Virus Corona di Diamond Princess Dinyakini sebagai yang Terkuat

Minggu, 01 Maret 2020 - 15:37 WIB
Virus Corona di Diamond Princess Dinyakini sebagai yang Terkuat
Virus Corona di Diamond Princess Dinyakini sebagai yang Terkuat
A A A
TOKYO - Virus Corona di kapal pesiar Diamond Princess terendus bisa hidup di besi, tembaga, kertas dan plastik. Bahkan para ahli yakin virus ini bisa bertahan hidup selama 5-9 hari di benda tak bernyawa tersebut.

Sepeti dilansir dari Guardian Minggu (1/3/2020), Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, Robert Redfield mengatakan COVID-19 akan bertahan hidup pada tembaga atau bahan baja selama sekitar 2 jam. Akan tetapi menurutnya itu akan bertahan lebih lama jika berada pada permukaan lain, seperti kertas atau plastik selama 9 hari.

Robert Redfield menduga bahwa terinfeksi melalui kontak langsung dengan permukaan objek mungkin menjadi penyebab tertularnya sejumlah penumpang dan awak kapal ‘Diamond Princess’, tetapi bukan karena penularan lewat udara.

Tak hanya Robert, Para ilmuwan yakin virus semacam itu biasanya dapat bertahan hidup sekitar 4 hingga 5 hari pada permukaan plastik, kaca, kayu, kertas atau aluminium setelah meninggalkan tubuh inangnya, seperti tubuh manusia, tetapi dalam beberapa kasus, virus tersebut bertahan lebih lama, dan barang-barang atau bahan-bahan itu sangat sering disentuh orang dalam kehidupan sehari-hari.

Itu berarti bahwa jika permukaan benda yang terkontaminasi tidak didesinfeksi pada waktu yang tepat, itu akan menimbulkan risiko besar bagi orang lain untuk terinfeksi oleh virus.
Virus Corona yang terus memakan korban jiwa terus diteliti oleh para ilmuwan. Dan kini para pakar menemukan karakteristik sifat Corona yang setiap daerah baru akan berbeda dari tempat asal.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dunia harus bersiap menghadapi pandemi virus corona yang potensial.

Tedros Ghebreyesus mengatakan penyebaran virus di seluruh dunia belum pada tahap pandemi tetapi mengakui ia memiliki potensi untuk menjadi pandemi.

WHO tidak lagi menggunakan skala resmi untuk menyatakan pandemi, meskipun juru bicara Margaret Harris mengatakan akan mulai menggunakan istilah itu dalam komunikasi jika yakin pandemi telah tercapai.

Berbicara di Jenewa, Dr Ghebreyesus mengatakan fokusnya masih harus pada penanggulangan virus di masing-masing negara, menambahkan bahwa dunia belum melihat 'penyakit parah skala besar atau kematian'.

" Sebuah tim spesialis yang dikirim ke China menemukan bahwa epidemi memuncak antara 23 Januari dan 2 Februari, dan sejak itu terus menurun,' katanya seperti dilansir dari Dailymail.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7406 seconds (0.1#10.140)