Paus Biru Konsumsi 43,5 Kg Mikroplastik Setiap Hari, Ilmuwan Khawatir Dampak Buruknya
loading...
A
A
A
SACRAMENTO - Seekor paus biru (Balaenoptera musculus) mengonsumsi hingga 10 juta keping mikroplastik setiap hari selama musim makan utama atau setara 43,5 kilogram. Ternyata hewan terbesar di dunia ini memakan lebih banyak plastik daripada hewan lain di Bumi.
Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran panjang kurang dari 5 milimeter yang terbentuk seiring waktu karena polusi plastik terurai gelombang dan radiasi ultraviolet (UV) di permukaan laut. Potongan-potongan plastik kecil ini telah ditemukan di perut atau kotoran berbagai spesies di setiap tingkat jaring makanan laut.
Dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan secara online 1 November di jurnal Nature Communications, para peneliti menggunakan model komputer prediksi jumlah plastik yang ditelan oleh tiga spesies paus balin. Ketiga jenis paus ini, yaitu paus biru, paus sirip (Balaenoptera physalus) dan paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) yang berada di California Current Ecosystem, hotspot cetacea di Pasifik Timur.
Hasilnya menunjukkan bahwa paus biru adalah yang paling banyak mengonsumsi plastik. Seekor paus biru menelan hingga 10 juta keping sehari selama musim makan utamanya. Paus biru menelan jauh lebih banyak plastik daripada spesies lain karena ukurannya yang sangat besar.
Sebagai perbandingan, paus bungkuk mengonsumsi hingga 200.000 potongan mikroplastik per hari. Jumlah ini 50 kali lebih sedikit daripada paus biru selama waktu makan puncaknya.
Potensi dampak kesehatan akibat mengonsumsi mikroplastik dalam jumlah besar yang mungkin dialami paus masih relatif belum diketahui. Tetapi para peneliti mencatat bahwa, paling tidak, membawa plastik yang tidak dapat dicerna berarti paus membakar lebih banyak energi.
“Bayangkan membawa sekitar 45 kilogram ekstra. Ya, kamu paus yang sangat besar, tapi itu akan memakan tempat,” kata Shirel Kahane-Rapport, kandidat doktor di Stasiun Kelautan Hopkins Universitas Stanford di Pacific Grove, California, kepada AFP dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (8/11/2022).
Dalam sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Analytical Methods, para ilmuwan menemukan bahwa mikroplastik dapat berakhir di dalam lemak cetacean. Lapisan lemak tebal melindungi paus dari suhu laut yang dingin, namun tidak jelas apa efeknya pada paus biru.
Fakta ini diharapkan dapat digunakan oleh ilmuwan lain untuk menilai risiko kesehatan yang ditimbulkan mikroplastik pada paus biru dan paus balin lainnya. “Dosis menentukan racunnya,” kata Kahane-Rapport.
Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran panjang kurang dari 5 milimeter yang terbentuk seiring waktu karena polusi plastik terurai gelombang dan radiasi ultraviolet (UV) di permukaan laut. Potongan-potongan plastik kecil ini telah ditemukan di perut atau kotoran berbagai spesies di setiap tingkat jaring makanan laut.
Dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan secara online 1 November di jurnal Nature Communications, para peneliti menggunakan model komputer prediksi jumlah plastik yang ditelan oleh tiga spesies paus balin. Ketiga jenis paus ini, yaitu paus biru, paus sirip (Balaenoptera physalus) dan paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) yang berada di California Current Ecosystem, hotspot cetacea di Pasifik Timur.
Hasilnya menunjukkan bahwa paus biru adalah yang paling banyak mengonsumsi plastik. Seekor paus biru menelan hingga 10 juta keping sehari selama musim makan utamanya. Paus biru menelan jauh lebih banyak plastik daripada spesies lain karena ukurannya yang sangat besar.
Sebagai perbandingan, paus bungkuk mengonsumsi hingga 200.000 potongan mikroplastik per hari. Jumlah ini 50 kali lebih sedikit daripada paus biru selama waktu makan puncaknya.
Potensi dampak kesehatan akibat mengonsumsi mikroplastik dalam jumlah besar yang mungkin dialami paus masih relatif belum diketahui. Tetapi para peneliti mencatat bahwa, paling tidak, membawa plastik yang tidak dapat dicerna berarti paus membakar lebih banyak energi.
“Bayangkan membawa sekitar 45 kilogram ekstra. Ya, kamu paus yang sangat besar, tapi itu akan memakan tempat,” kata Shirel Kahane-Rapport, kandidat doktor di Stasiun Kelautan Hopkins Universitas Stanford di Pacific Grove, California, kepada AFP dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (8/11/2022).
Dalam sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Analytical Methods, para ilmuwan menemukan bahwa mikroplastik dapat berakhir di dalam lemak cetacean. Lapisan lemak tebal melindungi paus dari suhu laut yang dingin, namun tidak jelas apa efeknya pada paus biru.
Fakta ini diharapkan dapat digunakan oleh ilmuwan lain untuk menilai risiko kesehatan yang ditimbulkan mikroplastik pada paus biru dan paus balin lainnya. “Dosis menentukan racunnya,” kata Kahane-Rapport.
(wib)