Jadi Sorotan Dunia, Rosa Lahirkan Bayi Badak Sumatera Langka di Way Kambas

Sabtu, 02 April 2022 - 10:07 WIB
loading...
Jadi Sorotan Dunia, Rosa Lahirkan Bayi Badak Sumatera Langka di Way Kambas
Seekor bayi badak langka terlahir di Suaka Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Indonesia, pekan lalu. Foto/KLHK
A A A
JAKARTA - Seekor bayi badak langka terlahir di Suaka Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Indonesia, pekan lalu. Bayi badak yang dilahirkan dari induk betina bernama Rosa ini menggenapi jumlah badak di lokasi tersebut menjadi delapan ekor.

Menurut laporan Save The Rhino, saat ini diperkirakan jumlah badak Sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis di alam liar hanya sekitar 80 ekor.

Dilansir IFL Science, Sabtu (2/4/2022), anak badak yang terlahir dari induk betina yang dinamakan Rosa pada 24 Maret 2022. Anak Rosa ini bergabung bersama badak betina Bina, Ratu, dan Delilah serta badak jantan Andalas, Harapan, dan Andatu.



Proses persalinannya sendiri memakan waktu sekitar tiga jam, namun tim sudah berada di Suaka Badak Sumatera untuk mengawasi kesehatan induk dan bayinya hingga selesai.

Sepanjang kehamilannya, Rosa menerima bantuan tambahan berupa hormon peningkat janin, pemindaian ultrasound rutin, dan pemantauan dalam upaya mendapatkan hasil terbaik untuk kehamilan istimewanya.

Rosa pertama kali datang ke cagar alam pada tahun 2004 setelah secara teratur terlihat berkeliaran di dekat jalan, kebun, dan desa di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Jadi Sorotan Dunia, Rosa Lahirkan Bayi Badak Sumatera Langka di Way Kambas


Kurangnya rasa takut di sekitar manusia dan lalu lintas membuatnya berisiko cedera dan sakit. Jadi, Rosa dipindahkan ke Suaka Badak Sumatera di Way Kambas.

Kedekatannya dengan manusia membuat organ reproduksinya tidak sempurna. Pergi begitu lama tanpa kawin telah menyebabkan dia mengembangkan fibroid rahim, yang dapat menimbulkan komplikasi kesuburan.

“Dengan lahirnya anak badak Rosa, kami berharap dapat terus menerima kabar gembira dari kelahiran badak Sumatera lainnya di masa mendatang,” ujar Biro Humas Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam sebuah pernyataan.



Populasi badak Sumatera telah mencapai titik kritis yang sangat rendah sebagian besar karena campur tangan manusia melalui degradasi habitat dan perburuan.

Penelitian dari Universitas Marshall di Virginia Barat melihat kembali sejarah mereka dan menyimpulkan bahwa jumlah badak Sumatera pertama kali turun drastis sebagai akibat dari perubahan iklim yang terjadi sekitar 9.000 tahun yang lalu, dan mereka tidak pernah kembali ke jalur semula.

Sekarang, kelangsungan hidup spesies ini bergantung pada kerja keras para ilmuwan, konservasionis, dan pemerintah.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2801 seconds (0.1#10.140)