Peningkatan Suhu Bumi Dijaga 1,5 Derajat Celcius, Lebih Berarti Bencana

Sabtu, 24 April 2021 - 10:10 WIB
loading...
Peningkatan Suhu Bumi Dijaga 1,5 Derajat Celcius, Lebih Berarti Bencana
Foto/dok
A A A
WASHINGTON - Presiden AS Joe Biden mengatakan pada pertemuan puncak utama KTT Perubahan Iklim secara virtual, bahwa saat ini semua negara masuk dalam dekade yang menentukan untuk mengatasi perubahan iklim. AS berjanji untuk mengurangi emisi karbon hingga 50-52% di bawah tingkat 2005 pada tahun 2030.

Target baru yang diumumkan pada pertemuan virtual 40 pemimpin global ini pada dasarnya menggandakan janji mereka sebelumnya. Sayangnya pemimpin India dan Cina, dua penghasil emisi terbesar di dunia, tidak membuat komitmen baru.



"Kita harus berusaha untuk menjaga suhu bumi agar meningkat 1,5 derajat Celcius. Jika suhu nauk di atas 1,5 derajat berarti kebakaran yang lebih sering dan intens, banjir, kekeringan, gelombang panas dan badai - mengoyak masyarakat, merenggut nyawa dan mata pencaharian," kata Biden pada pidato pembukaan KTT tersebut seperti dikutip BBC.

Aktivis iklim Greta Thunberg, yang hadir di depan Kongres pada hari Kamis, menantang para pemimpin dunia untuk berbuat lebih banyak tentang krisis iklim . "Tidak seperti kamu, generasi saya tidak akan menyerah tanpa perlawanan," katanya.

Inggris memainkan peran penting tahun ini sebagai presiden COP26 yang penting akhir tahun ini. Pemerintah ditugaskan untuk mencapai kesepakatan di Glasgow saat para pemimpin dunia bertemu di sana pada November 2021 mendatang.

Perdana Menteri Boris Johnson sangat bersemangat dalam pidato konferensi virtualnya. Di KTT tersebut, Johnson menyebut pengumuman Presiden Biden tentang pemotongan emisi gas rumah kaca AS "mengubah permainan".



"Kita bisa melakukan ini bersama-sama di seluruh dunia. Ini berarti negara-negara terkaya berkumpul dan melebihi komitmen $ 100 miliar yang telah mereka buat pada 2009," katanya.
Perubahan besar pada cara hidup orang Amerika

Tetapi janji Kanada untuk membatasi emisi karbon hingga 40-45% pada tahun 2030 menuai kritik langsung dari para juru kampanye.

"Target baru pengurangan emisi tahun 2030 Kanada lebih kuat dari komitmen sebelumnya, tetapi itu jauh dari apa yang dibutuhkan untuk menghindari tingkat pemanasan yang berbahaya," kata Helen Mountford dari World Resources Institute.

"Upaya Kanada untuk memberikan tindakan nyata di lapangan sangat disambut baik, seperti memberi harga pada polusi karbon, tetapi negara harus bertujuan untuk tujuan yang jauh lebih ambisius daripada yang dikemukakan hari ini."



Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Yoshide Suga mengatakan, Jepang siap untuk menunjukkan kepeduliannya pada iklim. Mr Suga mengatakan bahwa Jepang akan mengurangi emisi sebesar 46% pada tahun 2030. Sebelumnya, negara tersebut hanya menjanjikan pengurangan emisi sebesar 26%.

Korea Selatan juga menjanjikan target baru dan mengatakan mereka akan menghentikan pembiayaan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri.

Tetapi China tidak membuat janji baru, hanya mengisyaratkan bahwa akan memperketat pemakaian batu bara. "Kami akan secara ketat mengontrol proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara," kata Presiden negara itu Xi Jinping pada pertemuan tersebut.

"Kami akan membatasi dengan ketat peningkatan konsumsi batu bara selama periode rencana lima tahun ke-14 dan menghentikannya secara bertahap dalam periode rencana lima tahun ke-15." Namun, kemungkinan itu terjadi setelah 2026.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), China akan bertanggung jawab atas sekitar setengah pertumbuhan batu bara di seluruh dunia tahun ini, seiring pemulihan ekonomi dari Covid.



Perdana Menteri India Modi menekankan bahwa emisi per kapita negaranya 60% lebih rendah dari rata-rata global.

Dia mengatakan bahwa perubahan gaya hidup harus memainkan peran yang lebih besar dalam membatasi perubahan iklim. Namun dia tidak membuat janji baru untuk mengekang emisi.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2457 seconds (0.1#10.140)