Teknologi AI Tidak Terlalu Cocok Digunakan untuk Mencari Alien
A
A
A
NEW YORK - Adanya kehidupan di luar Bumi memang belum dapat dipastikan validasinya. Para peneliti terus berupaya sebisa mungkin menggunakan teknologi, untuk mencari makhluk luar angkasa.
Dalam proses mencari bukti keberadaan alien saat ini, Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Institute menggunakan artificial intelligence (AI). Dalam web resminya, SETI juga menggunakan machine learning, untuk mendeteksi pola unik atau ganjil dari makhluk luar Bumi.
Tanda-tanda keganjilan atau yang kerap disebut techno-signatures, dapat menjadi bukti keberadaan alien. Itupun jika berasal dari sebuah tempat jauh di alam semesta.
Di sisi lain, melansir laman Slash Gear, Selasa (11/2/2020), sebuah studi baru mengungkapkan, penggunaan kecerdasan buatan untuk mendeteksi techno-signatures berpotensi menimbulkan risiko. Sebab, bisa saja membuat warga Bumi mengira telah menemukan alien, padahal ternyata tidak.
Studi itu mengarah pada penelitian di Ceres, sebuah planet kerdil yang menimbulkan sinar menyilaukan, lengkap dengan titik-titik terang misterius. Peserta studi ditanyai satu per satu, mengenai apa yang mereka lihat di gambar Ceres.
Hasil dari studi itu, banyak peserta yang mengaku melihat struktur berbentuk persegi yang unik. Setelah itu, peneliti menyematkan AI ke dalam penelitian, yang telah dilatih untuk mengenali kuadrat dan segitiga.
Selain untuk mengidentifikasi objek yang sama seperti yang dilihat oleh mata manusia, penggunaan AI juga mendeteksi bentuk segitiga yang unik. Para peserta studi kemudian mengklaim dapat melihat objek serupa.
Artinya, penggunaan AI memang dapat melihat apa yang terlewat dilihat oleh mata manusia. Tetapi, penggunaannya juga berisiko membuat data yang ditemukan menjadi tidak 100% valid. Sebab, tidak sesuai dengan apa yang dilihat oleh peneliti.
Jadi, bagi mereka yang sudah percaya menemukan bukti kehidupan di luar Bumi, bisa menjadi bias karena penglihatan yang diterima oleh AI.
Dalam proses mencari bukti keberadaan alien saat ini, Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Institute menggunakan artificial intelligence (AI). Dalam web resminya, SETI juga menggunakan machine learning, untuk mendeteksi pola unik atau ganjil dari makhluk luar Bumi.
Tanda-tanda keganjilan atau yang kerap disebut techno-signatures, dapat menjadi bukti keberadaan alien. Itupun jika berasal dari sebuah tempat jauh di alam semesta.
Di sisi lain, melansir laman Slash Gear, Selasa (11/2/2020), sebuah studi baru mengungkapkan, penggunaan kecerdasan buatan untuk mendeteksi techno-signatures berpotensi menimbulkan risiko. Sebab, bisa saja membuat warga Bumi mengira telah menemukan alien, padahal ternyata tidak.
Studi itu mengarah pada penelitian di Ceres, sebuah planet kerdil yang menimbulkan sinar menyilaukan, lengkap dengan titik-titik terang misterius. Peserta studi ditanyai satu per satu, mengenai apa yang mereka lihat di gambar Ceres.
Hasil dari studi itu, banyak peserta yang mengaku melihat struktur berbentuk persegi yang unik. Setelah itu, peneliti menyematkan AI ke dalam penelitian, yang telah dilatih untuk mengenali kuadrat dan segitiga.
Selain untuk mengidentifikasi objek yang sama seperti yang dilihat oleh mata manusia, penggunaan AI juga mendeteksi bentuk segitiga yang unik. Para peserta studi kemudian mengklaim dapat melihat objek serupa.
Artinya, penggunaan AI memang dapat melihat apa yang terlewat dilihat oleh mata manusia. Tetapi, penggunaannya juga berisiko membuat data yang ditemukan menjadi tidak 100% valid. Sebab, tidak sesuai dengan apa yang dilihat oleh peneliti.
Jadi, bagi mereka yang sudah percaya menemukan bukti kehidupan di luar Bumi, bisa menjadi bias karena penglihatan yang diterima oleh AI.
(wbs)