Ilmuwan Warning Perubahan Iklim Bisa Rusak Hutan Amazon dan Es Greenland dalam 15 Tahun
Selasa, 04 Juli 2023 - 09:15 WIB
LONDON - Para ilmuwan memperingatkan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim memicu keruntuhan ekosistem di Bumi jauh lebih cepat dari perkiraaan. Dalam studi terbaru para ilmuwan memprediksi malapetaka bencana iklim bisa mulai terjadi dalam waktu 15 tahun lagi.
Menurut penelitian, lebih dari seperlima dari titik kritis dunia yang berpotensi bencana dapat mulai terjadi pada tahun 2038. Titik kritis dunia yang jadi perhatian, di antaranya mencairnya permafrost Arktik , runtuhnya lapisan es Greenland, dan transformasi tiba-tiba hutan hujan Amazon menjadi sabana.
Dalam klimatologi, "titik kritis" adalah ambang batas di mana sistem iklim lokal atau elemen kritis, berubah secara permanen. Misalnya, jika lapisan es Greenland runtuh, akan mengurangi hujan salju di bagian utara pulau, membuat sebagian besar lapisan es tidak dapat diperbaiki lagi.
“Lebih dari seperlima ekosistem di seluruh dunia berada dalam bahaya kehancuran," kata Simon Willcock, profesor di Universitas Bangor di Inggris, dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (4/7/2023).
Pengetahuan di balik transformasi dramatis ini masih kurang dipahami dan seringkali didasarkan pada model yang terlalu disederhanakan. Untuk itu, dari cara baru memahami proses perubahan diterbitkan para ilmuwan dalam jurnal Nature pada 22 Juni 2023, yang mengungkapkan bahwa hal itu bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Tekanan yang sedang berlangsung dan kejadian ekstrem berinteraksi untuk mempercepat perubahan cepat yang mungkin di luar kendali kita. Begitu ini mencapai titik kritis, semuanya sudah terlambat,” ujar Willcock.
Berbeda dengan hubungan yang sudah pasti antara pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan iklim, studi tentang titik kritis adalah ilmu yang masih muda dan kontroversial. Untuk memahami bagaimana kenaikan suhu dan tekanan lingkungan lainnya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang kompleks, para ilmuwan menggunakan model komputer untuk menyederhanakan.
Menurut penelitian, lebih dari seperlima dari titik kritis dunia yang berpotensi bencana dapat mulai terjadi pada tahun 2038. Titik kritis dunia yang jadi perhatian, di antaranya mencairnya permafrost Arktik , runtuhnya lapisan es Greenland, dan transformasi tiba-tiba hutan hujan Amazon menjadi sabana.
Dalam klimatologi, "titik kritis" adalah ambang batas di mana sistem iklim lokal atau elemen kritis, berubah secara permanen. Misalnya, jika lapisan es Greenland runtuh, akan mengurangi hujan salju di bagian utara pulau, membuat sebagian besar lapisan es tidak dapat diperbaiki lagi.
“Lebih dari seperlima ekosistem di seluruh dunia berada dalam bahaya kehancuran," kata Simon Willcock, profesor di Universitas Bangor di Inggris, dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (4/7/2023).
Pengetahuan di balik transformasi dramatis ini masih kurang dipahami dan seringkali didasarkan pada model yang terlalu disederhanakan. Untuk itu, dari cara baru memahami proses perubahan diterbitkan para ilmuwan dalam jurnal Nature pada 22 Juni 2023, yang mengungkapkan bahwa hal itu bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Tekanan yang sedang berlangsung dan kejadian ekstrem berinteraksi untuk mempercepat perubahan cepat yang mungkin di luar kendali kita. Begitu ini mencapai titik kritis, semuanya sudah terlambat,” ujar Willcock.
Berbeda dengan hubungan yang sudah pasti antara pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan iklim, studi tentang titik kritis adalah ilmu yang masih muda dan kontroversial. Untuk memahami bagaimana kenaikan suhu dan tekanan lingkungan lainnya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang kompleks, para ilmuwan menggunakan model komputer untuk menyederhanakan.
tulis komentar anda