Hadapi Perubahan Iklim, Brasil Bikin Eksperimen Besar di Hutan Amazon

Rabu, 24 Mei 2023 - 08:38 WIB
loading...
Hadapi Perubahan Iklim, Brasil Bikin Eksperimen Besar di Hutan Amazon
Untuk menghadapi perubahan iklim, Brasil sedang membangun struktur dunia lain di pedalaman hutan Amazon. Foto/Amazon Face Yale E360
A A A
RIO DE JANEIRO - Untuk menghadapi perubahan iklim , Brasil sedang membangun struktur dunia lain di pedalaman hutan Amazon. Struktur ini berupa kompleks menara yang disusun dalam enam cincin, untuk menyemprotkan kabut karbon dioksida ke hutan hujan Amazon .

Proyek yang diberi nama Amazon FACE (Free Air CO2 Enrichment) akan menyelidiki kemampuan hutan yang luar biasa ini untuk menyerap karbon dioksida. Proyek ini akan membantu para ilmuwan memahami apakah wilayah tersebut memiliki titik kritis sehingga mengubah kemampuannya menyerap karbon dioksida.

Peristiwa yang ditakuti seperti itu, dikenal sebagai dieback hutan Amazon. Kondisi ini akan mengubah hutan Amazon dengan keanekaragaman hayati terbanyak di dunia menjadi lanskap mirip sabana yang lebih kering.



Teknologi Free Air CO2 Enrichment (FACE) pertama kali dikembangkan oleh Brookhaven National Laboratory, di dekat Kota New York. Teknologi ini memiliki kemampuan memodifikasi lingkungan tumbuhan dengan cara mereplikasi tingkat konsentrasi karbon dioksida atmosfer.

“Tanaman menyerap karbon dioksida bersama dengan air dan cahaya untuk menghasilkan gula dan melepaskan oksigen. Apa yang terjadi ketika meningkatkan input ini? Ini yang sedang kami selidiki,” kata David Lapola, salah satu ilmuwan terkemuka proyek tersebut, kepada The Associated Press, Rabu (24/5/2023).

Pembangunan dua ring awal sedang berlangsung dan diharapkan akan beroperasi pada awal Agustus 2023. Setiap ring akan terdiri dari 16 menara aluminium setinggi gedung 12 lantai. Karbon dioksida akan dipasok oleh tiga perusahaan untuk menghindari kekurangan.

Terletak 70 km utara Manaus, proyek ini dipimpin oleh National Institute for Amazon Research, sebuah lembaga federal, dengan dukungan keuangan dari pemerintah Inggris, yang telah menjanjikan dana USD9 juta. Proyek ini ditargetkan beroperasi penuh pada pertengahan 2024.



Lapola, profesor di Universitas Negeri Campinas, berpendapat bahwa titik kritis hutan hujan Amazon akibat perubahan iklim bukan dari laju deforestasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari dampak konsentrasi karbon dioksida yang lebih tinggi di hutan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2183 seconds (0.1#10.140)