Dianggap Mitos, Arkeolog Temukan Bukti Prajurit Wanita Amazon Benar-benar Ada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebelumnya sejarawan modern berasumsi bahwa prajurit wanita Amazon, yang pertama kali didokumentasikan oleh penyair Homer pada abad kedelapan SM, adalah cerita fiksi. Kemudian, pada 1990-an, para arkeolog mulai mengidentifikasi kerangka wanita kuno yang terkubur di kuburan prajurit di wilayah yang sama.
Menurut Peneliti di Departemen Klasik dan Program Sejarah Sains di Universitas Stanford, Adrienne Mayor, beberapa kerangka wanita ditemukan dengan luka bekas pertempuran, seperti mata panah tertanam di tulang mereka. Mereka dikuburkan dengan senjata yang dipakai oleh para wanita perkasa ini. (Baca: Arkeolog Temukan Reruntuhan Kuil dan Benteng Romawi Kuno di Mesir)
"Berkat arkeologi, kami sekarang tahu bahwa mitos prajurit wanita Amazon, yang pernah dianggap fiksi, ternyata berisi data detail dan akurat tentang wanita nomaden Stepa, yang merupakan rekan historis dari mitos Amazon," kata Mayor, yang juga penulis "The Amazons: Lives and Legends of Warrior Women Across the Ancient World "(Princeton University Press, 2014) kepada Live Science.
Prajurit nomaden ini adalah bagian dari kelompok suku kuno yang dikenal sebagai orang Skit yang dikenal ahli menunggang kuda dan memanah. Mereka tinggal di wilayah yang luas di padang rumput Eurasia, membentang dari Laut Hitam hingga Cina, dari sekitar 700 SM hingga tahun 500 M.
Scythians adalah orang-orang yang keras dan memiliki reputasi sebagai tukang mabuk. Tak hanya minum anggur, mereka juga meminum susu kuda yang difermentasi agar bisa mabuk berat. Mayat beku dari mumi Scythians yang diawetkan di permafrost mengungkapkan bahwa mereka gemar mentato tubuhnya. (Baca juga: Mengenal Teknologi Canggih Pencegah Banjir di Negara Maju)
Mayor menjelaskan, masyarakat Skit tidak hanya perempuan, mereka juga ada yang laki-laki. Tapi tidak semua wanita Skit mau bergabung dengan pria dalam berburu dan berperang. "Gadis dan wanita di stepa belajar menunggang kuda dan menembakkan panah seperti saudara laki-laki mereka," kata Mayor. Sejauh ini, para arkeolog telah mengidentifikasi lebih dari 300 sisa-sisa prajurit wanita yang dikuburkan dengan kuda dan senjata mereka.
Scythians bukan satu-satunya kelompok yang membiarkan wanita berpartisipasi dalam peperangan dan berburu. Ada cerita serupa di bebagai negara lainnya di dunia. "Beberapa hanya cerita fiksi dan hanya sebagian kecil yang berdasarkan kenyataan," kata Mayor. (Baca juga: Pesawat Tianwen-1 China Merilis Gambar Pertama Planet Mars)
Nama sungai Amazon di Amerika Selatan terkait dengan satu cerita pejuang wanita. Menurut Encyclopedia Britannica, tentara Spanyol Francisco de Orellana - ditulis sebagai orang Eropa pertama yang menjelajahi Amazon, pada tahun 1541. Dia memberi nama sungai itu setelah dilaporkan diserang oleh pejuang wanita yang dia bandingkan dengan prajurit Amazon mitologis yang sekarang dikenal sebagai Scythians.
Menurut Peneliti di Departemen Klasik dan Program Sejarah Sains di Universitas Stanford, Adrienne Mayor, beberapa kerangka wanita ditemukan dengan luka bekas pertempuran, seperti mata panah tertanam di tulang mereka. Mereka dikuburkan dengan senjata yang dipakai oleh para wanita perkasa ini. (Baca: Arkeolog Temukan Reruntuhan Kuil dan Benteng Romawi Kuno di Mesir)
"Berkat arkeologi, kami sekarang tahu bahwa mitos prajurit wanita Amazon, yang pernah dianggap fiksi, ternyata berisi data detail dan akurat tentang wanita nomaden Stepa, yang merupakan rekan historis dari mitos Amazon," kata Mayor, yang juga penulis "The Amazons: Lives and Legends of Warrior Women Across the Ancient World "(Princeton University Press, 2014) kepada Live Science.
Prajurit nomaden ini adalah bagian dari kelompok suku kuno yang dikenal sebagai orang Skit yang dikenal ahli menunggang kuda dan memanah. Mereka tinggal di wilayah yang luas di padang rumput Eurasia, membentang dari Laut Hitam hingga Cina, dari sekitar 700 SM hingga tahun 500 M.
Scythians adalah orang-orang yang keras dan memiliki reputasi sebagai tukang mabuk. Tak hanya minum anggur, mereka juga meminum susu kuda yang difermentasi agar bisa mabuk berat. Mayat beku dari mumi Scythians yang diawetkan di permafrost mengungkapkan bahwa mereka gemar mentato tubuhnya. (Baca juga: Mengenal Teknologi Canggih Pencegah Banjir di Negara Maju)
Mayor menjelaskan, masyarakat Skit tidak hanya perempuan, mereka juga ada yang laki-laki. Tapi tidak semua wanita Skit mau bergabung dengan pria dalam berburu dan berperang. "Gadis dan wanita di stepa belajar menunggang kuda dan menembakkan panah seperti saudara laki-laki mereka," kata Mayor. Sejauh ini, para arkeolog telah mengidentifikasi lebih dari 300 sisa-sisa prajurit wanita yang dikuburkan dengan kuda dan senjata mereka.
Scythians bukan satu-satunya kelompok yang membiarkan wanita berpartisipasi dalam peperangan dan berburu. Ada cerita serupa di bebagai negara lainnya di dunia. "Beberapa hanya cerita fiksi dan hanya sebagian kecil yang berdasarkan kenyataan," kata Mayor. (Baca juga: Pesawat Tianwen-1 China Merilis Gambar Pertama Planet Mars)
Nama sungai Amazon di Amerika Selatan terkait dengan satu cerita pejuang wanita. Menurut Encyclopedia Britannica, tentara Spanyol Francisco de Orellana - ditulis sebagai orang Eropa pertama yang menjelajahi Amazon, pada tahun 1541. Dia memberi nama sungai itu setelah dilaporkan diserang oleh pejuang wanita yang dia bandingkan dengan prajurit Amazon mitologis yang sekarang dikenal sebagai Scythians.
(ysw)