Ratusan Kerangka Anak-anak Ditemukan, Diduga untuk Tumbal Dewa Matahari
loading...
A
A
A
TRUJILO - Ilmuwan menemukan ratusan kerangka anak-anak yang diduga tumbal untuk Dewa Matahari. Kondisi kerangka sangat mengerikan dengan kondisi organ tubuh tercabik-tercabik.
Seperti dilansir dari Livesience, kerangka ini berasal dari Peradaban Suku Chimú merupakan kultur yang berpusat di kawasan Chimor. Ibu kotanya berada di Chan Chan, Lembah Moche, Peru. Kebudayaan ini muncul sekitar tahun 900 sebelum masehi atau sebelum tamadun Inca yang tersohor itu.
Situs tersebut terletak di dekat Kota Trujilo yang juga berisi sisa-sisa kerangka dari 200 llma muda yang juda tampaknya dikorbankan pada ritual serupa.
Menurut para arkeolog yang menemukan situs pemakaman tersebut, Las Llamas merupakan kompleks yang dibangun pada masa kerajaan Chima. Sementara, ritual yang dilakukan diperkirakan mengorbankan anak-anak sebagai seserahan banjir yang merusak garis pantai Peru.
“Mereka mungkin menawarkan kepada dewa hal yang paling penting yang dimiliki oleh masyarakat. Anak-anak dipilih karena mereka merupakan sesuatu yang penting karena mewakili masa depan,” kata Gabriel Prieto, profesor arkeologi Trujilo National University
Prieto yang juga memimpin penggalian situs pemakaman menambahkan bahwa llama merupakan hewan penting yang menjadi bagian dari fundamental kehidupan ekonomi masyarakat pada waktu itu. Dia melanjutkan, anak-anak dimakamkan menghadap ke laut sementara llama menghadap ke pengunungan Andes.
Pekerjaan penggalian di situs pemakan itu telah dimulai pada 2011, tetapi temuannya baru belakangan ini diterbitkan oleh National Geographic yang juga ikut membantu dalam hal pembiayaan proyek penyelidikan.
Prieto mengatakan para peneliti juga menemukan jejak kaki kecil yang menunjukkan anak-anak sedang berbaris menuju pengorbanan mereka dari Chan Chan, sebuah kota kuno berjarak 1,5 kilometer dari situs pemakaman.
Sementara itu, Jeffrey Quilter selaku direktur Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody di Universitas Harvard menggambarkan penemuan ini sebagai hal yang luar biasa. Quilter mengatakan situs tersebut menjadi bukti nyata bahwa pengorbanan besar-besaran anak kecil terlah terjadi di Peru kuno.
"Laporan pengorbanan yang sangat besar diketahui dari bagian dunia lain, tetapi masih dipelajari untuk mengetahui apakah jumlahnya berlebihan atau tidak," kata Quilter.
Quilter mengepalai tim ilmuwan yang akan menganalisis sampel DNA dari sisa kerangka anak-anak untuk melihat apakah mereka terkait dengan wilayah kekaisaran Chimu yang dikenal mengorbankan para pemudanya.
Beberapa budaya kuno di Amerika - termasuk Maya, Aztec dan Inca, yang menaklukkan Chimu pada akhir abad ke-15 - mempraktikkan pengorbanan manusia, tetapi pengorbanan massal anak-anak adalah sesuatu yang jarang didokumentasikan.
Peradaban Chimú merupakan kultur yang berpusat di kawasan Chimor. Ibu kotanya berada di Chan Chan, Lembah Moche, Peru.
Seperti dilansir dari Livesience, kerangka ini berasal dari Peradaban Suku Chimú merupakan kultur yang berpusat di kawasan Chimor. Ibu kotanya berada di Chan Chan, Lembah Moche, Peru. Kebudayaan ini muncul sekitar tahun 900 sebelum masehi atau sebelum tamadun Inca yang tersohor itu.
Situs tersebut terletak di dekat Kota Trujilo yang juga berisi sisa-sisa kerangka dari 200 llma muda yang juda tampaknya dikorbankan pada ritual serupa.
Menurut para arkeolog yang menemukan situs pemakaman tersebut, Las Llamas merupakan kompleks yang dibangun pada masa kerajaan Chima. Sementara, ritual yang dilakukan diperkirakan mengorbankan anak-anak sebagai seserahan banjir yang merusak garis pantai Peru.
“Mereka mungkin menawarkan kepada dewa hal yang paling penting yang dimiliki oleh masyarakat. Anak-anak dipilih karena mereka merupakan sesuatu yang penting karena mewakili masa depan,” kata Gabriel Prieto, profesor arkeologi Trujilo National University
Prieto yang juga memimpin penggalian situs pemakaman menambahkan bahwa llama merupakan hewan penting yang menjadi bagian dari fundamental kehidupan ekonomi masyarakat pada waktu itu. Dia melanjutkan, anak-anak dimakamkan menghadap ke laut sementara llama menghadap ke pengunungan Andes.
Pekerjaan penggalian di situs pemakan itu telah dimulai pada 2011, tetapi temuannya baru belakangan ini diterbitkan oleh National Geographic yang juga ikut membantu dalam hal pembiayaan proyek penyelidikan.
Prieto mengatakan para peneliti juga menemukan jejak kaki kecil yang menunjukkan anak-anak sedang berbaris menuju pengorbanan mereka dari Chan Chan, sebuah kota kuno berjarak 1,5 kilometer dari situs pemakaman.
Sementara itu, Jeffrey Quilter selaku direktur Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody di Universitas Harvard menggambarkan penemuan ini sebagai hal yang luar biasa. Quilter mengatakan situs tersebut menjadi bukti nyata bahwa pengorbanan besar-besaran anak kecil terlah terjadi di Peru kuno.
"Laporan pengorbanan yang sangat besar diketahui dari bagian dunia lain, tetapi masih dipelajari untuk mengetahui apakah jumlahnya berlebihan atau tidak," kata Quilter.
Quilter mengepalai tim ilmuwan yang akan menganalisis sampel DNA dari sisa kerangka anak-anak untuk melihat apakah mereka terkait dengan wilayah kekaisaran Chimu yang dikenal mengorbankan para pemudanya.
Beberapa budaya kuno di Amerika - termasuk Maya, Aztec dan Inca, yang menaklukkan Chimu pada akhir abad ke-15 - mempraktikkan pengorbanan manusia, tetapi pengorbanan massal anak-anak adalah sesuatu yang jarang didokumentasikan.
Peradaban Chimú merupakan kultur yang berpusat di kawasan Chimor. Ibu kotanya berada di Chan Chan, Lembah Moche, Peru.
(wbs)