Artefak Indonesia yang Dipamerkan di Luar Negeri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada sejumlah artefak Indonesia yang dipamerkan di luar negeri memiliki nilai seni dan sejarah yang menarik. Artefak ini berupa benda arkeologi atau peninggalan bersejarah yang dibuat masyarakat waktu lampau, seperti prasasti, perhiasan, dan senjata tradisional.
Artefak dari Indonesia dikenal memiliki nilai seni yang tinggi dan unik banyak berada di luar negeri, seperti museum atau para kolektor. Dirangkum SINDOnews dari laman wilwatiktamuseum berikut 3 artefak Indonesia yang bersejarah berada di luar negeri.
1. Prasasti Sangsang
Prasasti Sangsang terbuat dari lempengan tembaga menggunakan aksara dan bahasa Jawa kuno (Jawa Kami/Jawi) . Sejak zaman kolonial, prasasti ini dibawa ke Belanda dan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik di Instituut voor de Tropen, Amsterdam, dengan nomor inventaris 1/958.
Isi pokok prasasti adalah tentang sebuah kuti, bangunan suci agama Buddha, di Hujung Galuh yang termasuk wilayah kekuasaan Lamwa. Oleh Samgat Lamwa pu Layang, kuti itu diperbarui dan diperbesar dengan menambahkan sebuah wihara.
2. Perisai Aceh
Perisai bulat berdiameter 27,7 cm ini diperkirakan berasal dari Aceh pada Abad ke-19. Perisai ini terbuat dari rotan dan dilapisi kain katun hitam (bagian depan) dan merah (bagian belakang). Bagian depan perisai dihiasi dengan bintang-bintang logam.
Komposisinya sangat seimbang dan bintang kuningan keemasan di latar belakang hitam menciptakan kontras yang menarik. Perisai ini (dengan barang-barang lainnya) merupakan hadiah Vojta Náprstek dari Pavel DurdÃk seorang praktisi medis Republik Ceko yang bekerja untuk tentara kolonial Belanda. Saat ini diperkirakan masih ada di museum di Republik Ceko.
Artefak dari Indonesia dikenal memiliki nilai seni yang tinggi dan unik banyak berada di luar negeri, seperti museum atau para kolektor. Dirangkum SINDOnews dari laman wilwatiktamuseum berikut 3 artefak Indonesia yang bersejarah berada di luar negeri.
1. Prasasti Sangsang
Prasasti Sangsang terbuat dari lempengan tembaga menggunakan aksara dan bahasa Jawa kuno (Jawa Kami/Jawi) . Sejak zaman kolonial, prasasti ini dibawa ke Belanda dan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik di Instituut voor de Tropen, Amsterdam, dengan nomor inventaris 1/958.
Isi pokok prasasti adalah tentang sebuah kuti, bangunan suci agama Buddha, di Hujung Galuh yang termasuk wilayah kekuasaan Lamwa. Oleh Samgat Lamwa pu Layang, kuti itu diperbarui dan diperbesar dengan menambahkan sebuah wihara.
2. Perisai Aceh
Perisai bulat berdiameter 27,7 cm ini diperkirakan berasal dari Aceh pada Abad ke-19. Perisai ini terbuat dari rotan dan dilapisi kain katun hitam (bagian depan) dan merah (bagian belakang). Bagian depan perisai dihiasi dengan bintang-bintang logam.
Komposisinya sangat seimbang dan bintang kuningan keemasan di latar belakang hitam menciptakan kontras yang menarik. Perisai ini (dengan barang-barang lainnya) merupakan hadiah Vojta Náprstek dari Pavel DurdÃk seorang praktisi medis Republik Ceko yang bekerja untuk tentara kolonial Belanda. Saat ini diperkirakan masih ada di museum di Republik Ceko.