Spesies Hiu Terancam Punah, Dagingnya Malah Disajikan sebagai Keripik dan Ikan Goreng
Jum'at, 27 Januari 2023 - 20:53 WIB
CANBERRA - Toko ikan dan keripik di seluruh Australia ternyata menggunakan daging hiu yang terancam punah dalam makanan yang disajikan. Padahal daging ikan hiu juga dapat membahayakan bagi kesehatan.
Data ini terungkap dari penelitian para ahli dari University of Adelaide yang menganalisis sampel DNA dari daging yang disajikan 100 toko ikan dan keripik yang tersebar di seluruh Australia Selatan. Hasilnya ditemukan 23% sampel mengandung filet daging hiu (flake) dari spesies hiu yang terdaftar sebagai terancam punah.
Menurut penelitian yang akan diterbitkan dalam jurnal Food Control, spesies hiu tersebut termasuk hiu mako sirip pendek (Isurus oxyrinchus) dan hiu martil halus (Sphyrna zygaena). Oleh The International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species, entitas yang melacak jumlah populasi dalam skala global, termasuk spesies terancam punah.
“Kami tahu bahwa penipuan makanan laut ada di mana-mana dan merupakan masalah besar. Tapi aku selalu bertanya-tanya hiu apa yang sebenarnya kita makan?” kata Ashleigh Sharrad, penulis utama studi dan asisten peneliti di School of Biological Sciences di University of Adelaide kepada Live Science melalui email yang dikutip SINDOnews, Jumat (27/1/2023).
Dari sampel daging yang dianalisis, hanya 27% mengandung daging yang dianggap legal oleh Australian Fish Names Standard, sumber yang memberikan informasi lebih dari 5.000 spesies ikan yang menghuni perairan Australia. Secara total, para peneliti mengidentifikasi sembilan spesies hiu yang berbeda.
“Hanya satu dari sepuluh pengecer yang dapat mengidentifikasi dengan benar jenis ikan yang dijual. Sementara 20% filet diberi label salah dan sisanya memiliki pelabelan yang ambigu (meragukan),” menurut hasil penelitian tersebut.
Inilah mengapa hal itu berpotensi menjadi masalah kesehatan. Dalam banyak kasus, daging hiu dapat mengandung merkuri dan racun tingkat tinggi lainnya.
“Pada hiu, ada bukti bahwa individu yang lebih besar dan spesies yang lebih tinggi pada rantai makanan telah mengakumulasi kadar logam berat dan racun lainnya. Konsumen tidak dapat mengetahui apakah mereka memakan spesies yang berpotensi membahayakan kesehatan," kata Sharrad.
Dia menambahkan, meskipun spesies hiu yang terancam punah telah ditemukan dan disajikan kepada konsumen, hal yang mengejutkan bahwa orang Australia tanpa sadar telah memakan spesies ikonik, seperti martil yang terancam punah. Sharrad dan timnya berharap penelitian mereka akan menjadi langkah pertama dalam menciptakan pedoman yang lebih ketat dalam industri perikanan.
Data ini terungkap dari penelitian para ahli dari University of Adelaide yang menganalisis sampel DNA dari daging yang disajikan 100 toko ikan dan keripik yang tersebar di seluruh Australia Selatan. Hasilnya ditemukan 23% sampel mengandung filet daging hiu (flake) dari spesies hiu yang terdaftar sebagai terancam punah.
Menurut penelitian yang akan diterbitkan dalam jurnal Food Control, spesies hiu tersebut termasuk hiu mako sirip pendek (Isurus oxyrinchus) dan hiu martil halus (Sphyrna zygaena). Oleh The International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species, entitas yang melacak jumlah populasi dalam skala global, termasuk spesies terancam punah.
“Kami tahu bahwa penipuan makanan laut ada di mana-mana dan merupakan masalah besar. Tapi aku selalu bertanya-tanya hiu apa yang sebenarnya kita makan?” kata Ashleigh Sharrad, penulis utama studi dan asisten peneliti di School of Biological Sciences di University of Adelaide kepada Live Science melalui email yang dikutip SINDOnews, Jumat (27/1/2023).
Dari sampel daging yang dianalisis, hanya 27% mengandung daging yang dianggap legal oleh Australian Fish Names Standard, sumber yang memberikan informasi lebih dari 5.000 spesies ikan yang menghuni perairan Australia. Secara total, para peneliti mengidentifikasi sembilan spesies hiu yang berbeda.
“Hanya satu dari sepuluh pengecer yang dapat mengidentifikasi dengan benar jenis ikan yang dijual. Sementara 20% filet diberi label salah dan sisanya memiliki pelabelan yang ambigu (meragukan),” menurut hasil penelitian tersebut.
Inilah mengapa hal itu berpotensi menjadi masalah kesehatan. Dalam banyak kasus, daging hiu dapat mengandung merkuri dan racun tingkat tinggi lainnya.
“Pada hiu, ada bukti bahwa individu yang lebih besar dan spesies yang lebih tinggi pada rantai makanan telah mengakumulasi kadar logam berat dan racun lainnya. Konsumen tidak dapat mengetahui apakah mereka memakan spesies yang berpotensi membahayakan kesehatan," kata Sharrad.
Dia menambahkan, meskipun spesies hiu yang terancam punah telah ditemukan dan disajikan kepada konsumen, hal yang mengejutkan bahwa orang Australia tanpa sadar telah memakan spesies ikonik, seperti martil yang terancam punah. Sharrad dan timnya berharap penelitian mereka akan menjadi langkah pertama dalam menciptakan pedoman yang lebih ketat dalam industri perikanan.
(wib)
tulis komentar anda