Arab Saudi Bangun Kota Tanpa Mobil di Padang Pasir, Pakar: Proyek Mengerikan!

Rabu, 10 Maret 2021 - 03:21 WIB
loading...
Arab Saudi Bangun Kota Tanpa Mobil di Padang Pasir, Pakar: Proyek Mengerikan!
Pemandangan garis Pantai Neom, wilayah di barat laut Arab Saudi tempat pemerintah kerajaaan merencanakan kota linier baru. Foto/NEOM Media/Live Science
A A A
RIYADH - Arab Saudi memiliki visi yang berani untuk kota terbarunya, " Line " sepanjang 170 kilometer. Kota ini digadang-gadang tanpa mobil atau perjalanan jauh. Tapi pakar desain perkotaan menyebutnya mustahil.

"Mengerikan. Mimpi buruk," kata Emily Talen, seorang peneliti desain perkotaan di The University of Chicago, dikutip Live Science.

Terlepas dari pengumuman The Line yang mencolok, teknologi untuk kota seperti itu belum ada. Dikatakannya, membangun kota-kota baru yang besar dari awal penuh dengan tantangan.

"Sejarah yang disebut megaproyek tidaklah bagus," timpal Stephen Wheeler, arsitek dan profesor desain lingkungan di Universitas California, Davis. "Biasanya, hasil mereka tidak sesuai dengan keinginan para visioner asli, mereka sering menjadi mangsa kondisi ekonomi atau gagasan orang lain tentang apa yang seharusnya terjadi, atau biaya mereka menjadi jauh lebih mahal dari yang diharapkan."

Desain Line
Sejauh ini, The Line hanya ada sebagai situs web dan pengumuman publik yang dibuat oleh Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, pada 10 Januari lalu. Proposal tersebut menyerukan pembangunan jalur 170 km tersebut di Neom, sebuah kota terencana di barat laut Arab Saudi.
Arab Saudi Bangun Kota Tanpa Mobil di Padang Pasir, Pakar: Proyek Mengerikan!

Pemerintah Saudi menyebut daerah itu belum berkembang, tapi sebenarnya itu adalah rumah bagi 20.000 anggota suku Huwaitat. Mereka telah memprotes penggusuran karena tergerus rencana pembangunan kota besar yang direncanakan itu, menurut The Guardian.

Line akan dibangun dalam tiga lapisan. Lapisan pejalan kaki pada tingkat permukaan yang penuh dengan taman dan ruang terbuka, lapisan "layanan" yang lebih rendah, dan "tulang punggung" transportasi lebih dalam yang akan terdiri dari "transit berkecepatan sangat tinggi".

Proposal tersebut mengklaim semua layanan harian dapat dilalui dalam waktu 5 menit dari setiap node di jalur. Lalu perjalanan antar node pada transit berkecepatan tinggi akan memakan waktu tidak lebih dari 20 menit.

Namun, menurut beberapa ahli, tujuan tersebut tidak mungkin tercapai. "Rencana untuk antrean sepanjang kiloan meter dengan lebar yang dapat ditempuh hanya dalam 5 menit dipertanyakan," kritik Elizabeth Plater-Zyberk, seorang profesor arsitektur di University of Miami dan mitra pendiri di DPZ CoDesign, desain perkotaan dan perusahaan arsitektur.

Untuk mendukung tingkat transportasi umum itu, Plater-Zyberk mengatakan kepada Live Science, jalur tersebut akan membutuhkan node yang lebih besar yang mampu menampung lebih banyak orang.

"Jika hanya ada beberapa ratus orang di setiap perhentian, Anda tidak akan menopang secara ekonomi investasi dalam infrastruktur itu," ujarnya.

Menjaga Line agar tetap linier juga akan membutuhkan regulasi yang ketat. Sebab, kata Plater-Zyberk, kota-kota cenderung berkembang ke luar seiring pertumbuhannya. Inilah sebabnya mengapa sistem transit "hub-and-spoke" cenderung lebih umum. Mereka memungkinkan lengan transit untuk terhubung satu sama lain tanpa memerlukan perjalanan jauh-jauh kembali ke stasiun transit pusat.

"Bahkan saat mereka mengedepankan ide-ide yang menjanjikan seperti kemampuan berjalan kaki, para desainer The Line tampaknya membuang pengetahuan sejarah tentang apa yang berhasil dengan baik saat merancang transit," kata Plater-Zyberk.

"Ada banyak orang sekarang di seluruh dunia yang bisa membantu menguraikan ide agar bisa diterapkan," katanya. "Kami memiliki data tentang jenis dukungan sistem transit yang dibutuhkan agar berkelanjutan."

Namun, masih belum jelas apakah teknologi untuk sistem transit The Line sudah ada. Berpergian sejauh 170 km dalam waktu 20 menit akan membutuhkan kecepatan 512 km/jam. Sebagai pembanding Kereta Eurostar di Eropa melaju dengan kecepatan sekitar 320 km/jam) dan beberapa kereta api berkecepatan tinggi China mencapai kecepatan 380 km/jam -dalam praktiknya, kecepatan rata-rata mereka kira-kira sama dengan Eurostar.

Pod Hyperloop bawah tanah, seperti yang dikembangkan oleh Virgin dan SpaceX, secara teoritis dapat mengelola perjalanan, tetapi teknologi itu masih setidaknya satu dekade lagi untuk digunakan. Tes Hyperloop tercepat sejauh ini telah mencapai 463 km/jam tanpa penumpang.

Hanya satu perusahaan, Virgin, yang menguji teknologinya dengan penumpang di kecepatan 172 km/jam.

Perencanaan Kota
Jika masa depan teknologi adalah masalah bagi The Line, begitu pula masa lalu. Proposal Saudi bukanlah pertama kalinya untuk sebuah kota linier yang disarankan.

Brasilia, Ibu Kota Brazil, pada awalnya direncanakan sebagai kota yang ideal, berbentuk seperti pesawat terbang dengan gedung-gedung pemerintah yang berjejer di badan pesawat. Tetapi Brasilia telah dikritik karena tidak terlalu layak huni, dengan sedikit lingkungan serbaguna dan sedikit perumahan di dalam pusat kota untuk keluarga berpenghasilan rendah. Ini berarti perjalanan panjang bagi banyak orang yang bekerja di kota.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2429 seconds (0.1#10.140)