Peneliti Yakin Bola Piala Dunia Qatar Buatan Indonesia Terbaik dari Sisi Aerodinamika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti dari University of Lynchburg, Amerika Serikat, John Eric Goff meyakini bola Al Rihla yang digunakan di Piala Dunia 2022 Qatar jadi yang terbaik dari sisi aerodinamika. Dalam esai yang ditulis di The Conversation, dia mengatakan bola yang dibuat di Madiun, Jawa Timur, Indonesia itu memiliki desain yang sangat baik sehingga memiliki aerodinamika tinggi.
Dia bahkan memastikan dibanding bola-bola Piala Dunia sebelumnya, Al Rihla adalah yang terbaik dari segi hambatan udara. Kemampuan itu membuat Al Rihla sangat ideal digunakan di pertandingan sepak bola. Pasalnya Al Rihla akan bisa melaju dengan kencang hingga bisa membuat pertandingan jauh lebih menarik.
"Setiap bola yang digunakan di Piala Dunia selalu saja ada keluhannya. Hanya saja Al Rihla justru akan terasa sangat familiar buat para pemain," jelasnya.
John Eric Goff memang tidak asal klaim. Setiap penyelenggaraan Piala Dunia dia tidak pernah absen meneliti bola yang digunakan. Menurutnya setiap bola yang digunakan di Piala Dunia memiliki karakteristik tersendiri.
Dia mengatakan mulai di 2002 bola yang digunakan di Piala Dunia dibuat dengan konstruksi 32 panel. Detailnya 20 bentuk heksagonal dan 12 bentuk pentagonal. Setiap panel itu terbuat dari kulit dan secara tradisional dijahit menjadi satu.
Era baru justru dimulai di Piala Dunia 2006 di Jerman. Saat itu bola yang digunakan memiliki panel yang berbeda. Bola bernama Teamgeist itu tampil dalam bentuk 14 panel. Saat itu seluruh panel dibentuk bukan dengan cara dijahit tapi dipanaskan.
Material yang digunakan juga sangat licin. Hasilnya bola Teamgeist dikenal sebagai bola yang bergerak sangat cepat namun bisa tiba-tiba melambat. Hal itu terjadi karena prinsip aerodinamika saat benda terbang membelah udara.
Lapisan yang mulus justru akan membuat aerodinamika benda yang terbang di udara jadi bisa menurun tiba-tiba. Dari situ tidak heran jika bola golf memiliki permukaan kasar dan memiliki pola khusus. Kondisi itu membuat bola golf bisa melaju kencang dan bergerak sangat jauh.
Hal itu yang coba ditawarkan oleh Al Rihla. Bola itu menurutnya dibuat dengan tinta dan lem berbasis air dan berisi 20 panel. Delapan di antaranya adalah segitiga kecil dengan sisi yang kira-kira sama, dan 12 lebih besar dan berbentuk seperti es krim.
Alih-alih menggunakan tekstur yang terangkat untuk meningkatkan kekasaran permukaan seperti bola sebelumnya, Al Rihla justru dilapisi dengan pola khusus membuat permukaannya kasar dibandingkan bola-bola lainnya.
Dalam laporan yang sama dia juga menambahkan data penelitian yang dilakukan peneliti dari University of Tsukuba. Penelitian itu menguji empat bola Piala Dunia di terowongan angin.
Sebagian besar bola Piala Dunia diuji menghasilan fakta bahwa terdapat transisi kecepatan rata-rata yang mencapai 58 kilometer per jam. Al Rihla menurutnya memiliki karakteristik aerodinamis yang sangat mirip dengan dua pendahulunya. Bahkan bola itu dapat bergerak sedikit lebih cepat pada kecepatan yang lebih rendah.
"Bola Al Rihla akan terasa familiar untuk semua pemain yang berkompetisi di Piala Dunia 2022," jelasnya.
Dia bahkan memastikan dibanding bola-bola Piala Dunia sebelumnya, Al Rihla adalah yang terbaik dari segi hambatan udara. Kemampuan itu membuat Al Rihla sangat ideal digunakan di pertandingan sepak bola. Pasalnya Al Rihla akan bisa melaju dengan kencang hingga bisa membuat pertandingan jauh lebih menarik.
"Setiap bola yang digunakan di Piala Dunia selalu saja ada keluhannya. Hanya saja Al Rihla justru akan terasa sangat familiar buat para pemain," jelasnya.
John Eric Goff memang tidak asal klaim. Setiap penyelenggaraan Piala Dunia dia tidak pernah absen meneliti bola yang digunakan. Menurutnya setiap bola yang digunakan di Piala Dunia memiliki karakteristik tersendiri.
Dia mengatakan mulai di 2002 bola yang digunakan di Piala Dunia dibuat dengan konstruksi 32 panel. Detailnya 20 bentuk heksagonal dan 12 bentuk pentagonal. Setiap panel itu terbuat dari kulit dan secara tradisional dijahit menjadi satu.
Era baru justru dimulai di Piala Dunia 2006 di Jerman. Saat itu bola yang digunakan memiliki panel yang berbeda. Bola bernama Teamgeist itu tampil dalam bentuk 14 panel. Saat itu seluruh panel dibentuk bukan dengan cara dijahit tapi dipanaskan.
Material yang digunakan juga sangat licin. Hasilnya bola Teamgeist dikenal sebagai bola yang bergerak sangat cepat namun bisa tiba-tiba melambat. Hal itu terjadi karena prinsip aerodinamika saat benda terbang membelah udara.
Lapisan yang mulus justru akan membuat aerodinamika benda yang terbang di udara jadi bisa menurun tiba-tiba. Dari situ tidak heran jika bola golf memiliki permukaan kasar dan memiliki pola khusus. Kondisi itu membuat bola golf bisa melaju kencang dan bergerak sangat jauh.
Hal itu yang coba ditawarkan oleh Al Rihla. Bola itu menurutnya dibuat dengan tinta dan lem berbasis air dan berisi 20 panel. Delapan di antaranya adalah segitiga kecil dengan sisi yang kira-kira sama, dan 12 lebih besar dan berbentuk seperti es krim.
Alih-alih menggunakan tekstur yang terangkat untuk meningkatkan kekasaran permukaan seperti bola sebelumnya, Al Rihla justru dilapisi dengan pola khusus membuat permukaannya kasar dibandingkan bola-bola lainnya.
Dalam laporan yang sama dia juga menambahkan data penelitian yang dilakukan peneliti dari University of Tsukuba. Penelitian itu menguji empat bola Piala Dunia di terowongan angin.
Sebagian besar bola Piala Dunia diuji menghasilan fakta bahwa terdapat transisi kecepatan rata-rata yang mencapai 58 kilometer per jam. Al Rihla menurutnya memiliki karakteristik aerodinamis yang sangat mirip dengan dua pendahulunya. Bahkan bola itu dapat bergerak sedikit lebih cepat pada kecepatan yang lebih rendah.
"Bola Al Rihla akan terasa familiar untuk semua pemain yang berkompetisi di Piala Dunia 2022," jelasnya.
(wsb)