Berdampak Buruk di Asia, Ilmuwan Tolak Rencana Modifikasi Radiasi Matahari

Rabu, 19 Januari 2022 - 05:52 WIB
loading...
Berdampak Buruk di Asia, Ilmuwan Tolak Rencana Modifikasi Radiasi Matahari
Rencana untuk mendinginkan bumi melalui rekayasa matahai mendapat penolakan dari puluhan ilmuwan di dunia. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Rencana untuk mendinginkan bumi melalui rekayasa matahari mendapat penolakan dari puluhan ilmuwan di dunia. Karena rencana ini berdampak buruk bagi hutan hujan di Asia dan mengubah iklim di Afrika.

Dikutip dari Science Alert, Rabu (19/1/2022), kegagalan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menyebabkan beberapa pembuat kebijakan untuk merangkul geoengineering surya.

Ini adalah langkah rekayasa untuk mendinginkan bumi dengan menghalangi sinar matahari. Caranya dengan menyuntikkan miliaran partikel belerang ke atmosfer tengah.



Melalui surat terbukanya, para ilmuwan menilai rencana yang disebut modifikasi radiasi matahari (SRM), konsekuensinya bisa lebih besar daripada manfaatnya.

"Penyebaran geoengineering surya tidak dapat diatur secara global dengan cara yang adil, inklusif dan efektif," kata surat itu, didukung oleh komentar di jurnal WIREs Climate Change.

"Karena itu, kami menyerukan tindakan politik segera dari pemerintah, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan aktor lain untuk mencegah normalisasi geoengineering surya sebagai opsi kebijakan iklim," sambung surat itu.

Negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk membatasi kenaikan suhu permukaan bumi hingga 1,5C di atas tingkat pertengahan abad ke-19, tetapi para ilmuwan yang didukung PBB mengatakan bahwa ambang batas itu akan ditolerir dalam satu dekade.



Kemudian para pembat kebijakan mengungkapkan rencana rekayasa sinar matahari. Caranya meniru denga letusan gunung berapi yang menyemburkan partikel belerang ke udara untuk menghalangi sinar matahari.

Sayangnya rencana ini bisa berdampak buruk, karena meredupkan sinar matahari kemungkinan akan mengganggu hujan monsun di Asia Selatan dan Afrika barat. Dampak terburuknya dapat merusak tanaman tadah hujan yang menjadi sumber makanan ratusan juta orang.

"Injeksi sulfat stratosfer melemahkan monsun musim panas Afrika dan Asia dan menyebabkan pengeringan di Amazon," kata Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dalam penilaian ilmiah terbarunya.

Para ilmuwan juga khawatir tentang apa yang disebut kejutan terminasi jika penyemaian atmosfer dengan partikel penghalang matahari tiba-tiba berhenti.



Surat terbuka itu juga memperingatkan bahwa meningkatkan harapan tentang perbaikan cepat untuk iklim dapat membuat pemerintah, bisnis, dan masyarakat tidak termotivasi untuk melakukan yang terbaik untuk mengurangi emisi.

Para ilmuwan juga menyerukan untuk memblokir pendanaan nasional, melarang eksperimen di luar ruangan, dan menolak memberikan hak paten untuk teknologi SRM.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1107 seconds (0.1#10.140)