Arkeolog Temukan Kuil yang Digunakan untuk Menyembah Air
A
A
A
LIMA - Arkeolog berhasil menemukan sebuah kuil megalitik berusia 3.000 tahun di Peru. Kuil ini diperkirakan digunakan sebagai tempat menyembah air untuk ritual kesuburan.
Monumen keagamaan itu ditemukan di situs arkeologi Huaca El Toro. Letaknya di lembah Zana, barat laut Peru.
Penemuan ini menjadi candi megalitik pertama yang ditemukan di lembah tersebut. Posisinya tepat di antara gabungan dua sungai, yang kemudian membentuk sungai Zana.
Kultus kuno yang diagungkan oleh para penyembah air ini, kemungkinan sengaja membangun kuil di sungai yang baru terbentuk. “Simbolisme teritorial. Air merupakan elemen terpenting untuk hidup. Saat ini air sangat sulit diakses tanpa teknlogi,” kata Edgar Bracamonte, seorang arkeolog yang menemukan tempat ini, bersama Royal Tombs of Sipan Museum di Peru, dikutip dari Live Science, Jumat (22/11/2019).
Kuil sudah berdiri selama 3.000 tahun hingga periode Formatif. Tempat suci ini dikelilingi sumur kecil yang digunakan untuk meramalkan datangnya musim hujan. “Hal ini membuktikann bahwa air sangat penting bagi orang-orang dari periode Formatif,” imbuhnya.
Tempat ini dibangun menggunakan batu-batu besar yang dibawa dari pegunungan dengan jarak sejauh tiga kilometer. Kuil itu diperkirakan telah ditinggalkan sekitar 250 SM (sebelum masehi).
Kemudian, lanjut Bracamonte, tanah tersebut kembali digunakan sebagai lahan pemakaman oleh suku Chumy, yang datang sekitar tahun 1.300-an.
Tim arkeolog menemukan 21 makam di dalam kuil, 20 di antaranya adalah suku Chumy. Sedangkan yang satu lagi adalah makam seorang pria yang diperkirakan dari periode Formatif.
Pasalnya, saat periode itu, jenazah akan diletakan dari arah timur ke arah barat, dan dimakamkan dengan satu satu barang. Laki-laki dewasa ini dimakamkan dengan botol keramik yang memiliki dua moncong, dengan gagang sebagai penghubungnya.
“Bentuknya merupakan ciri khas dari periode Formatik akhir,” jelas Bracamonte.
Selain itu, penggalian ini juga mengungkapkan bahwa kuil suci tersebut dibangun oleh tiga masa. Pertama antara tahun 1.500 SM sampai 800 SM, ketika masyarakat saat itu membangun fondasi bangunan dari tanah liat berrbentuk kerucut.
Masa kedua antara 800 SM sampai 400 SM, ketika kuil megalitikum dibangun dengan pengaruh dari peradaban pra-Inca yang dikenal sebagai Chavin.
Dan masa yang terakhir antara 400 SM sampai 100 SM, ketika orang menambahkan lubang bundar yang berguna untuk menahan atap kuil.
Penggalian ini sendiri berlangsung antara sejak September. Hingga saat ini, penneliti terus melakukan analisa temuan mereka di labolatorium.
Monumen keagamaan itu ditemukan di situs arkeologi Huaca El Toro. Letaknya di lembah Zana, barat laut Peru.
Penemuan ini menjadi candi megalitik pertama yang ditemukan di lembah tersebut. Posisinya tepat di antara gabungan dua sungai, yang kemudian membentuk sungai Zana.
Kultus kuno yang diagungkan oleh para penyembah air ini, kemungkinan sengaja membangun kuil di sungai yang baru terbentuk. “Simbolisme teritorial. Air merupakan elemen terpenting untuk hidup. Saat ini air sangat sulit diakses tanpa teknlogi,” kata Edgar Bracamonte, seorang arkeolog yang menemukan tempat ini, bersama Royal Tombs of Sipan Museum di Peru, dikutip dari Live Science, Jumat (22/11/2019).
Kuil sudah berdiri selama 3.000 tahun hingga periode Formatif. Tempat suci ini dikelilingi sumur kecil yang digunakan untuk meramalkan datangnya musim hujan. “Hal ini membuktikann bahwa air sangat penting bagi orang-orang dari periode Formatif,” imbuhnya.
Tempat ini dibangun menggunakan batu-batu besar yang dibawa dari pegunungan dengan jarak sejauh tiga kilometer. Kuil itu diperkirakan telah ditinggalkan sekitar 250 SM (sebelum masehi).
Kemudian, lanjut Bracamonte, tanah tersebut kembali digunakan sebagai lahan pemakaman oleh suku Chumy, yang datang sekitar tahun 1.300-an.
Tim arkeolog menemukan 21 makam di dalam kuil, 20 di antaranya adalah suku Chumy. Sedangkan yang satu lagi adalah makam seorang pria yang diperkirakan dari periode Formatif.
Pasalnya, saat periode itu, jenazah akan diletakan dari arah timur ke arah barat, dan dimakamkan dengan satu satu barang. Laki-laki dewasa ini dimakamkan dengan botol keramik yang memiliki dua moncong, dengan gagang sebagai penghubungnya.
“Bentuknya merupakan ciri khas dari periode Formatik akhir,” jelas Bracamonte.
Selain itu, penggalian ini juga mengungkapkan bahwa kuil suci tersebut dibangun oleh tiga masa. Pertama antara tahun 1.500 SM sampai 800 SM, ketika masyarakat saat itu membangun fondasi bangunan dari tanah liat berrbentuk kerucut.
Masa kedua antara 800 SM sampai 400 SM, ketika kuil megalitikum dibangun dengan pengaruh dari peradaban pra-Inca yang dikenal sebagai Chavin.
Dan masa yang terakhir antara 400 SM sampai 100 SM, ketika orang menambahkan lubang bundar yang berguna untuk menahan atap kuil.
Penggalian ini sendiri berlangsung antara sejak September. Hingga saat ini, penneliti terus melakukan analisa temuan mereka di labolatorium.
(wbs)