Gawat, Indonesia Berada di Bawah Ancaman Suhu Bola Panas yang Mematikan

Selasa, 08 Maret 2022 - 15:29 WIB
loading...
Gawat, Indonesia Berada di Bawah Ancaman Suhu Bola Panas yang Mematikan
Studi terbaru mengungkap bahwa manusia tidak akan bisa bertahan di cuaca panas dan lembab secara bersamaan yang biasa disebut suhu bola panas. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Studi terbaru mengungkap bahwa manusia tidak akan bisa bertahan di cuaca panas dan lembab secara bersamaan yang biasa disebut suhu bola panas. Kondisi ini biasa terjadi di negara tropis, termasuk Indonesia.

Ketika kelembaban berada di tingkat maksimal, maka kemampuan manusia muda beradaptasi di cuaca panas hanya di suhu 31°C atau lebih rendah. Jika lebih panas, maka manusia bisa saja mati mendadak, inilah yang dinamakan kondisi suhu bola basah.

Di lingkungan kering, normalnya manusia mampu bertahan di cuaca panas hingga 50°C. Tapi tidak untuk di lingkungan yang benar-benar lembab. Studi terbaru ini mematahkan perkiraan sebelumnya.

Melansir dari Science Alert, Selasa (8/3/2022), ini karena saat cuaca panas , maka tubuh manusia akan mendinginkan badan dengan mengeluarkan keringat. Sayangnya, jika lingkungan di sekitar lembab, maka keringat akan sulit keluar.



Ancaman suhu bola basah sendiri rentan terjadi di daerah tropis. Para ahli menduga bahwa pada abad ini, Pakistan, India, Teluk Persia, Amerika Tengah dan sebagian Asia Tenggara termasuk Indonesia akan mengalami cuaca lembab dan panas di atas 35°C.

"Jika kita tahu berapa batas suhu dan kelembaban maksimal yang mampu ditolelir, kita dapat lebih siap menghadapi gelombang panas," kata ahli fisiologi Larry Kenney dari Pennsylvania State University.

"Kita bisa memprioritaskan orang yang memang membutuhkan perawatan, memberi peringatan ketika gelombamg panas datang, atau mengembangkan bagan yang memberikan panduan untuk rentang suhu dan kelembaban yang berbeda," tambahnya.



Studi terbaru tentang kondisi suhu bola basah ini dilakukan dengan menyertakan 24 orang dewasa muda dan sehat berusia antara 18 dan 34 tahun. Para peneliti memulai dengan kelompok manusia yang muda dan bugar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3023 seconds (0.1#10.140)