Buru Kelelawar, Peneliti Filipina Berharap Bisa Hentikan Pandemi

Selasa, 23 Maret 2021 - 08:14 WIB
loading...
Buru Kelelawar, Peneliti Filipina Berharap Bisa Hentikan Pandemi
Para peneliti yang mengenakan lampu depan dan pakaian pelindung berlomba untuk melepaskan sayap kelelawar yang terjebak dalam jaring besar setelah gelap di provinsi Laguna, Filipina. Foto/Reuters
A A A
LOS BANOS - Para peneliti yang mengenakan lampu depan dan pakaian pelindung berlomba untuk melepaskan sayap kelelawar yang terjebak dalam jaring besar setelah gelap di provinsi Laguna, Filipina.

Hewan-hewan kecil itu dengan hati-hati ditempatkan dalam kantong kain untuk dibawa pergi, diukur dan diusap air liurnya serta kotoran. Semuanya dikumpulkan untuk dianalisis sebelum dikembalikan ke alam liar. (Baca: Pasca Pandemi, Pariwisata Bakal Ikut Mendongkrak Ekonomi Nasional)

Para peneliti menyebut diri mereka "pemburu virus", yang bertugas menangkap ribuan kelelawar untuk mengembangkan model simulasi yang mereka harap akan membantu dunia menghindari pandemi serupa dengan COVID-19 , yang telah menewaskan hampir 2,8 juta orang.

Penelitian yang didanai Jepang ini akan dikembangkan selama tiga tahun ke depan oleh Universitas Filipina Los Banos, yang berharap kelelawar akan membantu dalam memprediksi dinamika virus corona dengan menganalisis faktor-faktor seperti iklim, suhu, dan kemudahan penyebaran ke manusia.

“Apa yang kami coba lihat adalah jenis lain dari virus corona yang berpotensi menular ke manusia,” kata ahli ekologi Phillip Alviola, pemimpin kelompok, yang telah mempelajari virus kelelawar selama lebih dari satu dekade seperti dikutip Reuters .

“Jika kami mengetahui virus itu sendiri dan kami tahu dari mana asalnya, kami tahu cara mengisolasi virus itu secara geografis,” katanya. (Baca juga: Penyintas Covid-19 di Inggris Kini Menderita Gangguan Pendengaran)

Selain penelitian di laboratorium, ilmuwan juga harus terjun ke lapangan melalui hutan hujan lebat dan pendakian malam yang berbahaya di pegunungan yang tertutup bebatuan, akar pohon, lumpur dan lumut.

Kelompok itu juga menargetkan tempat bertengger kelelawar di gedung-gedung, memasang jaring kabut sebelum senja untuk menangkap kelelawar dan mengambil sampel.

Setiap kelelawar diambil sampel air liurnya, ukuran sayapnya untuk mengetahui mana dari 1.300 spesies ini yang paling rentan terhadap infeksi dan mengapa.

Peneliti juga memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan saat bersentuhan dengan kelelawar, sebagai pencegahan terhadap tertular virus . “Sangat menakutkan akhir-akhir ini. Anda tidak pernah tahu apakah kelelawar sudah menjadi pembawa atau belum," kata Edison Cosico, yang membantu Alviola. (Baca juga: Di Bawah Permukaan Planet Mars Diperkirakan Terdapat Kehidupan)

Sebagian besar dari mereka yang tertangkap adalah kelelawar tapal kuda yang diketahui mengandung virus corona, termasuk kerabat terdekat yang diketahui dari virus corona baru.

Kelelawar tapal kuda berperan dalam dua skenario ahli Organisasi Kesehatan Dunia yang menyelidiki asal-usul virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 .

Spesies inang, seperti kelelawar, biasanya tidak menunjukkan gejala patogen, meski dapat merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lain.

Virus mematikan yang berasal dari kelelawar termasuk Ebola dan virus corona lainnya, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

Paparan manusia dan interaksi yang lebih dekat dengan satwa liar berarti risiko penularan penyakit sekarang lebih tinggi dari sebelumnya, kata ahli ekologi kelelawar Kirk Taray. (Baca juga: Selangkah Lagi, Misteri Asal-Usul Kehdiupan di Bumi akan Terungkap)

“Dengan memiliki data dasar tentang sifat dan kemunculan virus yang berpotensi zoonosis pada kelelawar, entah bagaimana kami dapat memprediksi kemungkinan wabah.”
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1857 seconds (0.1#10.140)