal dan diabetes. Penelitian ini sudah memasuki tahapan ke-3 dan akan di uji pada 5.700 orang di berbagai negara.
Profesor yang sekaligus Direktur Pusat Hipertensi Komprehensif di Universitas Kedokteran Chicago, George Bakris, memimpin uji coba tahap ke-3. Penelitian ini adalah upaya terbesar yang pernah ada untuk mengobati penyakit yang ada pada jutaan orang di seluruh dunia.
"Kami sekarang memiliki bukti bahwa dokter dapat dengan aman memperlambat perkembangan penyakit ginjal diabetes dan mengurangi tingkat kejadian kardiovaskular menggunakan finerenone," kata Bakris.
Dia bersama timnya terus melakukan penyempurnaan obat ini agar bisa disetujui oleh Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat. Finerenone sangat menjanjikan untuk terapi pasien dalam menunda kemungkinan terjadinya transplantasi ginjal.
"Penurunan kejadian kardiovaskular adalah bonus tambahan untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal" tambahnya.
Obat ini secara langsung menargetkan dan memblokir reseptor yang berkontribusi pada peradangan dan jaringan parut pada jantung dan ginjal. Ginjal menyaring limbah dan air dari tubuh yang berperan dalam mengontrol tekanan darah.
Baca juga : Waspadai Efek Samping Remdesivir, Obat Covid-19 yang Bisa Pengaruhi Ginjal
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa obat ini secara signifikan lebih baik daripada plasebo. Ini dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjal sebesar 18% selama rata-rata 2,6 tahun dibandingkan dengan perawatan standar saat ini.
Pembuat Finerenone, Bayer, mengumumkan bahwa awal tahun ini telah memenuhi titik akhir gabungan ginjal primer dan titik akhir kardiovaskular sekunder yang menjadi kunci gabungannya. Namun, temuan lengkap dari uji coba tersebut belum dirilis hingga 23 Oktober 2020 karena dilakukan secara acak, tersamarkan, dan terkontrol plasebo.
Bayer diketahui telah mendonasikan sejumlah dana kepada Universitas Chicago dan diberikan kepada Bakris untuk melakukan penelitian tersebut. Dia dibantu oleh ilmuwan lain seperti Rajiv Agarwal, Stefan Anker, Bertram Pitt, Luis M. Ruilope, Peter Rossing, Peter Kolkhof, Christina Nowack, Patrick Schloemer, Amer Joseph, dan Gerasimos Filippatos.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
Profesor yang sekaligus Direktur Pusat Hipertensi Komprehensif di Universitas Kedokteran Chicago, George Bakris, memimpin uji coba tahap ke-3. Penelitian ini adalah upaya terbesar yang pernah ada untuk mengobati penyakit yang ada pada jutaan orang di seluruh dunia.
"Kami sekarang memiliki bukti bahwa dokter dapat dengan aman memperlambat perkembangan penyakit ginjal diabetes dan mengurangi tingkat kejadian kardiovaskular menggunakan finerenone," kata Bakris.
Dia bersama timnya terus melakukan penyempurnaan obat ini agar bisa disetujui oleh Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat. Finerenone sangat menjanjikan untuk terapi pasien dalam menunda kemungkinan terjadinya transplantasi ginjal.
"Penurunan kejadian kardiovaskular adalah bonus tambahan untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal" tambahnya.
Obat ini secara langsung menargetkan dan memblokir reseptor yang berkontribusi pada peradangan dan jaringan parut pada jantung dan ginjal. Ginjal menyaring limbah dan air dari tubuh yang berperan dalam mengontrol tekanan darah.
Baca juga : Waspadai Efek Samping Remdesivir, Obat Covid-19 yang Bisa Pengaruhi Ginjal
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa obat ini secara signifikan lebih baik daripada plasebo. Ini dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjal sebesar 18% selama rata-rata 2,6 tahun dibandingkan dengan perawatan standar saat ini.
Pembuat Finerenone, Bayer, mengumumkan bahwa awal tahun ini telah memenuhi titik akhir gabungan ginjal primer dan titik akhir kardiovaskular sekunder yang menjadi kunci gabungannya. Namun, temuan lengkap dari uji coba tersebut belum dirilis hingga 23 Oktober 2020 karena dilakukan secara acak, tersamarkan, dan terkontrol plasebo.
Bayer diketahui telah mendonasikan sejumlah dana kepada Universitas Chicago dan diberikan kepada Bakris untuk melakukan penelitian tersebut. Dia dibantu oleh ilmuwan lain seperti Rajiv Agarwal, Stefan Anker, Bertram Pitt, Luis M. Ruilope, Peter Rossing, Peter Kolkhof, Christina Nowack, Patrick Schloemer, Amer Joseph, dan Gerasimos Filippatos.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
(fan)