Spesies Lalat Kalajengking Baru Ditemukan di Nepal, Terbanyak Ada di Indonesia

Jum'at, 16 Desember 2022 - 16:53 WIB
loading...
Spesies Lalat Kalajengking Baru Ditemukan di Nepal, Terbanyak Ada di Indonesia
Spesies lalat kalajengking besar yang baru ditemukan dari Nepal bernama Lulilan obscurus. Selain kepalanya yang panjang, ciri khas semua kalajengking, perutnya yang sangat memanjang sangat mencolok. Foto/Universitas Gottingen/Eurasiareview
A A A
KATHMANDU - Spesies lalat kalajengking baru yang diberi nama Lulilan ditemukan di Nepal oleh Profesor Zoologi Rainer Willmann, mantan Direktur Museum Zoologi di Universitas Gottingen. Penampilan lalat kalajengking atau Scorpionfly ini sangat aneh, dan berbeda dengan spesies sejenis yang banyak ditemukan di Indonesia.

Spesies ini termasuk dalam genus yang benar-benar baru, dan diperkenalkan oleh Willmann dengan nama Lulilan obscurus dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Contributions to Entomology. “Penampilan kalajengking baru yang ditemukan ini sangat aneh,” kata Willmann dikutip SINDOnews dari laman Eurasiareview, Jumat (16/12/2022).

Lulilan jantan memiliki perut yang kurus dan sangat memanjang, di ujungnya terdapat organ besar dengan penjepit yang panjang dan mencengkeram untuk kawin. Lalat kalajengking ini memiliki panjang tubuh lebih dari 3 cm, yang berarti ukurannya sangat besar.

Serangga tersebut ditangkap oleh ahli zoologi Mainz Profesor Jochen Martens dan rekannya dari Stuttgart Dr Wolfgang Schawaller. Sampai saat ini, hanya satu spesies yang diketahui dan ditemukan tepat 200 tahun yang lalu.



Nama Lulilan untuk lalat kalajengking baru ini berasal dari alat kelamin mereka yang berbentuk bulat, yang terlihat seperti sengatan kalajengking. Mereka juga memiliki kepala yang memanjang dan khas.

Untuk yang betina, sejauh ini hanya sebagian kecil saja yang diketahui karena bentuknya berbeda dengan yang jantan. Sebab, betina Lulilan memiliki ciri-ciri yang sangat beda dengan jantan, berarti klasifikasinya jauh lebih sulit.

Dari lalat kalajengking yang telah dideskripsikan, hanya genus Leptopanorpa yang berasal dari Sumatera, Jawa, dan Bali, yang telah mengembangkan perut secara khas. Namun, itu tidak terkait erat dengan lalat kalajengking Lulilan.

“Ini adalah contoh yang luar biasa, di mana karakteristik serupa muncul secara mandiri. Mungkin sebagai respons terhadap tekanan evolusioner yang serupa,” kata Willmann.



Scorpionfly atau lalat kalajengking, dikutip dari laman Wildlife Trusts adalah hewan yang memiliki sayap seperti lalat, namun juga memiliki bagian ekor layaknya kalajengking. Selain keunikan pada ekornya, serangga ini juga memiliki keunikan pada mulutnya yang berbentuk seperti paruh.

Lalat Kalajengking adalah serangga yang terklasifikasi dalam ordo Mecoptera, yang telah ada di muka bumi ini sejak 250 juta tahun lalu. Diperkirakan ada sekitar 550 spesies serangga yang dikategorikan sebagai lalat kalajengking.

Meskipun memiliki kemiripan bentuk tubuh dengan kalajengking, namun serangga ini tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan hewan yang terkenal dengan sengatan beracun pada ekornya. “Meskipun namanya terdengar berbahaya, lalat kalajengking sama sekali tidak berbahaya bagi manusia,” kata Willmann.
Spesies Lalat Kalajengking Baru Ditemukan di Nepal, Terbanyak Ada di Indonesia


Di Benua Asia, Indonesia menjadi salah satu negara dengan spesies lalat kalajengking terbanyak yang berhasil teridentifikasi. Beberapa dari spesies tersebut, adalah Neopanorpa mulleri ditemukan di Pulau Jawa.



Ada juga Neopanorpa umbonata (Pulau Sumatera), Neopanorpa spicata (Pulau Kalimantan), Neopanorpa angustiapicula (Pulau Jawa), dan Leptopanorpa charpentieri (Pulau Jawa dan Sumatera). Di Eropa, hanya ada beberapa spesies lalat kalajengking.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2364 seconds (0.1#10.140)