Ledakan Suar Matahari Hantam Bumi, Jaringan Radio Australia dan Pasifik Barat Padam

Kamis, 21 April 2022 - 07:01 WIB
loading...
Ledakan Suar Matahari Hantam Bumi, Jaringan Radio Australia dan Pasifik Barat Padam
Matahari meluncurkan suar kelas X yang kuat menuju Bumi 20 April 2022. Foto/ NASA/SDO/Live Science
A A A
WASHINGTON - Untuk kedua kalinya dalam beberapa hari, matahari melemparkan suar besar ke Bumi pada Selasa 19 April 2022 dan Rabu 20 April 2022. Suar kategori kelas X ini dilaporkan menyebabkan pemadaman radio di Australia , Pasifik Barat, dan Asia timur.

SpaceWeather.com melaporkan ada 19 suar secara keseluruhan, termasuk lima ledakan kelas menengah. Kemungkinan ada lebih banyak dampak lainnya di beberapa bagian Bumi.

Citra dari Solar Dynamics Observatory NASA menunjukkan kelompok bintik matahari besar AR2993-94, siap untuk berotasi ke jarak tembak Bumi. “Fusillade kemungkinan akan berlanjut,” keterangan SpaceWeather.com tentang aktivitas matahari dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (21/4/2022).

Suar kelas X yang menarik perhatian semua orang ini dihasilkan dari bintik matahari AR2992. Tidak terlihat ada badai geomagnetik karena bintik matahari berada di tepi terjauh selama letusan.



Namun, ada kemungkinan bahwa coronal mass ejections (CME) dari partikel bermuatan akan mengikuti dari situs yang sama. Jika CME terjadi, aurora mungkin akan segera muncul, meskipun para ilmuwan belum yakin apakah Bumi akan berada di jalur plasma.

Suar matahari memiliki beberapa kategori. Berdasarkan kategori, kelas A adalah yang terlemah dan kelas X yang terkuat. Sedangkan, kelas B-, C-, dan M berada di antara dalam urutan kekuatan.

Dengan setiap kategori, flare diukur berdasarkan ukuran, dengan angka yang lebih kecil mewakili flare yang lebih kecil di kelas ukuran tersebut. “Yang terbesar dari set suar semalam diberi peringkat X2.2,” menurut SpaceWeather.

Sementara suar adalah ledakan singkat, CME dapat menembakkan gumpalan partikel bermuatan. Jika CME diarahkan ke Bumi, hal itu dapat menyebabkan aurora, cahaya menakjubkan yang muncul disebabkan oleh partikel bermuatan yang menabrak atmosfer Bumi. Beberapa bukti tidak langsung menunjukkan bahwa hal itu sudah terjadi.

“Tak lama setelah suar, Angkatan Udara AS melaporkan ledakan radio surya Tipe II. Ledakan radio tipe II disebabkan oleh gelombang kejut di tepi utama CME, dan ini bisa menjadi yang besar,” jelas SpaceWeather.com.
Ledakan Suar Matahari Hantam Bumi, Jaringan Radio Australia dan Pasifik Barat Padam


Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengkonfirmasi bahwa suar itu terjadi pada pukul 11:57 malam. EDT Selasa (0357 GMT Rabu) dan disertai dengan ledakan Tipe II.



Para ilmuwan akan menggunakan data dari Solar and Heliospheric Observatory (SOHO), sebuah pesawat ruang angkasa yang dioperasikan oleh NASA dan mitranya di Eropa, untuk memantau aktivitas CME. Namun para pejabat NOAA mengecilkan kemungkinan terjadi aurora, mengingat bahwa bintik matahari asalnya berada di tepi ekstrim matahari.

Matahari tampaknya bangun dalam siklus 11 tahun aktivitas terbarunya yang dimulai pada 2019 dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2025. Di awal siklus, para ilmuwan memperkirakan bahwa secara keseluruhan siklus akan lebih tenang dari biasanya karena bintik matahari lebih sedikit.

NASA adalah salah satu dari sekelompok badan antariksa yang mengawasi matahari dari luar angkasa dan di Bumi untuk menghasilkan prediksi cuaca matahari. CME biasanya tidak berbahaya, menciptakan aurora saat partikel bermuatan menghantam garis magnet Bumi. Namun, badai yang paling kuat dapat menimbulkan masalah dengan infrastruktur seperti gangguan satelit atau saluran listrik.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2965 seconds (0.1#10.140)