Kesulitan Keuangan dan Susah Tidur Jadi Ancaman Gangguan Mental buat Mahasiswa

Selasa, 26 Juli 2022 - 16:11 WIB
loading...
Kesulitan Keuangan dan...
Masa pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh pada kondisi mahasiswa secara psikologis. Foto/Uber Tutor
A A A
JAKARTA - Studi yang dilakukan University of Warwick tentang kesejahteraan mahasiwa selama masa pandemi Covid-19 menemukan fakta mengerikan. Kesulitan keuangan dan susah tidur jadi risiko tinggi gangguan kesehatan mental .

Studi yang diterbitkan di jurnal BJPsychOpen, merupakan hasil survei terhadap 895 mahasiswa. Selain itu survei juga dilakukan pada 547 orang dewasa muda yang tidak menempuh pendidikan tinggi . Survei disebutkan EurekaAleter dilakukan antara Juli dan September 2020.

Survei itu sendiri menunjukkan penerapan lockdown pertama saat pandemi Covid-19 terjadi memiliki pengaruh yang besar pada mahasiswa. Terdapat beberapa faktor konsisten yang terkait dengan tingkat kesehatan mental yang dialami oleh para mahasiswa di periode tersebut.

Beberapa faktor itu di antaranya, status keuangan yang lebih buruk, kesulitan tidur, usia, hingga karir. Dalam studi itu ditunjukkan bahwa kedua kelompok, mahasiswa dan non-mahasiswa terlihat tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam gejala kesehatan mental.Hanya saja risiko penyalahgunaan zat yang lebih tinggi ditemukan pada non-mahasiswa.



Kesulitan Keuangan dan Susah Tidur Jadi Ancaman Gangguan Mental buat Mahasiswa


Hanya saja semuanya berubah ketika studi kembali dilakukan pada kelompok mahasiswa di periode Januari hingga Maret 2021. Mereka menemukan bahwa peningkatan kesulitan keuangan dan kesulitan tidur akan secara konsisten memprediksi kesehatan mental yang lebih buruk.

Mereka juga menemukan bahwa ada pengurangan gejala kesehatan mental dari waktu ke waktu. Profesor Nicole Tang, dari University's Department of Psychology and Co-Lead of the University Health GRP Mental Health theme, mengatakan hasil survei itu dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu yang berisiko mengalami gangguan mental serta melakukan upaya dukungan agar menjadi lebih baik.

"Beberapa indikator masalah kesehatan mental di masa depan adalah hal-hal yang dapat kita tindak lanjuti, misalnya, situasi keuangan yang memburuk, aktivitas fisik yang berkurang, dan kesulitan tidur yang meningkat," jelasnya.

Dia berharap sistem yang ada di universitas bisa membantu mahasiswa tersebut. Misalnya program beasiswa dan mempromosikan aktivitas olahraga dan kegiatan lainnya.



Selain itu ada juga pengobatan yang terbukti efektif untuk insomnia akut dan kronis. Pengobatan itu dapat diterapkan untuk membantu mahasiswa mengatur tidur mereka dengan lebih baik, di tengah stres yang luar biasa dan hilangnya rutinitas normal.

“Yang juga menarik adalah penelitian menunjukkan kesehatan mental adalah konsep multidimensi, dan dapat dilihat sebagai profil gejala yang berbeda, yang muncul untuk merespons pengalaman pandemi secara berbeda,” terangnya.

Temuan ini akan bermanfaat bagi institusi pendidikan tinggi dalam mengidentifikasi siswa yang berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, dan akan membantu menginformasikan kebijakan dan intervensi yang ditujukan untuk mencegah masalah ini.

Dr Elaine Lockhart, Ketua Royal College of Psychiatrists Fakultas Psikiatri Anak dan Remaja, mengatakan penelitian itu menyoroti perlunya dukungan berkelanjutan untuk layanan kesehatan mental di dan di luar pengaturan universitas. Namun, mereka yang mengembangkan masalah kesehatan mental yang lebih akut harus dapat mengakses layanan spesialis untuk diagnosis dan perawatan berbasis bukti. "Dengan kehidupan yang kembali normal, siswa masih menghadapi kekhawatiran pandemi dan konsekuensi ekonominya," terang Dr Elaine Lockhart.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1516 seconds (0.1#10.140)