Mengenal Krampus, Pasangan Sinterklas, yang Kerjanya Mirip Kuntilanak Menculik Anak

Kamis, 15 Desember 2022 - 16:27 WIB
loading...
Mengenal Krampus, Pasangan...
Masyarakat Eropa Tengah masih merayakan Natal dengan menghadirkan sosok Sinterklas (kiri) dan Krampus (dua dari kanan). Foto/IST
A A A
JAKARTA - Hari Natal yang dirayakan setiap 25 Desember identik dengan sosok yang sangat ikonik, Sinterklas. Sosok yang punya nama lain Santa Klaus, Santo Nikolas, dan Sinyokolas itu begitu dikenal oleh masyarakat dunia.

Namun di negara-negara barat, terutama di Eropa Tengah, sinterklas bukan satu-satunya sosok ikonik yang hadir setiap bulan Desember. Ada sosok lain bernama Krampus. Hanya saja Krampus adalah kebalikan atau antitesa dari Sinterklas.

Krampus bukanlah sosok yang menyenangkan untuk dipandang. Alih-alih tampil seperti seorang kakek tua dengan janggut putih yang lebat, Krampus justru mirip monster.

JIka centaur adalah mahluk setengah manusia setengah kuda, maka krampus adalah mahluk setengah kambing setengah manusia. Bedanya bagian atas Krampus bukanlah manusia melainkan kambing dengan tanduk yang menakutkan.



Mengenal Krampus, Pasangan Sinterklas, yang Kerjanya Mirip Kuntilanak Menculik Anak


Uniknya Krampus dan Sinterklas justru bekerja bareng. Jika sinterklas datang berkunjung dan memberikan hadiah buat anak-anak yang baik, krampus justru datang sebagai mimpi buruk buat anak-anak yang sifatnya teruk.

"Krampus juga membawa karung yang bukan berisi hadiah. Karung itu justru digunakan untuk menculik anak-anak yang kelakuannya buruk," ujar Deborah Hyde, antropologis dan editor in chief majalah The Skeptic.

Asal muasal Krampus disebutkan IFL Science bermula di wilayah Eropa masa-masa pra-Kristen. Sosok Krampus muncul karena kuatnya pengaruh paganisme dan mitologi Norse.



Mengenal Krampus, Pasangan Sinterklas, yang Kerjanya Mirip Kuntilanak Menculik Anak


Begitu agama Kristen masuk ke wilayah Eropa Tengah dan menjadi agama mayoritas, Krampus mulai tidak disukai. Krampus dianggap mewakili tradisi orang-orang pagan yang dipandang kacau dan tidak beradab.

Namun, seiring waktu mitos Krampus justru perlahan-lahan mulai diterima. Bahkan Krampus dipasangkan dengan sosok budiman yang selalu datang setiap Natal tiba yakni Santo Nikolas atau Sinterklas.

Pasangan ini menurut Deborah Hyde sejalan dengan konsep filosofi Friedrich Nietzsche mengenai Kelahiran Tragedi dari Apollonian dan Dionysian. Dalam hal itu keduanya memang terasa kontras, baik dan buruk. Menurut Friedrich Nietzsche ( keduanya selalu dibutuhkan untuk mencipta dialektika dalam pengalaman aktual manusia atau dalam konteks budaya.

Masyarakat kemudian butuh sosok antitesa dari Sinterklas. Dari situlah hadir sosok Krampus. Hingga kini masyarakat Eropa tengah memang masih terus merayakan kehadiran Sinterklas. Begitu juga dengan Krampus yang jadi mimpi buruk anak-anak.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1932 seconds (0.1#10.140)