Ubar, Kota 1001 Malam yang Disebutkan dalam Al Quran Ditemukan
Rabu, 23 Agustus 2023 - 06:58 WIB
Tim melakukan ekspedisi pendahuluan singkat ke Oman, mencari di 35 lokasi. Mereka menemukan pecahan tembikar dan bukti lain dari jalur perdagangan, tetapi tidak ada yang menunjukkan lokasi pasti kota Ubar.
Tim lantas kembali melakukan penjelajahan pada Desember dan memulai penggalian awal di beberapa lokasi. Mereka kemudian menemukan oasis bernama Shisr.
Selain persimpangan jalan kafilah Badui, penduduk Shisr saat ini bertani menggunakan air dari sumur. Pemerintah Oman baru-baru ini membangun pusat regional Badui di sana, membangun masjid dan rumah-rumah kecil.
Dalam pencariannya, Thomas dan tim mencatat adanya benteng di Shisr. Penduduk mengatakan kepadanya bahwa benteng tersebut dibangun oleh seorang syekh 300 tahun lalu.
Namun meski benteng tersebut relatif baru, tim menemukan bahwa syekh membangunnya di atas puing-puing Ubar. Bahkan, blok batu kapur dari Ubar digunakan dalam pembangunannya.
Begitu mulai menggali, kata Clapp, mereka tahu telah menemukan sesuatu. Zarins segera mendatangkan tim dari universitasnya dan Clapp serta Hedges merekrut sukarelawan dari pangkalan militer terdekat untuk membantu penggalian.
“Pada beberapa akhir pekan, kami memiliki sebanyak 40 sukarelawan yang menggali,” kata Clapp. “Pasirnya benar-benar beterbangan dari lokasi.”
Dalam dua bulan terakhir, mereka telah menggali 200 ton pasir dari situs tersebut, menyaring setiap bagiannya. Apa yang mereka temukan bukanlah kota dalam pengertian konvensional. Kebanyakan orang Arab di masa lalu tidak tinggal di rumah permanen, melainkan tenda-tenda yang sisinya bisa dibuka agar angin sejuk bisa masuk. Jadi sebagian besar kota tersebut hanya meninggalkan sedikit jejak permanen, kecuali lubang api, yang banyak ditemukan oleh tim.
Tetapi di tengah kota tenda terdapat benteng permanen yang berfungsi sebagai rumah raja, sebagai fasilitas pemrosesan dan penyimpanan kemenyan dan sebagai pusat pencatatan. Di masa-masa sulit, benteng ini berfungsi sebagai tempat berlindung yang tembok dan menaranya sulit ditembus.
Mereka menemukan benteng tersebut dikelilingi oleh delapan dinding, masing-masing tebalnya sekitar dua kaki, tinggi 10 hingga 12 kaki, dan panjang sekitar 60 kaki. Di setiap sudut berdiri sebuah menara, dengan diameter kira-kira 10 kaki dan tinggi 30 kaki.
Tim lantas kembali melakukan penjelajahan pada Desember dan memulai penggalian awal di beberapa lokasi. Mereka kemudian menemukan oasis bernama Shisr.
Selain persimpangan jalan kafilah Badui, penduduk Shisr saat ini bertani menggunakan air dari sumur. Pemerintah Oman baru-baru ini membangun pusat regional Badui di sana, membangun masjid dan rumah-rumah kecil.
Dalam pencariannya, Thomas dan tim mencatat adanya benteng di Shisr. Penduduk mengatakan kepadanya bahwa benteng tersebut dibangun oleh seorang syekh 300 tahun lalu.
Namun meski benteng tersebut relatif baru, tim menemukan bahwa syekh membangunnya di atas puing-puing Ubar. Bahkan, blok batu kapur dari Ubar digunakan dalam pembangunannya.
Begitu mulai menggali, kata Clapp, mereka tahu telah menemukan sesuatu. Zarins segera mendatangkan tim dari universitasnya dan Clapp serta Hedges merekrut sukarelawan dari pangkalan militer terdekat untuk membantu penggalian.
“Pada beberapa akhir pekan, kami memiliki sebanyak 40 sukarelawan yang menggali,” kata Clapp. “Pasirnya benar-benar beterbangan dari lokasi.”
Dalam dua bulan terakhir, mereka telah menggali 200 ton pasir dari situs tersebut, menyaring setiap bagiannya. Apa yang mereka temukan bukanlah kota dalam pengertian konvensional. Kebanyakan orang Arab di masa lalu tidak tinggal di rumah permanen, melainkan tenda-tenda yang sisinya bisa dibuka agar angin sejuk bisa masuk. Jadi sebagian besar kota tersebut hanya meninggalkan sedikit jejak permanen, kecuali lubang api, yang banyak ditemukan oleh tim.
Tetapi di tengah kota tenda terdapat benteng permanen yang berfungsi sebagai rumah raja, sebagai fasilitas pemrosesan dan penyimpanan kemenyan dan sebagai pusat pencatatan. Di masa-masa sulit, benteng ini berfungsi sebagai tempat berlindung yang tembok dan menaranya sulit ditembus.
Mereka menemukan benteng tersebut dikelilingi oleh delapan dinding, masing-masing tebalnya sekitar dua kaki, tinggi 10 hingga 12 kaki, dan panjang sekitar 60 kaki. Di setiap sudut berdiri sebuah menara, dengan diameter kira-kira 10 kaki dan tinggi 30 kaki.
tulis komentar anda