Bumi Sekarat, Jutaan Spesies Hadapi Bencana Kepunahan
loading...
A
A
A
LONDON - Keajaiban alam Bumi sedang sekarat dan diambang kepunahan , menurut sebuah laporan yang menilai tingkat penurunan yang disebabkan oleh manusia di planet ini.
Laporan yang diterbitkan di jurnal Science telah memperingatkan tindakan mendesak diperlukan guna menjaga masa depan alam. Disebut-sebut sebagai penilaian paling komprehensif tentang keadaan alam, laporan itu didukung oleh Museum Sejarah Alam di London, Inggris.
Laman express.co.uk menyebutkan, temuan kunci dari laporan tersebut adalah satu juta spesies tumbuhan dan hewan berisiko punah dalam hitungan dekade. Penulis laporan khawatir aktivitas manusia telah merusak alam dan ekosistem yang terancam punah dalam skala global.
Profesor Andy Purvis dari Museum Sejarah Alam mengambil bagian dalam penelitian ini bersama para ahli lingkungan dari 50 negara. Rekan penulis studi tersebut mengatakan, “Sungguh menakutkan mengetahui seberapa dekat kita dengan bermain roulette Rusia dengan satu-satunya dunia yang kita miliki. Tapi (laporan ini) juga menginspirasi karena ada jalan keluarnya."
“Apa yang memberikan harapan kepada banyak ilmuwan yang mengerjakan makalah ini adalah bahwa publik sepenuhnya menyadari bahwa ini bukanlah latihan -mereka dapat melihat ini adalah keadaan darurat nyata yang harus ditangani; dan mereka bersedia- bersama dengan pemerintah dan bisnis -untuk menanganinya,” katanya lagi.
Makalah yang diterbitkan di Science merupakan bagian pertama dari Laporan Penilaian Global IPBES. Menurut laporan itu, aktivitas yang dipimpin manusia telah menimbulkan banyak korban di planet ini sejak tahun 1970-an.
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi menuntut lebih banyak sumber daya alam yang diambil dari Bumi. Tetapi peningkatan permintaan akan sumber daya telah mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati, ekosistem, dan satwa liar.
Laporan tersebut mengklaim hampir 75% daratan Bumi dan 66% lingkungan lautnya telah sangat dipengaruhi oleh tindakan buruk umat manusia. Laporan tersebut juga mengklaim lebih dari 85% lahan basah di Bumi telah hilang.
Angka-angka yang mengkhawatirkan itu muncul hanya beberapa hari setelah panel ilmuwan internasional memperingatkan bahwa perubahan iklim mengancam akses 1,9 miliar orang ke air. Populasi manusia meningkat dua kali lipat sejak 1970-an dan dengan itu konsumsi air meningkat sebesar 45%.
Akibatnya, permintaan akan pangan, air, energi dan sumber daya mentah seperti kayu meningkat drastis. Laporan juga menyoroti “perampasan alam yang tak tertandingi” di mana manusia mengambil lebih dari yang mereka berikan kembali.
“Sebelum Revolusi Industri, orang harus menjaga lingkungan di sekitar mereka karena dari sanalah mereka mendapatkan produk mereka. Jika mereka tidak menjaganya, mereka akan menghadapi konsekuensinya. Sekarang dengan globalisasi, kita memiliki dampak lingkungan yang sangat besar jauh dari tempat kita tinggal," papar Profesor Purvis.
Laporan yang diterbitkan di jurnal Science telah memperingatkan tindakan mendesak diperlukan guna menjaga masa depan alam. Disebut-sebut sebagai penilaian paling komprehensif tentang keadaan alam, laporan itu didukung oleh Museum Sejarah Alam di London, Inggris.
Laman express.co.uk menyebutkan, temuan kunci dari laporan tersebut adalah satu juta spesies tumbuhan dan hewan berisiko punah dalam hitungan dekade. Penulis laporan khawatir aktivitas manusia telah merusak alam dan ekosistem yang terancam punah dalam skala global.
Profesor Andy Purvis dari Museum Sejarah Alam mengambil bagian dalam penelitian ini bersama para ahli lingkungan dari 50 negara. Rekan penulis studi tersebut mengatakan, “Sungguh menakutkan mengetahui seberapa dekat kita dengan bermain roulette Rusia dengan satu-satunya dunia yang kita miliki. Tapi (laporan ini) juga menginspirasi karena ada jalan keluarnya."
“Apa yang memberikan harapan kepada banyak ilmuwan yang mengerjakan makalah ini adalah bahwa publik sepenuhnya menyadari bahwa ini bukanlah latihan -mereka dapat melihat ini adalah keadaan darurat nyata yang harus ditangani; dan mereka bersedia- bersama dengan pemerintah dan bisnis -untuk menanganinya,” katanya lagi.
Makalah yang diterbitkan di Science merupakan bagian pertama dari Laporan Penilaian Global IPBES. Menurut laporan itu, aktivitas yang dipimpin manusia telah menimbulkan banyak korban di planet ini sejak tahun 1970-an.
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi menuntut lebih banyak sumber daya alam yang diambil dari Bumi. Tetapi peningkatan permintaan akan sumber daya telah mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati, ekosistem, dan satwa liar.
Laporan tersebut mengklaim hampir 75% daratan Bumi dan 66% lingkungan lautnya telah sangat dipengaruhi oleh tindakan buruk umat manusia. Laporan tersebut juga mengklaim lebih dari 85% lahan basah di Bumi telah hilang.
Angka-angka yang mengkhawatirkan itu muncul hanya beberapa hari setelah panel ilmuwan internasional memperingatkan bahwa perubahan iklim mengancam akses 1,9 miliar orang ke air. Populasi manusia meningkat dua kali lipat sejak 1970-an dan dengan itu konsumsi air meningkat sebesar 45%.
Akibatnya, permintaan akan pangan, air, energi dan sumber daya mentah seperti kayu meningkat drastis. Laporan juga menyoroti “perampasan alam yang tak tertandingi” di mana manusia mengambil lebih dari yang mereka berikan kembali.
“Sebelum Revolusi Industri, orang harus menjaga lingkungan di sekitar mereka karena dari sanalah mereka mendapatkan produk mereka. Jika mereka tidak menjaganya, mereka akan menghadapi konsekuensinya. Sekarang dengan globalisasi, kita memiliki dampak lingkungan yang sangat besar jauh dari tempat kita tinggal," papar Profesor Purvis.
(iqb)