Letusan Mematikan Gunung Semeru Dipicu Hujan dan Badai, Bikin Jadi Sulit Diprediksi
loading...
A
A
A
Peningkatan aktivitas gempa bisa menjadi tanda bahwa magma bergerak di bawah tanah. Tanda peringatan lainnya adalah perubahan suhu atau jenis gas yang dipancarkan. Terkadang, perubahan kecil dalam bentuk gunung berapi atau kubah lava dapat dideteksi di tanah atau dari satelit.
Gunung berapi aktif dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (CVGHM). Aktivitas erupsi ditandai dengan erupsi simbol gunung Merapi (oranye) dan Gunung Semeru (kuning) di Jawa.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menjelaskan, ke depan masih terdapat potensi bahaya awan panas guguran (APG) dan banjir lahar dingin. Oleh karena itu Badan Geologi masih terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas Gunungapi Semeru selama 24 jam setiap harinya.
"Potensi terjadinya APG masih ada, tetapi kami sulit untuk menentukan waktu terjadinya. Untuk itu kami melakukan monitoring, jadi ketika menjelang APG terjadi, kami memiliki alat-alat yang dapat mencatat getaran-getaran. Setelah alat tersebut mencatat getaran segera kami sampaikan melalui grup WhatsApp untuk segera disebarluaskan kepada masyarakat,” katanya dalam siaran pers yang dikutip dari laman esdm.go.id pada 6 Desember 2021.
Selain itu, juga ada potensi bahaya banjir lahar, karena di daerah hulu atau bagian puncak gunung masih ada material hasil erupsi dengan volume yang cukup banyak. Utamanya adalah pada bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara, di antaranya melalui sungai Besuki-Kobokan
“Sehingga apabila dengan curah hujan yang saat ini masih cukup tinggi, sesuai laporan dari Kepala BMKG tadi, tentunya potensi lahar juga masih tinggi," ujarnya. (Baca juga; PVMBG Minta Warga Waspadai Guguran Lava dan Awan Panas Merapi Sejauh 5 Km )
Gunung berapi aktif dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (CVGHM). Aktivitas erupsi ditandai dengan erupsi simbol gunung Merapi (oranye) dan Gunung Semeru (kuning) di Jawa.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menjelaskan, ke depan masih terdapat potensi bahaya awan panas guguran (APG) dan banjir lahar dingin. Oleh karena itu Badan Geologi masih terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas Gunungapi Semeru selama 24 jam setiap harinya.
"Potensi terjadinya APG masih ada, tetapi kami sulit untuk menentukan waktu terjadinya. Untuk itu kami melakukan monitoring, jadi ketika menjelang APG terjadi, kami memiliki alat-alat yang dapat mencatat getaran-getaran. Setelah alat tersebut mencatat getaran segera kami sampaikan melalui grup WhatsApp untuk segera disebarluaskan kepada masyarakat,” katanya dalam siaran pers yang dikutip dari laman esdm.go.id pada 6 Desember 2021.
Selain itu, juga ada potensi bahaya banjir lahar, karena di daerah hulu atau bagian puncak gunung masih ada material hasil erupsi dengan volume yang cukup banyak. Utamanya adalah pada bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara, di antaranya melalui sungai Besuki-Kobokan
“Sehingga apabila dengan curah hujan yang saat ini masih cukup tinggi, sesuai laporan dari Kepala BMKG tadi, tentunya potensi lahar juga masih tinggi," ujarnya. (Baca juga; PVMBG Minta Warga Waspadai Guguran Lava dan Awan Panas Merapi Sejauh 5 Km )
(wib)