Kota Kuno Natounia yang Hilang Ditemukan di Irak, Milik Kaisar Parthia Musuh Bebuyutan Romawi
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Kota kuno kerajaan Natounia yang hilang ditemukan kembali di kaki Gunung Piramagrun di Pegunungan Zagros, Kurdistan, Irak. Kota yang memiliki benteng , dikenal sebagai Rabana-Merquly, pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Parthia atau Kekaisaran Arsacid, yang memerintah antara 247 SM dan 224 M.
Para arkeolog menyebutkan penemuan kembali kota kerajaan Natounia yang hilang, berdasarkan bukti relief batu berukir rumit yang menggambarkan seorang pemimpin kuno. Selama ekspedisi baru-baru ini, tim arkeolog internasional menemukan relief batu kembar di dua pintu masuk permukiman yang terletak di kaki Gunung Piramagrun di Pegunungan Zagros.
Relief ini menggambarkan seorang raja Adiabene, sebuah kerajaan yang merupakan bagian dari Kekaisaran Parthia yang merupakan musuh bebuyutan Kekaisaran Romawi, dan berperang selama lebih dari 250 tahun. Sekarang, penelitian baru di benteng berusia 2.000 tahun ini menunjukkan bahwa benteng itu berfungsi sebagai salah satu pusat regional kekaisaran.
“Berdasarkan pakaian sosok tersebut, khususnya topinya, kami berpikir bahwa benteng itu dibangun oleh dinasti Adiabene yang berkuasa di dekat perbatasan timur kerajaan,” kata Michael Brown, seorang peneliti di Institute of Prehistory, Protohistory dan Arkeologi Timur Dekat dari Universitas Heidelberg di Jerman, kepada Live Science yang dikutip SINDOnews, Rabu (20/7/2022).
Dia menambahkan, kedua relief itu terletak tepat di sebelah dua pintu masuk berpagar dan jelas dirancang untuk membuat pernyataan politik, mereka dapat dicirikan sebagai propaganda kuno. “Relief batu kembar adalah contoh langka dari monumen penguasa seukuran aslinya dari periode Parthia, dan mereka memungkinkan kita untuk menghubungkan benteng dengan mereka yang membangunnya,” katanya.
Selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Parthia memainkan peran formatif dalam pengembangan globalisasi Eurasia melalui hubungan yang kompleks dengan Roma, India, dan Han China. Namun, tampaknya orang Parthia meninggalkan benteng itu segera setelah benteng itu dibangun.
Selain relief, yang mungkin menggambarkan Natounissar, pendiri kota, atau keturunan langsung, peneliti menggunakan drone untuk menjelajahi benteng yang berukuran sekitar 4 kilometer. Di lokasi ada dua pemukiman terdekat yang dikenal dengan nama, Rabana dan Merquly.
“Rabana-Merquly sejauh ini merupakan situs terbesar dan paling mengesankan dari era Parthia di wilayah tersebut, dan satu-satunya dengan ikonografi kerajaan. Jadi sejauh ini merupakan kandidat terbaik (untuk dinyatakan sebagai Natounia),” kata Brown.
Sebelum penemuan ini, satu-satunya penggambaran yang diketahui tentang keberadaan Natounia (juga dikenal sebagai Natounissarokerta), telah didokumentasikan pada beberapa koin yang berasal dari abad pertama SM.
“Asosiasi yang lebih spesifik tentang kota Natounia berasal dari prasasti pada koin langka kota itu yang ditemukan di tempat lain, yang terletak 'di Kapros,' yang merupakan Sungai Zab Bawah modern,” kata Brown. Untuk alasan ini, kota itu kadang-kadang disebut Natounia di Kapros.
Lihat Juga: Kapan Keppres Pemindahan Ibu Kota Terbit? Menteri Hukum: Tergantung Presiden dan Infrastruktur IKN
Para arkeolog menyebutkan penemuan kembali kota kerajaan Natounia yang hilang, berdasarkan bukti relief batu berukir rumit yang menggambarkan seorang pemimpin kuno. Selama ekspedisi baru-baru ini, tim arkeolog internasional menemukan relief batu kembar di dua pintu masuk permukiman yang terletak di kaki Gunung Piramagrun di Pegunungan Zagros.
Relief ini menggambarkan seorang raja Adiabene, sebuah kerajaan yang merupakan bagian dari Kekaisaran Parthia yang merupakan musuh bebuyutan Kekaisaran Romawi, dan berperang selama lebih dari 250 tahun. Sekarang, penelitian baru di benteng berusia 2.000 tahun ini menunjukkan bahwa benteng itu berfungsi sebagai salah satu pusat regional kekaisaran.
“Berdasarkan pakaian sosok tersebut, khususnya topinya, kami berpikir bahwa benteng itu dibangun oleh dinasti Adiabene yang berkuasa di dekat perbatasan timur kerajaan,” kata Michael Brown, seorang peneliti di Institute of Prehistory, Protohistory dan Arkeologi Timur Dekat dari Universitas Heidelberg di Jerman, kepada Live Science yang dikutip SINDOnews, Rabu (20/7/2022).
Dia menambahkan, kedua relief itu terletak tepat di sebelah dua pintu masuk berpagar dan jelas dirancang untuk membuat pernyataan politik, mereka dapat dicirikan sebagai propaganda kuno. “Relief batu kembar adalah contoh langka dari monumen penguasa seukuran aslinya dari periode Parthia, dan mereka memungkinkan kita untuk menghubungkan benteng dengan mereka yang membangunnya,” katanya.
Selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Parthia memainkan peran formatif dalam pengembangan globalisasi Eurasia melalui hubungan yang kompleks dengan Roma, India, dan Han China. Namun, tampaknya orang Parthia meninggalkan benteng itu segera setelah benteng itu dibangun.
Selain relief, yang mungkin menggambarkan Natounissar, pendiri kota, atau keturunan langsung, peneliti menggunakan drone untuk menjelajahi benteng yang berukuran sekitar 4 kilometer. Di lokasi ada dua pemukiman terdekat yang dikenal dengan nama, Rabana dan Merquly.
“Rabana-Merquly sejauh ini merupakan situs terbesar dan paling mengesankan dari era Parthia di wilayah tersebut, dan satu-satunya dengan ikonografi kerajaan. Jadi sejauh ini merupakan kandidat terbaik (untuk dinyatakan sebagai Natounia),” kata Brown.
Sebelum penemuan ini, satu-satunya penggambaran yang diketahui tentang keberadaan Natounia (juga dikenal sebagai Natounissarokerta), telah didokumentasikan pada beberapa koin yang berasal dari abad pertama SM.
“Asosiasi yang lebih spesifik tentang kota Natounia berasal dari prasasti pada koin langka kota itu yang ditemukan di tempat lain, yang terletak 'di Kapros,' yang merupakan Sungai Zab Bawah modern,” kata Brown. Untuk alasan ini, kota itu kadang-kadang disebut Natounia di Kapros.
Lihat Juga: Kapan Keppres Pemindahan Ibu Kota Terbit? Menteri Hukum: Tergantung Presiden dan Infrastruktur IKN
(wib)