Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, biasanya badai siklon di Indonesia tidak sampai ke daratan. Namun dalam pristiwa di NTT, badai siklon Seroja sampai ke daratan dengan kekuatan angin yang sangat tinggi. "Bayangkan (kecepatan) pusarannya 85 km per jam," terangnya lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden.
BACA: Siklon Seroja Mulai Menjauh tapi Gelombang Masih 4 Meter di NTT
Peristiwa ini, lanjut, Dwikorita, baru pertama kali terjadi di Indonesia dimana badai siklon masuk ke daratan. Sebelumnya, BMKG juga mencatat badai kuat lainnya yakni siklon Cempaka. Namun Siklon Cempaka hanya terjadi di perairan.
Sedangkan siklon Seroja benar-benar sangat dahsyat. Ketika badai berkembang, dampaknya sudah mengenai pulau sehingga daya rusaknya begitu dahsyat. "Ini baru pertama kali terjadi di Indonesia," urainya.
Baca Juga:
Dwikorita menjelaskan, siklon Tropis terjadi bisa saja karena adanya pemanasan global yang menyebabkan suhu air laut meningkat. Kendati baru hipotesis sementara, namun ada hubungan erat antara meningkatnya suhu air laut dengan pemanasan global.
Dalam empat tahun kebelakang, Dwikorita mencatat siklon tropis selalu terjadi setiap tahun sejak 2017. Ini harus diwaspadai karena sebelumnya tidak pernah terjadi.
BACA JUGA: Seperti Laba-laba Raksasa, Penghuni Asli Mars Berhasil Diungkap
Untuk itu, Dwikora meminta agar pemanasan global ini bisa menjadi perhatian bersama agar siklon tropis tidak menjadi peristiwa setiap tahun.
Sebelumnya diberitakan, banjir bandang yang disebabkan dari siklon tropis Seroja terjadi di NTT, Minggu 4 April 2021. Dalam peristiwa itu, 124 orang meninggal dunia dan 13.230 orang lainnya terpaksa mengungsi karena rumahnya mengalami kerusakan parah.
(ysw)